Seven (3) see her again

Start from the beginning
                                    

Jungkook tersenyum getir, dirinya lelah menjalani hidup dalam belenggu rasa bersalah dan kerinduan yang teredam di jantung hati dan paru-parunya.

Jihyo. Bagaimana keadaan gadis itu sekarang? Apakah kesibukanya saat ini? Karena Jungkook tahu sejak mereka menikah Jihyo melepaskan impian yang dia rintih sejak umur delapan tahun sampai gadis itu sukses. Dan menikah dengan Jungkook adalah akhir dari segalanya.

Sungguh! Tidak adakah hal baik yang dia lakukan untuk mantan istrinya dulu. Tidak ada gadis di dunia ini seperti Jihyo yang rela melepaskan segalanya dan hidup dalam kesederhanaan yang Jungkook berikan untuk gadis itu, tepatnya hidup terabaikan dari dunia luar dan juga dirinya, Jihyo seakan hidup di dunianya yang bahagia sebagai Nyonya Jeon, dan Jungkook tidak pernah tahu apakah gadis itu bahagia? Karena dirinya tidak pernah ingin tahu, dan mengabaikan gadis malang yang mencintainya itu.

Jihyo selalu di rumah setiap kali Jungkook pulang, bahkan siang hari saat dia kembali mengambil beberapa dokumen yang tertinggal pun dia mendapati wanita itu sedang membersihkan apartemen mereka yang mungil. Dan Jungkook menyadari apartemen itu jauh lebih terawat sejak Jihyo tinggal bersamanya di kamarnya yang sempit.

"Tuan Jeon, senang melihat anda pagi ini, biasanya anda akan datang di jam istirahat kantor meskipun di hari libur."

Nayeon menaruh secangkir kopi di atas meja, duduk di sisi lain meja dan melipat tanganya di atas pahanya dengan gugup. Jungkook tidak buta untuk melihat rasa kagum pelatih balet yang dia rekrut itu kepadanya. Pandangan yang sama dari setiap wanita di kantornya. Dan Jungkook lebih memilih mengabaikan mereka karena hatinya memang tidak menerima wanita manapun selain Jihyo.

Dia pernah mencoba, beberapa kali berkencan dengan teman-teman wanita Mingyu atau Chan yang mereka kenalkan untuknya, namun hatinya tidak dapat menerima wanita manapun selain Jihyo.

Jungkook tersentak ketika jemari Nayeon menyentuh punggung tanganya. Dia menarik tanganya sendiri ke bawah meja.

"Maafkan saya, sepertinya anda melamun." Nayeon menjelaskan ketika melihat Jungkook menghindarinya.

Hal biasa yang dia lakukan selama tujuh tahun belakangan. Kedua sahabatnya sudah lelah menegur ketika dia melamun dan hanya kedua sahabatnya itulah yang tersisa yang kebal dengan makian ketika dia mabuk atau marah.

"Maaf, Nyonya Im, biarkan saya sendiri."

Wanita itu segera bangkit dari duduknya dan membungkuk minta maaf sebelum wanita itu keluar dari ruangan pribadi Jungkook.

Jungkook menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi, memutar kursi menghadap jendela yang terbuat dari kaca lebar. Seluruh bagian dalam lantai dua lebih dominan berdinding kaca dan kaca tembus pandangan favorit di ruanganyalah tempat dia biasa melihat para anak-anak itu berlari balet dari kursinya.

Hujan sudah berhenti, langit hitam sudah menyingkir bergantikan matahari yang mengintip malu-malu di balik awan putih dan pelangi yang mulai muncul. Jungkook meperhatikan pejalan kaki yang mulai memenuhi sisi-sisi jalan raya dan wajah mereka menampakkan kelegaan tersendiri ketika melihat hujan telah berhenti.

Kemudian pandangnya berhenti pada seorang gadis dengan mantel besar berwarna hitam berdiri di depan toko Balletto miliknya. Kedua tangan gadis itu menenteng dua tas besar berisi sayuran dan sebagainya. Dan Jungkook membayangkan Jihyo melakukan hal yang sama setiap harinya di masa pernikahan mereka yang singkat.

Gadis itu mendongak menatapnya atau lebih tepatnya menatap langit yang cerah, sesaat Jungkook menahan nafas, bahkan jantungnya berhenti berdetak untuk sesaat. Katakan kalau dia berhalusinasi sampai melihat wajah Jihyo di wajah gadis itu. Demi Tuhan, Jihyo tidak mungkin berada di sini.

Just Junghyo✔Where stories live. Discover now