6. Bahasa

1.7K 256 3
                                    

Ini masih pukul Tujuh malam saat Kaella memutuskan untuk pergi ke rumah sakit, menjenguk sang Kakak.

Sang Mama sedang sangat sibuk saat ini, bahkan di hari libur. Sang Mama meminta Kaella untuk menjaga Kakaknya. Kaella tentu tidak akan menolak, seminggu ini dia jarang ke sana karena tugas yang menumpuk.

Kaella mendorong motornya keluar, cewek itu memakai helm dam masker sebelum melajukan motornya. Walau malam, polusi tetap saja banyak.

Rumah sakit besar yang menjadi tujuan Kaella sudah terlihat di depan mata, namun sebuah mobil tiba-tiba berbelok tanpa menyalakan lampu sein, membuat Kaella harus rem mendadak.

"Gila lo!" Kaella berteriak kesal, tapi mobil itu langsung melaju menuju parkiran rumah sakit. Kaella yang kesal langsung mengetuk kaca mobil berwarna merah itu saat motornya telah terparkir baik.

Kaca itu terbuka perlahan, ada seorang cowok dengan kacamata hitam yang menoleh malas ke arah Kaella.

"Lo punya otak, 'kan? Main asal belok sembarangan! Kalo kecelakaan gimana?!"

Cowok itu menurunkan kacamatanya, mata itu menatap Kaella yang memakai helm tetapi menurunkan masker hingga dagu. "Ini rumah sakit, kalaupun ada kecelakaan nggak perlu panik."

"Songong banget lo." Kaella mendengkus kesal. "Lain kali kalo bawa kendaraan itu baik-baik, jangam muka oke otak udang."

Cowok itu mengerutkan kening, agak merasa tersinggung dengan ucapan Kaella.

Kaella berdecak, cewek itu berjalan meninggalkan cowok yang memperhatikan Kaella hingga cewek itu masuk ke dalam gedung rumah sakit.

***

Kamar VIP berbau antiseptik itu berbaring seseorang dengan tenang di atas brankar. Mungkin luka-luka di tubuh Kakaknya sudah sembuh, tapi Kakaknya itu tidak kunjung bangun.

Selang oksigen, infus serta suara mesin EKG menjadi hal yang Kaella pandang selain wajah sang Kakak. Televisi di dalam ruangan itu paling-paling memiliki siaran yang tidak menarik perhatian Kaella, jadi lebih baik tidak dinyalakan.

Klevian Aviantara, adalah Kakak Kaella yang kecelakaan satu tahun silam, bahkan hampir meninggal karena perdarahan hebat. Namun tapaknya Tuhan masih ingin Klevian untuk hidup. Meski dalam keadaan tidak sadar, koma.

Kaella menghela nafas pelan, ia meraih tangan sang Kakak. Mengusap pelan tangan itu. Dulu tangan itu selalu menggenggam dan menjaganya. Bahkan saat Kaella masih sebulat ikan buntal, Klevian yang berbeda tiga tahun dengannya akan selalu membelanya.

Klevian bisa di bilang ganteng, sangat menyejukkan mata. Perhatian juga ramah. Kaella menyukai Klevian yang hangat, Kakaknya yang kadang sering mengejeknya jelek namun akan pasang badan jika ada yang lain yang mengatakan adiknya jelek.

Tanpa sadar Kaella tersenyum, ia ingat sang Kakak pernah memberikan kalung yang hingga kini masih ia pakai. Bahkan saat dia dulu di sakiti oleh dia, Klevian jadi orang yang paling berperan dalam masa buruknya.

"Bang, bangun dong. Gue mau cerita banyak hal." Kaella menatap wajah tenang sang Kakak. "Gue udah bertekad buat balas dendam, Bang. Gue bakal buat dia rasa apa yang gue rasa dulu."

Kaella menghela nafas, dia mengusap pipi sang Kakak. Tersenyum tipis, Kaella mencium pipi kanan Klevian. "Cepat sembuh."

Klevian sudah seperti paket lengkap baginya, bisa menjadi Kakak, teman, bahkan Ayah. Keluarga Kaella tidak seindah kelihatannya. Kedua orang tuanya bercerai sejak beberapa tahun yang lalu. Sang Ayah yang terlalu gila kerja dan sang Mama yang merasa lebih baik mengakhiri karena sang Ayah yang terlalu cuek pada keluarga sendiri. Padahal aslinya sang Ayah adalah orang yang perhatian, namun jika sudah dalam mode bekerja seakan lupa segalanya.

Ayahnya memang terlalu gila kerja, bahkan sampai kadang tidak pulang berhari-hari dan sangat jarang memberi perhatian, bahkan pada Kaella.

Di sana, sang Kakak yang menjadi peran yang berpengaruh. Klevian menjadi Ayah bagi Kaella. Menjaga, melindungi, namun di satu sisi menjadi Kakak yang selalu siap sedia.

Kaella sesayang itu pada Klevian, bahkan tipe idealnya adalah orang seperti Klevian. Baik dan membuat nyaman.

Berbeda sekali dengan si ikan kaleng. Kaella mendengkus, bisa-bisanya dia teringat pada ikan kaleng itu.

"Dih."

Kaella geli sendiri, cewek itu meletakkan tangan sang Kakak di atas tempat tidur. Ia bangkit guna meraih bungkusan yang ia beli di kantin rumah sakit. beberapa kotak milo.

Meminum dengan santai, Kaella membuka instagram miliknya, tepatnya akun bodong--palsu. Postingan Shadian yang langsung menyambutnya, cowok itu rajin sekali memposting sesuatu belakangan ini.

Kaella mendengkus saat yang Shadian posting adalah foto salah satu anime dengan rating tinggi dan episode yang banyak. Dengan caption.

'Mungkin di dunia ini tidak ada yang terjadi secara kebetulan, sebab semuanya terjadi karena suatu alasan'-- Rayleigh, One piece.

Kaella mengangguk beberapa kali. "Puitis amat." Cewek itu mencibir. Tapi kata-kata itu membuat ia berpikir, memang tidak ada yang namanya kebetulan. Sesuatu terjadi pasti ada alasannya. Bahkan tanpa di sadari.

Ponsel Kaella bergetar, ada panggilan masuk dari River. Ada apa cowok itu menelfonnya?

"Halo?"

"Mau ikut malam mingguan nggak? Gue tau kalian para jones pasti kesepian di rumah." Suara tawa menyebalkan khas River terdengar.

Kaella mendengkus. "Gue lagi di luar, lagi minum milo lagi."

"Lo dimana? Sama Shadian?"

Kaella mendelik, sadar River tidak bisa melihat itu, Kaella mendengkus. "Enggak lah, gue lagi di suatu tempat. Dan bukan sama Ikan kaleng itu."

River tertawa. "Habis tadi gue ajak Shadian katanya ada di luar sih, gue kira dia sama elo."

"Enggak lah, gila aja."

"Jadi lo nggak ikut?"

"Enggak deh kayanya, maaf ya."

"Santai aja, masih ada malam minggu lain. Oke, bye selamat malam minggu jones."

Kaella terkekeh, dia beruntung mendapatkan teman seperti teman-temannya sekarang. Namun senyuman itu runtuh, Kaella menunduk.

Tapi, mereka berteman dengan Kaella saat Kaella seperti sekarang, mereka tidak tau seperti apa Kaella dulu. Mungkin jika mereka tau dia akan langsung di jauhi. Karena tidak menyangka ikan buntal yang dulu mereka kenal jadi seperti sekarang

Dia jelek dulu, bahkan dia kadang malu jika berjalan di samping sang Kakak yang bisa di katakan oke.

Dia minder. Bahkan banyak yang terang-terangan bilang jika keduanya berjalan bersama mirip dengan angka sepuluh. Kala itu Kaella hanya bisa menunduk.

Kaella hanya berharap saat hari dimana dia mengungkapkan siapa dia sebenarnya teman-temannya tidak menjauhinya. Walau rahasia yang ia jaga sejak dulu sudah Melssa dan Aliani ketahui.

Dia tetap merasa malu jika bertemu dengan teman-temannya pada masa sekolah dulu, padahal ia tau jika teman-temannya dulu mungkin tidak mengenalnya karena penampilan yang berubah tiga ratus enam puluh derajat. Yang sekarang saja mereka tidak kenal.

Kaella meminum lagi milonya. Itu urusan nanti, kalaupun dia di jauhi setidaknya dia pernah merasakan rasa berteman dengan teman-teman yang baik.

. . .

Komen dong

ShadianWhere stories live. Discover now