35. Jalur

1.3K 277 45
                                    

"Lo ngapain?"

Melssa yang duduk di kursi mengangkat kepala mendengar suara Kaella.

"Cari angin." Kaella mengerutkan kening, tapi hanya mengangguk.

"Eh, Kaella udah datang." Kaella tersenyum, menyalim tangan Mama Shadian yang menyambut di pintu. "Ayo masuk, langsung makan aja. Jangan malu-malu."

"Iya, tante." Kaella mengangguk. "Selamat ya tante, Shadian bakal jadi Kakak."

Mama Shadian mengangguk. "Tante pengennya sih cewek, biar ada teman tante dirumah."

Kaella terkekeh begitu juga Mama Shadian yang meminta Kaella untuk masuk kedalam rumah, tapi cewek itu menolak dengan alasan menemani Melssa sebentar.

"Muka lo kusut banget." Kaella menyalakan ponselnya yang ia padamkan karena dalam proses mengisi daya tadi.

Melssa menghela nafas. "Nanti deh gue cerita."

Kaella mengangguk, dia mengikuti Melssa yang berjalan masuk ke dalam rumah. Rumah yang ramai dengan teman-teman mereka. Bahkan rasanya River, Tahta dan Shaden menganggap seperti rumah sendiri. Lihat saja cara duduk dan mangkuk besar makanan yang harusnya berada di dapur tiba-tiba ada di atas meja di ruang televisi.

"Makan, La. Mumpung gratis." River yang sedang menikmati makanannya langsung berucap begitu melihat Kaella.

Kaella hanya mengangkat ibu jarinya, cewek itu meletakkan tas selempang dan ponselnya di atas sofa sebelum berjalan mengejar Melssa yang sudah berada di dapur.

"Shadian mana?"

"Acieee, cariin." Tahta yang kembali ke dapur untuk menambah makanannya tersenyum penuh arti pada Kaella.

Kaella berdecak. "Dia 'kan yang punya rumah, masa nggak ada. Makanya gue nanya."

Tahta terkekeh. "Ada di kamar, tadi katanya baterainya low."

Kaella mengangguk, dia menatap Tahta yang sedikit mengganggu Melssa yang sedang mengambil makanan. "Lo kelihatan biasa aja ya."

"Hm? Biasa gimana?" Tahta memakan kerupuk dengan tatapan bertanya pada Kaella. "Oh, ya itu bukan hal yang bikin gue kaget banget jadi gue biasa aja."

"Gue kira lo bakal lihat gue aneh gitu."

"Hello, apa sih yang salah? Cuma karena lo dulu nggak kayak sekarang bukan berarti lo melakukan suatu kejahatan." Tahta geleng-geleng kepala. "Lo takut gue bilang ke Dian?"

Kaella mengangguk.

"Rahasia aman, tenang aja. Itu bukan urusan gue untuk kasih tau ke dia lo itu siapa, itu urusan lo. Gue nggak mau ikut campur. Cuma kalo suatu hari nanti lo ngaku dan dia nggak percaya, masih ada gue sama Melssa yang bakal terima lo apa adanya. Kita main sama-sama bukan karena fisik, karena lo asik. Jadi jangan merasa kayak gimana-gimana gitu, oke?"

Kaella tersenyum. "Kadang lo bisa bijak kelewatan, ya?"

"Gue mantan ketua Osis, wibawa kepemimpinan gue masih nempel tau." Tahta menepuk dadanya. "Mel, itu gue mau taro di piring lo nanti gue ambil."

"Kenapa nggak taro di piring lo aja?" Melssa melirik Tahta yang menyendokkan beberapa potong ayam ke piring Melssa. "Ambil piring lagi aja, gue kelihatan kayak rakus banget."

"Kasian yang cuci piring nanti, kebanyakan piring kotornya." Tahta memakan kerupuk lagi. "Rahasia aman, tenang gue bakal tetap bantu lo buat cari tau itu cewek. Gue juga penasaran."

Kaella mengangguk. Dia kira Tahta akan bersikap kaku atau sedikit menjauh dari Kaella setelah tau jika Kaella yang dulu adalah Kaella yang sama. Tapi, cowok itu kelihatan santai sama seperti saat Melssa tau siapa dia.  Padahal dia paling tidak mau jika Tahta yang tau, karena cowok itu terkadang suka ceplas-ceplos tapi tampaknya Tahta tidak asal bicara saja ingin membantu Kaella dan tetap diam untuk identitas Kaella.

ShadianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang