85.

2.4K 320 24
                                    

Bambam dibangunkan oleh suara bel yang keras dari interkom di apartemennya yang berulang kali ditekan oleh seseorang, menandakan bahwa tamu ini sangat ingin membangunkannya dari tidur lelapnya.

Menggerutu dan berguling dari tempat tidur, Babam kemudian terhuyung-huyung menuju interkom di dekat pintu apartemennya.

Dengan ekspresi kesal dan mata mengantuk, pria itu mengusap wajahnya dengan kasar untuk mengembalikan sebagian kesadarannya.

Tapi sepertinya itu tidak perlu lagi, karena begitu dia melihat siapa tamu yang datang ke apartemennya larut malam ini, sisa-sisa kantuknya menghilang dan sebuah nama keluar dari bibirnya karena terkejut.

"Nayeon?" Kerutan di dahinya semakin dalam, karena dia melihat wanita itu datang sendirian, dan dari ekspresinya, sepertinya Nayeon sedang tidak dalam mood yang baik, itu juga terlihat dari bagaimana wanita tersebut menekan tombol pada interkom tanpa jeda.

Yah, Nayeon dalam suasana hati yang buruk sejak bertemu ayahnya.

Lalu tanpa menunggu Nayeon memecahkan interkom malang itu, Bambam langsung memencet tombol agar wanita itu bisa masuk ke dalam apartemennya.

Dan tidak butuh waktu lama bagi Nayeon untuk mengetuk pintu apartemen Bambam dan membukanya, menyambutnya dengan ekspresi bingung.

"Apa yang terjadi? Kenapa kau ada di sini?" Bambam kemudian mengikuti sahabatnya ke dalam setelah memastikan kalau pintunya dikunci dengan benar. "Ini sudah lewat tengah malam."

Dia melirik jam dinding yang dipaku di dinding ruang tamu, lalu tempat Nayeon duduk di sofa, tempat yang sama ia duduk beberapa hari yang lalu, saat Nayeon baru saja bangun dari mabuk.

Nayeon duduk dengan kepala bersandar di sandaran sofa sebelum menutup matanya dan menghembuskan napas lelah.

Nayeon sebenarnya tidak tahu mengapa  memilih rumah Bambam sebagai tujuannya, meski dalam perjalanan ke sini, dia melewati beberapa hotel dan dua apartemen miliknya, tapi entah kenapa ia tidak berhenti di salah satu tempat itu dan malah memilih berada di sini...

Ini semua terasa sangat aneh bagi Nayeon, tetapi entah bagaimana apartemen asistennya adalah satu-satunya tempat yang terpikir olehnya.

Mungkin karena Nayeon tahu Bambam akan berada di apartemennya, sehingga dia tidak merasa sendirian, dengan begitu Nayeon tidak akan merasa menjadi pecundang lagi.

Wanita itu harus mengakui kalau dia membutuhkan seseorang untuk menemaninya dan Bambam adalah satu-satunya orang yang ia miliki sekarang, seseorang yang Nayeon rasa nyaman dan aman bersamanya.

"Jadi, apa kau ingin mengatakan apa alasan kau datang ke apartemenku di saat seperti ini?" tanya Bambam sambil berjalan ke sofa dan duduk di samping Nayeon. Tangannya terangkat, lalu pria itu dengan lembut memijat pelipisnya yang mulai berdenyut. "Apa Jungkook memberimu masalah lagi?"

"Aku memutuskan untuk keluar dari rumah" ucap Nayeon dengan nada lelah. "Aku akan tinggal di sini sebentar."

"Apa?" Kali ini Bambam berseru, dengan mata terbuka lebar saat mendengar pernyataan terakhir Nayeon. Jika masalah wanita ini adalah tentang meninggalkan rumahnya, Bambam sama sekali tidak terkejut, mengingat betapa tangguhnya Nayeon, pilihan untuk meninggalkan rumah pasti menjadi hal pertama yang terlintas di benaknya, tapi.. "Apa maksudmu kau akan tinggal di tempatku untuk sementara waktu?"

"Kau berlebihan." Nayeon melirik asistennya dengan pandangan sinis, sebelum dia menutup matanya lagi. "Aku hanya akan tinggal di sini selama beberapa hari sampai kau menemukan apartemen kosong yang tersedia untuk disewa di gedung ini."

Mendengar itu semakin memperdalam kerutan di antara alis Bambam. "Kenapa harus di gedung ini?"

“Ya, karena aku suka suasana di gedung ini" jawab Nayeon santai, seolah tidak terlalu memikirkannya, karena sebenarnya dia juga tidak mengerti kenapa ia ingin tinggal di gedung apartemen ini.

It's Hard To Control My Naughty Wife | Lisa SeungcheolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang