98.

2.3K 337 44
                                    

"Libur?" Lisa mengulangi ucapan Seungcheol, kemudian menggeser tubuhnya agar bisa lebih dekat dengan suaminya, merasa senang saat Seungcheol memainkan rambutnya. "Sejak kapan kau peduli untuk mengambil libur?"

Pria itu lalu menarik selimut untuk membungkus tubuh Lisa, memeluknya dengan protektif. "Karena aku tahu aku akan menjadi seorang ayah." Lisa terkekeh mendengar ini. "Aku pikir aku harus menghabiskan lebih banyak waktu di rumah."

Tawa Lisa semakin keras. Dia pikir jawaban Seungcheol sangat murahan. Dan ia tidak bisa menahan tawanya.

"Jadi apa yang akan kita lakukan, Tuan Choi?" Tanya Lisa dengan menangkup wajah Seungcheol dengan telapak tangannya sambil menatapnya dengan mata berbinar.

Sementara itu, Seungcheol berpikir sejenak tentang apa yang harus mereka berdua lakukan, karena dia tidak berencana melakukan apa pun sebelumnya, yang dia inginkan hanyalah dekat dengan Lisa dan menonton. Lebih dari dua puluh empat jam jika memungkinkan.

"Kencan" jawab Seungcheol. "Kita belum pernah berkencan sebelumnya. Bagaimana kalau kita berkencan sekarang?"

Dan saran itu terbukti membuat Lisa sangat senang. Dia memberi suaminya ciuman manis.

"Oke"

Di sisi lain, ketika kedua pasangan yang bahagia itu sedang merencanakan kencan mereka, seseorang sedang bergumul dengan pekerjaan yang tiba-tiba ditinggalkan oleh Seungcheol.

"Ugh! Ada apa dengan kakakku? Bukankah dia orang yang berintegritas tinggi?" gerutu Hyunsuk dari balik tumpukan pekerjaannya.

***

Cherin terbangun saat mendengar suara ponselnya berdering di bawah bantal. Semalam dia pulang terlambat ditemani lan setelah menyaksikan perkelahian brutal pria itu, dan Cherin berjanji ini akan menjadi yang terakhir kalinya dia menyaksikan hal seperti itu.

"Halo?" Jawab Cherin dengan suara serak karena kantuk masih menempel di matanya. Dia bahkan mengangkat telepon tanpa melihat ID penelepon.

"Kau masih tidur?" Dan dari ujung telepon terdengar suara laki-laki yang sebelumnya menguasai pikiran Cherin, yang selama ini dia coba singkirkan.

Saat itu juga mata Cherin terbuka dengan liar. Dia terdiam beberapa saat sampai Jungkook mengira kalau sambungan telepon telah terputus.

"Halo? Cherin?" Panggil Jungkook karena Cherin tidak pernah menjawab.

"Ya, aku di sini" akhirnya Cherin pum menjawab. Dia kemudian turun dari tempat tidur dan berjalan ke meja kecil di dekat meja riasnya untuk menuangkan segelas air untuk dirinya sendiri, untuk menyegarkan dirinya sedikit. "Bagaimana kabarmu?"

Jungkook menghela napas lega saat mendengar Cherin menjawabnya dengan nada ringan, karena sebelum akhirnya memutuskan untuk menelepon Cherin kembali, semua kemungkinan terburuk sempat terlintas di benaknya. Untungnya wanita itu tidak terdengar marah atau kesal.

"Aku baik-baik saja" ucap Jungkook dengan nada suram. "Aku punya beberapa hal yang harus dilakukan jadi aku tidak bisa mengangkat teleponmu kemarin, maaf."

Cherin menenggak minumannya dan bergumam. " Aku mengerti." Jika dia bisa mengerti posisi Jungkook selama bertahun-tahun menjalin hubungan dengannya, maka ia juga akan mengerti hal kecil ini.

"Tapi aku tetap harus meminta maaf padamu. Bisakah kita bertemu?"

Cherin terdiam lagi. Sesuatu dalam benaknya menyuruhnya untuk tidak segera menjawab pertanyaan itu.

Ya, Cherin memang mengerti kenapa Jungkook terus menolak panggilannya, tapi ada juga bagian dimana dia tidak bisa menerima semuanya.

Bukankah Jungkook bisa mengangkat telepon meski hanya sesaat dan memberitahuku Cherin kalau dia baik-baik saja? Alih-alih mengabaikannya sepenuhnya dan meninggalkannya dalam kegelapan? Mungkin hanya pesan singkat darinya yang menunjukkan kalau Jungkook tidak mengabaikannya, dengan begitu bisa menyelesaikan masalah, bukan?

It's Hard To Control My Naughty Wife | Lisa SeungcheolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang