64. Pertengkaran

1.4K 281 37
                                    

Shadian menatap ponselnya, dia menatap room chat antara dia dan Kaella. Shadian memblokir nomor Kaella bukan tanpa alasan, Safiria meminta agar Shadian melakukannya.

Dia tidak bisa menolak apa yang Safiria katakan.

Safiria bilang jangan hubungi dulu, karena memiliki urusan dan kebetulan penting. Safiria tidak mau ponselnya mengganggu aktivitasnya. Shadian menurut.

Shadian menjatuhkan tubuhnya di atas kasur, dia menatap langit-langit kamarnya.

Entah kenapa akhir-akhir ini dia merasa agak menjauh dari Kaella, bahkan dia baru memblokir nomor cewek itu.

Entalah, Shadian juga bingung. Di satu sisi dia bertanya kenapa dia melakukan itu tapi di sisi lain dia membenarkan apa yang ia lakukan.

Rasanya seperti linglung, seperti hati dan kepalanya tidak bisa dia atur. Seperti dia lapar tapi dia malah tidur. Hatinya berkata A tapi yang dia lakukan B.

Shadian frustrasi.

Rasanya seperti bukan dia yang memiliki kendali untuk dirinya sendiri.

Dia seperti bukan dirinya.

Suara ponselnya yang bergetar membuat Shadian menatap layar ponselnya, ada nama River di sana.

"Hm."

"Kaella kecelakaan."

Jantung Shadian seperti jatuh. "Apa?"

"Dia kecelakaan sama pacar lo itu!" Itu suara Melssa tampaknya cewek itu merampas ponsel River. "Pacar lo emang pembawa sial banget, bikin orang celaka!"

"Jaga mulut lo! Ria nggak gitu!" Shadian bangkit dari posisinya. Dia berjalan keluar dari kamarnya. "Ria baik-baik aja, kan?"

"Nggak tau. Mamanya Kaella baru telefon tadi, dan dari pihak rumah sakit ada yang terima telefon Melssa tadi makanya kami tau kalau Kaella kecelakaan sama Safiria. Keadaan Safiria paling parah." Shadian yang mendengar itu mempercepat langkahnya.

Dia menatap rumah teman-temannya dari depan rumahnya, ketika mendapatkan apa yang ia cari Shadian berlari ke rumah Gisell.

Membuka pintu gerbang Gisell dengan kasar, Shadian menatap teman-temannya yang duduk di teras rumah Gisell.

Berjalan dengan langkah besar, Shadian menarik tangan Melssa hingga Melssa yang awalnya duduk berubah jadi berdiri karena Shadian.

"Apa sih!" Melssa menghempaskan tangan Shadian tapi cowok itu malah menahan kuat tangan Shadian. "Sakit, bego!" Melssa mendorong Shadian tapi tetap tidak berhasil.

"Eh, eh. Jangan kasar oi." Tahta melepaskan tangan Shadian yang memegang pengelangan tangan Melssa. "Apa-apaan sih?" Tahta menatap Shadian tajam.

"Safiria, gimana keadaanya?" Shadian menatap Tahta dan Melssa bergantian. "JAWAB!"

"Jangan main emosi lah." River ikut turun tangan, berdiri di depan Shadian.

"Safiria, gimana? Keadaanya gimana? JAWAB GUE!" Shadian menarik kerah baju River, tatapannya tajam menatap temannya itu. "Jawab gue, anjing!"

Bahu Shadian di tepuk, saat Shadian menoleh satu pukulan mengenai wajah Shadian hingga cowok itu terjatuh di tanah.

"Bisa tenang nggak? Jangan sakiti orang lain cuma buat kepentingan goblok lo itu." Shaden menatap tajam Shadian yang meremas rumput di halaman rumah Gisell erat. "Lo sakiti teman lo sendiri buat cewek itu? Lo--"

Bugh!

Shaden jatuh menabrak kursi, cowok itu menunduk dengan bibir tertarik sinis. "Wah, demi cewek itu. Lo pukul gue?" Shaden melirik Shadian yang nafasnya memburu.

"Udah, jangan berantem." Gisell membantu Shaden berdiri sedangkan River menahan Shadian, tapi tampaknya Shadian masih tidak bisa terima dengan kata-kata Shaden.

"Safiria lebih penting!" Shadian menatap Shaden yang mengusap ujung bibirnya yang terasa perih. "Keadaan dia gimana? DIA GIMANA?!"

Satu tendangan mengenai perut Shadian, hingga cowok itu terjatuh ke tanah. Kali ini Shaden sebagai pelakunya tidak membiarkan Shadian berdiri. Shaden menarik kerah baju Shadian yang terbaring di atas tanah.

"Kalian diam aja." Shaden melirik keempat temannya yang sudah bergerak untuk melerai keduanya. Beruntung kedua orang tua Gisell sedang tidak ada di rumah. Shaden berpindah menatap Shadian yang memegang tangan Shaden yang memegang kerah bajunya.

"Lo apa-apaan!" Shadian berusaha berdiri tapi Shaden mendorong Shadian agar tetap berbaring di atas rumput.

"Lo dengar gue." Shadian menatap Shaden. Katakan saja Shaden adalah yang paling tenang diantara mereka semua, cowok itu sangat jarang marah. Karena Shaden bukan tipe orang yang suka melarut-larutkan masalah, kalau ada cara paling cepat yang bisa diambil, pasti akan dilakukan. Shaden bukan orang yang mau ribet seperti itu. "Lo adalah orang paling goblok yang pernah gue kenal."

"Lepas!" Shaden mendorong kembali Shadian yang hendak memberontak.

"Dangar," Shadian diam, dia menatap Shaden yang benar-benar serius. Bahkan Shadian tidak tau lagi dimana kacamata Shaden yang biasa di pakai cowok itu. Pasti terjatuh saat Shadian memukul Shaden. "Orang yang lo cari selama ini, si cewek gajah yang dulu lo nggak suka, itu bukan Safiria, itu Kaella."

"Hah?" Pupil mata Shadian membesar, kaget. "Apa?"

"Namanya bukan Safiria tapi Kaella. Teman berantem lo, bukan pacar lo itu." Shaden menghela nafas pelan. "Gue nggak bisa bilang ini sebenarnya, tapi gue jengkel. Lo kayak anjing tau nggak, lo lebih parah. Lo nggak tau apa pengorbanan Kaella cuma buat lo. Lo itu orang paling goblok paling nggak ada otak yang pernah gue lihat."

Shadian memukul Shaden, membuat dia akhirnya lepas dari Shaden yang meringis pelan saat ujung bibirnya benar-benar sobek.

"Lo kira gue bakal percaya? Jelas-jelas itu Safiria, bukan Kaella. Gimana bisa? Kaella kurus begitu sedangkan cewek itu gemuk. Gimana bisa? Mereka terlalu beda juga." Shadian menggeleng. "Itu bukan Kaella."

Shaden menghela nafas. "Sekali bego tetap bego." Shaden menatap Shadian. "Kaella mau balas dendam sama lo. Dia mau balas perlakuan lo waktu SMP sama dia, itu kenapa dia diet dan masuk sekolah kita waktu SMA bahkan sampai sekarang dia masih merencanakan itu. Tapi dia udah berhenti, kenapa? Dia sadar kalo itu enggak bakal berhasil, dan tiba-tiba lo cari si cewek gajah itu, tapi Kaella belum siap untuk akui itu. Datanglah pacar lo itu, ngaku-ngaku padahal jelas-jelas dia bukan Kaella."

"Lo jangan asal ngomong."

"Kalo gue kasih bukti lo bakal percaya?" Shadian diam. "Enggak, pacar lo itu yang tetap benar di kepala lo. Lo tuh sadar enggak sih kalo lo itu di guna-guna sama itu cewek?"

"Guna-guna?" Shadian menatap Shaden yang menghela nafas. "Maksud lo apa?"

"Lo itu di pelet sama Safiria, lo di buat percaya kalau dia siapa yang lo cari itu, si cewek gajah itu. Lo di porotin tapi lo enggak sadar, lo percaya semua omongan dia bahkan saat itu salah, kenapa? Karena lo udah di kendalikan."

Shadian terdiam, rasanya kepalanya seperti mau pecah. Meremas rambutnya Shadian menatap Shaden yang diam, hanya menatap dengan wajah datar.

. . .

Cowok kayak Shaden tuh idaman banget sih emang, tapi susah aja carinya 🤣🤣

Oke, selamat menunggu kelanjutannya, jangan tanya kapan lanjut, aku lagi HIATUS.

Oke, selamat menunggu 😘

ShadianWhere stories live. Discover now