Seven (2) Divorce papers

Start from the beginning
                                    

"Maafkan aku Jungkook," Jihoon merasa sangat bersalah kepada pria malang itu. Dirinya sudah menghancurkan kebahagiaan Jungkook juga putrinya dengan meminta Jungkook menikahi Jihyo sebelas tahun lalu.

"Aku hanya masih ingin sendiri."

"Di usiamu yang sudah tidak muda lagi, nak. Dua puluh sembilan tahun. Setidaknya keluarlah bersama teman-temanmu dan mencari hiburan di luar sana, aku lihat Kim Mingyu juga sering mengajakmu keluar tetapi kau memilih berkencan dengan dokumen-dokumen yang hanya membuatku semakin kaya."

Hati Jungkook selalu menghangat ketika panggilan akrab itu dia dengar dari pria yang paling berjasa di dalam hidupnya, Jihoon begitu baik meskipun Jungkook telah membuat pria malang itu kecewa dengan percerainya dengan Jihyo.

Jihoon selalu memberikan yang terbaik untuknya, bahkan kedudukan Wakil Direktur yang sesungguhnya tidak dia inginkan. Jungkook sudah puas dengan kehidupan yang dia milikinya, lebih baik dari sebelum dia bertemu dengan pria ini.

Dulu dia hanyalah anak yatim bermodal tekad dan pengetahuan minim ketika pertama kali masuk ke perusahaan Park di usianya yang terbilang muda, dua puluh tahun. Park Jihoon memberinya kesempatan untuknya, menuntunya, menasehati dan mendidik layaknya sosok ayah yang tidak pernah dilihat Jungkook sejak dia berumur sepuluh tahun.

Jungkook menghormati Park Jihoon seperti ayah kandungnya sendiri, dan karena itulah dia tidak bisa menolak lamaran Jihoon atas nama putri tunggalnya yang hanya pernah sekali Jungkook lihat.

Gadis hebat yang sebenarnya Jungkook kagumi, gadis berusia sembilan belas tahun yang berhasil meraih mimpi dan ketenaran di Italia itu sedang berlibur kembali ke Seoul untuk mengunjungi sang ayah ketika mereka bertemu dan mengklaim Jungkook sebagai calon suaminya.

Hal yang sangat mengejutkan tentunya, sedangkan Jungkook sendiri telah memiliki seseorang yang sangat dia cintai dan sudah melamar wanita itu sebulan yang lalu. Hubungan mereka pun sudah terjalin selama tiga tahun dengan terpaksa kandas begitu saja. Jungkook membenci Jihyo. Dia akui Jihyo memang cantik, bertubuh seksi, dengan rambut panjang berwarna hitam pekat dengan gaya dan pakaian gadis itu yang selalu modis, pakaian bermerk dan tas tas kulit yang bahkan lebih mahal dari gaji Jungkook satu bulan.

Tuhan, bagaimana dirinya akan menafkahi Jihyo ketika mereka benar-benar menikah nantinya.

"Tidak usah menghawatirkan itu, ayah tidak akan membiarkanku terabaikan. Dan aku juga memiliki penghasilan yang tinggi. Aku tidak butuh uangmu, Jungkook."

Dalam keadaan marah karena tersinggung Jungkook berkata. "Aku tidak mencintaimu, Jihyo."

"Cinta akan tumbuh di kemudian hari, aku berjanji tidak akan mengganggu kehidupan pribadimu, Jungkook. Asalkan kau mau menikah denganku." Gadis itu berkata, di suatu malam ketika dia menemui Jihyo di apartemennya untuk berbicara kepada gadis itu dengan cara baik-baik.

"Aku akan menikah denganmu jika kau berhenti menjadi Ballerina, tinggal di apartemen dengan uang yang aku berikan untuk menghidupi rumah tangga kita dan kau tidak boleh menggunakan sepeser pun uang dari Direktur Park."

Siapa yang akan menyangka Jihyo benar-benar menerima tawaranya dan pernikahan itu benar-benar terjadi, pernikahan suci yang Jungkook impikan bukanlah seperti ini. Dia menginginkan pernikahan sederhana dan dirinya berjalan di altar dengan hati berdebar-debar menuju mempelai wanita yang dia cintai. Semua jauh dari kata sederhana. Bahkan kemeja yang Jungkook kenakan bukanlah pilihanya sendiri.

"Kau bisa tidak datang di acara besok malam, kalau kau benar-benar tidak menginginkanya."

Jungkook mengerjap, apakah dia kembali melamun tadi. Sorot matanya menatap Jihoon dengan penuh rasa hormat yang tidak pernah berubah.

Just Junghyo✔Where stories live. Discover now