28.

2.8K 473 15
                                    

Lisa sedang mengamati di sela-sela, ketika tiga orang sibuk bekerja memasang pintu kamarnya yang telah dirusak oleh Seungcheol, sambil menelepon lan dan menceritakan apa yang terjadi beberapa jam yang lalu antara dia dan Seungcheol.

Memberitahu temannya untuk tidak khawatir dan segalanya akan baik-baik saja.

Seungcheol telah membelikannya ponsel baru dengan tipe yang sama yang dia buang kemarin di taman.

Kalau dipikir-pikir, itu sia-sia, kan? Hanya karena dia kesal, dia membuang ponselnya yang baru digunakan Lisa selama satu hari dan sekarang dia membelikannya barang yang sama persis.

Lalu setiap kali Seungcheol kesal, dia akan membuang sesuatu? Lisa bertanya-tanya. Karena mereka akan menikah, mungkin ada baiknya jika dia mulai mencari tahu apa yang disukai atau tidak disukai Seungcheol. Lagipula mereka akan menghabiskan seluruh hidup mereka bersama, karena Seungcheol mengatakan tidak akan ada perceraian di antara mereka.

Kecuali jika terjadi sesuatu di mana mereka melanjutkan hubungan mereka, karena tidak bisa menjadi contoh perselingkuhan.

Seungcheol menyatakan ini dengan jelas dan Lisa tahu 'siapa' yang dia maksud. Namun lan adalah sahabatnya, jadi dia tidak bisa pergi begitu saja darinya tanpa memberitahunya apa pun.

"Tapi apa tidak apa-apa jika kau membiarkan dia mengambil alih perusahaan keluargamu?" tanya lan dengan nada sedikit khawatir. "Lagipula itu adalah warisan dari orang tuamu, Lisa."

Lisa menghela nafas berat sebelum dia menjawab. "Kalaupun aku mendapatkan perusahaan itu, aku tidak akan mampu mengelolanya. Aku tidak pernah berniat untuk mengambil alih bisnis itu bahkan ketika orang tua ku masih ada... bisa dibayangkan apa jadinya nanti jika aku yang mengambil keputusan di sana?"

Keheningan menyelimuti percakapan saat lan termenung ". Menurutku lebih baik biarkan calon suamimu saja yang mengaturnya" ucap lan pada akhirnya.

Mendengar jawaban sahabatnya itu, Lisa tertawa terbahak-bahak, namun tawanya tidak bertahan lama ketika ia merasa ada yang mengambil ponselnya dari tangannya.

Lisa baru saja akan memprotes ketika dia berbalik dan menemukan Seungcheol berdiri di sampingnya.

'Sejak kapan dia berdiri di sana? Mengapa aku tidak menyadarinya?'

Segera Lisa menelan protesnya lagi dan memasang senyum manis sambil memberinya tatapan polos, karena dia tahu Seungcheol akan mulai mengeluh tentang panggilan teleponnya dengan lan.

Dengan wajah dingin, Seungcheol menempelkan ponsel ke telinganya dan suara laki-laki yang sudah dikenalnya terdengar dari seberang telepon.

"Bukankah aku sudah memberitahumu kalau kau tidak bisa menelepon pria ini lagi?" Kata Seungcheol setelah dia mematikan saluran. "Apakah aku perlu membuang ponselmu lagi?"

"Setelah membuangnya, apa kau akan membelikanku ponsel baru lagi?" Lisa bertanya sambil menyeringai. "Aku senang jika kau bisa memberiku yang putih, aku suka putih" godanya.

Namun sepertinya Seungcheol sedang tidak mood menanggapi candaan Lisa, karena setelah mendengar itu dia langsung berbalik dan bersiap untuk pergi dengan membawa ponsel gadis itu.

"Hei, kau marah?" Lisa bertanya sambil mengikuti Seungcheol dan mencoba mengikuti langkahnya. "lan dan aku sudah berteman lama, bahkan ketika aku berada dalam situasi yang sulit setelah dijebak oleh Irene, dia adalah satu-satunya yang bisa kupercaya dan andalkan."

"Hanya satu yang bisa kau andalkan?" Seungcheol menyipitkan matanya ke arah gadis yang setengah berlari mengikuti langkahnya.

"Ya, dia adalah orang pertama yang aku hubungi ketika aku tidak tahu ke mana harus pergi malam itu" Ucap Lisa dengan jujur dan itu terasa menyenangkan dan melegakan karena dia bisa berbicara sebebas ini. Berbohong sangat menyiksa.

It's Hard To Control My Naughty Wife | Lisa SeungcheolWhere stories live. Discover now