7. Mesum

2K 273 12
                                    

Mata kuliah pagi ini berakhir setelah dosen mata kuliah membacakan kelompok untuk tugas makalah serta presentasi yang akan di kumpul dan di presentasikan minggu depan.

Baiknya dia sekelompok dengan teman-teman yang di kenal punya otak encer, buruknya Shadian menjadi salah satunya.

"Mau kerja kapan?" Ulfa bertanya, cewek berkerudung merah jambu itu menatap satu-persatu temannya, walau beberapa kali terlihat jika cewek itu memperhatikan Shadian yang tampak cuek bebek.

Shadian ini nggak sadar apa kalo banyak cewek yang naksir dia, atau pura-pura nggak tau sih?

"Secepatnya, kalo enggak nanti makin banyak tugas terus ujung-ujungnya SKS deh." Salah satu temannya yang memakai hoodie hitam bersuara. "Sore ini bisa nggak? Kita nggak ada jam juga, hari ini cuma satu."

"Sekarang juga bisa."

"Setuju."

Ada empat perempuan dan tiga laki-laki di kelompok Kaella, tiga--selain Kaella--langsung serempak setuju saat Shadian bilang jika lebih baik mereka mengerjakan tugas itu sekarang. Dasar cewek.

"Ya udah, mau dimana? Perpus? Jam segini biasanya rame sih." Cowok berambut cepak itu bersuara. "Di kafe depan kampus aja, ada Wi-Fi gratis juga. Mau nggak?"

Saat Shadian mengangguk, para cewek--kecuali Kaella--ikut setuju. Berlebihan, Kaella memutar bola matanya malas.

"Shadian boleh nebeng nggak? Gue nggak bawa kendaraan."

"Gue juga tadi pagi mobil gue masuk bengkel."

"Motor gue ban kempes, gue nebeng ya?"

Salah satu teman laki-laki Kaella mencolek bahu Kaella yang menatap interaksi tiga cewek dan satu cowok itu dengan sinis, menoleh. "Lo nggak ikut ngemis-ngemis minta di bonceng sama Shadian?"

Kaella tertawa paksa, menggelikan sekali. "Maaf, gue bukan cewek kecentilan menye-menye kayak mereka." Kaella berjalan menuju motornya, memakai helm.

Kaella melajukan motornya, sedangkan Shadian menjadi orang berikutnya karena dia jengah dengan teman kelompoknya yang memaksa ingin nebeng.

Kafe dengan konsep indoor dan outdoor yang terkesan hangat serta menu yang hemat di kantong menjadi alasan mengapa kafe itu sering menjadi tempat para anak muda--terutama mahasiswa--untuk nongkrong atau mengerjakan tugas. Di tambag lagi free Wi-Fi.

Kaella mengambil tempat di luar, sengaja. Lagipula matahari tidak terlalu terik dan mereka berada di bawah atap berbentuk payung.

"Lama."

Shadian masih tampak di kerubuni oleh teman sekelompok Kaella, bahkan sekarang tatapan pengunjung kafe yang bergender perempuan berpindah pada cowok itu.

Shadian duduk di samping Kaella, cowok itu mendekat sedikit ke arah Kaella. Berbisik di telinga cewek itu.

"Bantu gue, ntar gue kasih milo."

Kaella menaikkan satu alisnya. "Harga gue nggak sem--"

"Gue kasih sepuluh."

"Deal!" Kaella tersenyum girang, cewek itu mengangguk.

"Shadian gue duduk di sini ya? Eh, siapa sih nama lo, bisa pindah nggak?"

Kaella memutar bola matanya. "Tolong, nggak usah kegatelan."

Cewek itu mendelik. "Gue cuma mau duduk di samping Shadian, lo jangan ngegas lah."

"Tapi Shadian nggak mau," Kaella menatap jengah, cewek itu melirik Shadian yang pura-pura sibuk dengan ponsel. "Lagipula, gue nggak mau pacar gue di tempeli sama lintah kayak lo."

Shadian menoleh, sedangkan tiga teman kelompok Kaella tampak kaget dengan ucapan Kaella.

"Apa? Kalian pacaran? Serius? Masa sih tipe Shadian kayak elo gitu?"

Kaella memutar bola matanya. "Mau bukti?"

Udah deh, percaya aja napa. Batin Kaella menjerit, ayolah dia cuma mau meyakinkan saja.

"Iya! Gue nggak percaya kalo Shadian itu pacar lo! Nggak cocok!"

Kaella harus bersabar, cewek itu dengan gemas menarik satu tangan Shadian yang cowok itu simpan di saku jaket. "Ini."

"Bohong, cuma pegang tangan doang. Lo pasti ngaku-ngaku, 'kan?"

Kaella berdecak sebal. "Shadian aja nggak protes, kenapa kalian sewot banget."

"Maaf, ya. Kalian itu beda kasta, ya jelas gue nggak percaya." Shadian hampir menyemburkan tawanya, namun dia tahan sekuat mungkin. Dia juga sengaja hanya diam, ia ingin melihat apa yang akan Kaella lakukan.

Kaella berdecak, cewek itu dengan kesal melepaskan tangan Shadian yang malah menyeringai menyebalkan. Kaella tersenyum. "Oke, jangan ngiler tapi."

Kaella dengan kilat mencium pipi Shadian yang hanya diam, padahal cowok itu sudah hampir tertawa.

"Itu mah gue juga--"

Mulut ketiga cewek serta dua teman kelas mereka yang ada di sana menganga, bahkan mata Shadian hampir ingin keluar dari tempatnya.

Kaella mencium Shadian, tepat di bibir cowok itu. Hanya menempel namun sanggup membuat semua orang kaget, untung saja tidak ada yang melihat adegan kilat itu kecuali orang yang ada di meja tersebut.

Kaella menatap tajam tiga cewek itu. "Apa lagi? Perlu sampe gue buka bajunya Shadian di sini?"

Ketiga cewek itu diam, sama sekali tidak menyangka apa yang Kaella lakukan.

"Kerjakan cepat!"

Diam-diam, Shadian tersenyum. Cewek itu berani juga.

***

"Gue nggak tau kalo harga ciuman lo setara dengan sepuluh kotak milo."

Kaella memutar bola matanya kesal, cewek itu bersandar ada sandaran kursi dengan tangan terlipat di depan dada.

"Gue mau lagi dong, gue bayar sekarton deh."

Kaella menyerah, cowok ini kalau di diamkan selalu melunjak dan membuat Kaella kesal.

"Bisa diam nggak?"

Suasana kafe mulai sepi, berhubung juga sudah sore. Di meja yang tadinya ramai, tersisa keduanya. Semua karena Shadian yang bilang ingin berduaan dengan Kaella, yang tentunya semua cuma omong kosong. Karena cowok itu pasti ingin mengejeknya, tapi karena status baru yang Kaella umumkan teman-teman mereka percaya dan memilih undur diri. Meski tiga cewek itu terlihat tidak rela, entah karena Kaella dan Shadian berduaan atau karena hubungan mereka yang palsu.

Shadian menyeringai. "Lo bisa berpikiran sampe cium gue? Atau emang lo nafsu sama gue?"

Kaella ingin sekali melempar gelas berisi milo di hadapannya pada Shadian, tapi yang ada nanti dia malah membayar ganti rugi jika gelas itu berakhir dengan pecah.

"Lo mesum banget sih?"

Shadian menaikkan sebelah alis. "Nggak salah? Elo yang cium gue di depan umum, siapa yang mesum?"

"Lo pernah pelecehan seksual ke gue."

Shadian berdecak. "Itu nggak sengaja. Tolong bedakan."

"Itu sama."

"Oke kita impas." Shadian mengangguk. "Coba tadi lo lebih lama, gue pasti balas ciuman lo."

"Omes!"

"Kita 'kan teman, jadi nggak pa-pa lah ciuman."

Kaella mendelik. "Lo gila ya? Emang lo pernah ciuman sama Melssa?"

Shadian menggeleng polos. "Kalo gue cium Melssa yang ada gue di cincang sama Tahta. Kalo elo 'kan belum ada yang punya, jadi nggak pa-pa lah. Gue ikut aja kok."

Kaella menggeleng. "Otak lo ketinggalan di mana sih?"

"Milonya gue tambah lima, tapi lo cium pipi gue, mau nggak?"

"Anjir, lo mesum banget!"

Shadian tertawa.

. . .

Komen dong........

ShadianWhere stories live. Discover now