2. Cinta Segitiga

Start from the beginning
                                    

"Lo mau cerita apa?"

"Ada hal yang bikin gue pusing sekarang."

"Asal jangan masalah duit aja. Kalo soal duit, gue enggak bisa bantu."

"Taik, lo! Duit enggak selalu bisa jadi solusi," Kata Rachel sambil menyeret tangan kanan Gavriel menuju ke ruang kerjanya yang ada di lantai dua.

Saat sampai di ruang kerja Rachel, Gavriel segera duduk di sofa yang ada di dekat jendela. Baru setelah Rachel menaruh dua kaleng botol minuman bersoda, Gavriel mengalihkan tatapannya untuk menatap Rachel dan mengucapkan terimakasih.

"Lo mau cerita apa?"

Rachel diam, namun setetes air mata jatuh membasahi pipinya. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibir Rachel, namun tangannya justru mengulurkan sebuah undangan pernikahan berwarna merah marun dengan tinta berwarna emas di sana. Tanpa berbicara lagi, Gavriel segera menerimanya dan membukanya.

Logo nama kedua mempelai yang menggunakan nama P&G langsung menyapa Gavriel. Ia buka undangan itu dan matanya langsung membelalak kala melihat nama Gadis Sekarwangi dan Pradipta muncul di sana.

"Gadis Sekarwangi," Gumam Gavriel pelan yang membuat Rachel langsung menoleh ke arah Gavriel.

"Lo kenal cewek itu?"

Meskipun masih bingung dengan apa yang terjadi, namun Gavriel menganggukkan kepalanya.

"Dia teman sekantor gue, cuma hari ini dia sudah resmi resign dari kantor sih. Memangnya kenapa?"

"Ceritanya panjang, Gav."

"Gue punya banyak waktu buat dengerin cerita lo," Ucap Gavriel yang sudah mulai kepo dengan apa yang sebenarnya terjadi antara Rachel dengan Gadis.

Beberapa saat Rachel mencoba menarik oksigen dari sekitarnya dan pelan-pelan ia embuskan perlahan. Begitu dadanya sudah tidak sesesak sebelumnya, akhirnya sebuah kisah meluncur dari bibir mungil Rachel yang berwarna pink.

"Satu tahun yang lalu gue diputuskan secara mendadak sama pacar gue karena keluarganya enggak bisa menerima gue."

Tak perlu bertanya siapa pacar Rachel, karena Gavriel yakin jika itu adalah Pradipta.

"Alasannya?"

"Kitab kita beda. Klise banget enggak sih, Gav? Dia sudah tahu 'kan dari awal kalo kita ini beda, tapi kita tetep pacaran sampai enam tahun. Waktu gue desak dia buat segera nikahin gue, bisa-bisanya dia bilang kalo dia enggak bisa nikah karena keluarganya menentang."

"Udah putus setahun, terus masalahnya sekarang apa?"

"Setahun memang kita putus karena Dipta memilih menuruti kemauan keluarganya agar berpacaran dengan perempuan yang seagama. Cuma selama setahun ini kita masih sering jalan bareng sekedar untuk ngobrol, makan, atau nonton. Enggak ada beda dengan apa yang kita jalani dulu, hanya saja Dipta sekarang punya perempuan lain di hidupnya. Enggak cuma aku aja."

"Berarti lo berdua selingkuh?" Kata Gavriel pelan. Entah kenapa kali ini dirinya tidak bisa mengontrol lidahnya lagi untuk berbicara.

Setitik rasa kasihan justru muncul untuk Gadis yang selama ini secara tidak sengaja sudah dibohongi oleh calon suaminya. Laki-laki yang membuatnya rela meninggalkan pekerjaannya. Yang andai saja Gadis mau untuk terus bekerja, pasti kariernya akan bersinar mengingat ia termasuk dalam jajaran karyawan terbaik tahun lalu. Benar kata Antonio, jika Dipta bukanlah laki-laki yang tepat untuk diperjuangkan mati-matian.

"Terserah apa istilah lo, tapi bisa dibilang kami enggak bisa saling meninggalkan."

"Kasihan Gadis kalo kaya gini."

Rachel langsung menatap Gavriel dengan penuh pertimbangan. Ia heran dengan pemikiran Gavriel yang justru mwmbela perempuan itu.

"Enggak cuma Gadis yang kasihan, gue juga, Gav. Gue yang pertama kali datang, tapi Gadis yang akan jadi pengantinnya."

"Namanya juga definisi jagain jodoh orang," kata Gavriel santai lalu ia segera berdiri dari sofa yang ia duduki.

Ia harus segera pulang daripada semakin lama ia mendengar curhatan hati Rachel, dirinya justru semakin kasihan pada Gadis dan gemas kepada partner bisnisnya ini. Saat kaki Gavriel mulai melangkah, Rachel langsung mencengkeram pergelangan tangan Gavriel. Seketika Gavriel berhenti berjalan dan menolehkan kepalanya ke arah Rachel yang sudah menatapnya dengan tatapan seperti anak anjing yang minta untuk dipungut.

"Gav, help me..."

"Bantuin apalagi?"

"Jadi gandengan gue buat datang ke acara nikahan Dipta sama Gadis."

Satu detik....

Dua detik....

Tiga detik....

Gavriel hanya bisa diam dengan kedua alis yang terangkat ke atas. Apa Rachel bilang? Jadi gandengannya untuk datang ke acara pernikahan Gadis dengan Pradipta? Wow... dirinya saja yang notabennya teman satu kantor Gadis tidak mendapatkan undangan pernikahan itu, lalu jika tiba-tiba ia hadir di sana, apa kata teman sekantornya terlebih Gadis sendiri yang memang sengaja tidak mengundangnya? Haruskah ia menyetujui permintaan Rachel ataukah ia harus menolak saja?

***

From Bully to Love MeWhere stories live. Discover now