50. Memaksa

1.5K 295 51
                                    

Hari minggu yang cerah, pagi tadi sang Mama menelfon untuk mengatakan jika sang Kakak sudah semakin membaik keadaannya. Mungkin dalam waktu yang tidak lama lagi dapat kembali pulih.

Kaella senang mendengar itu, terlebih lagi mulutnya sudah gatal ingin bertanya pada Kakaknya.

Kaella, Gisell dan Melsaa janjian untuk pergi ke salah satu toko kosmetik yang katanya sedang diskon. Ya, Kaella harus selalu tampil cetar membahana, dia tidak munafik mengatakan skin care yang ia gunakan cuma bedak bayi. Dia tentu memakai banyak kosmetik untuk merawat kulitnya. Ya, walau tidak sampai berlebihan sekali.

Kaella baru selesai mencuci piring saat Melssa dan Gisell datang, dua cewek itu tampak santai.

"Bagi dong."

Gisell mengambil sepotong brownies yang sempat Kaella buat, hasil gabutnya tadi malam membuahkan hasil yang lumayan. Dia tau teman-temannya ini pencinta makanan, jadi dia sengaja mengeluarkan hasil gabutnya di atas meja.

"Makan." Kaella mengelap tangannya. "Gue ganti baju dulu." Kaella bergegas ke atas untuk mengganti pakaiannya.

Melssa meraih satu potong brownies buatan Kaella. "Ni anak sebenarnya bisa masak, cuma magernya lebih besar aja."

Gisell mengangguk. "Dulu pas kita bimbel di sekolah untuk ujian dia yang paling rajin juga bawa bekal, terus bagi-bagi."

Melssa mengangguk. "Sebenarnya kita bisa juga, mager aja."

"Nah, itu."

Kaella turun dari kamarnya dan dua cewek yang sedang mengobrol itu sudah selesai dengan acara makan mereka.

"Ayo."

Ketiganya bergegas, Gisell dan Melssa duduk di depan sedangkan Kaella duduk dibelakang. Mereka memakai mobil Melssa.

"Gue masih nggak percaya dengan yang lo bilang kemarin." Melssa yang duduk di samping Gisell menoleh kebelakang.

"Safiria?"

Melssa mengangguk. "Kayak gue jengkel gitu."

Kaella mengangkat bahu. "Ya gitu, gue juga nggak percaya. Tapi emang kenyataan."

"Gue sempat tanya River," Gisell bersuara. "Katanya emang dia kelihatan bercahaya gitu, bukan bercahaya kayak gimana juga sih. Kayak dia nggak bisa alihkan pandangannya gitu. Makanya dia dekat-dekat gue terus pas di pantai, dia kayak udah curiga tapi nggak bisa ngomong."

"Bener, Tahta juga bilang gitu. Pas yang mereka ngomong di mobil itu katanya kayak tiba-tiba kayak ada yang suruh dia ngomong sama tuh cewek, dan kayak nggak bisa alihkan pandangannya." Melssa menambah. "Gue merinding rasanya. Ada ya orang kayak gitu."

"Untuk uang apa sih yang enggak." Kaella mengangkat bahu. "Sekarang gue cuma mau buat Shadian sadar aja."

"Nah, ini kenapa gue rasa aneh. Shadian sejak kapan bucin, kalopun bucin dia itu bukan tipe yang tunjukkan di publik, lebih ke diam-diam gitu atau nggak kalo berdua aja."

Melssa pura-pura batuk. "Yang pernah di bucinin tau lah."

Gisell memukul lengan Melssa. "Ih, itu udah cerita lama. Jangan diungkit lagi!"

"Iya deh, iya." Melssa tertawa.

***

Toko tujuan mereka tampak lumayan ramai, ya namanya juga cewek-cewek dengar ada diskon besar di tempat yang jarang-jarang diskon pasti akan berbondong-bondong datang.

"Gue mau cari masker rambut, masker rambut gue mau habis." Melssa meraih keranjang dan pergi.

"Belanja dulu, nanti baru ketemu lagi kita." Gisell berjalan, katanya cewek itu melihat masker dengan bentuk lucu jadi berniat membeli.

ShadianWhere stories live. Discover now