22. Seseorang

1.4K 208 6
                                    

Menatap sang Kakak yang di masukkan ke dalam mobil ambulans, Kaella berbalik menatap sang Mama yang tampak kelelahan.

"Ma,"

Kaella memeluk sang Mama erat. "Mama istirahat, Kakak udah dapat perawatan yang baik jangan kepikiran lagi."

Malam ini mejadi jadwal keberangkatan sang Mama dan Kakak menuju Singapura, setelah mendapatkan surat rujukan dan surat-surat lain yang memakan waktu untuk di urus.

"Mama nggak rela rasanya tinggalkan kamu." Nesta mencium pipi Kaella. "Nggak pa-pa kamu sendiri?"

Kaella mengangguk. "Iya, Ma. Papa bilang sering main ke rumah kok."

Nesta menghela nafas pelan. "Baik-baik ya, sayang."

Dia tidak mengantar sang Mama dan Kakak hingga bandara, karena kata sang Mama agak ribet untuk urusan sana sini dan Sang Mama tidak ingin Kaella terganggu apalagi keberangkatan mereka tengah malam.

Kaella melambaikan tangannya, sedikit tidak rela dengan kepergian dua orang yang ia sayangi itu. Dia hanya berharap semua baik-baik saja.

Menggunakan taksi untuk pulang ke rumah, Kaella memgerutkan kening saat menemukan Melssa yang berada di depan rumahnya.

"Lo ngapain?"

Kaella menatap Melssa berjongkok di depan pagar rumahnya. Cewek itu mengangkat kepala, menatap Kaella.

"Lo sombong banget sekarang, nggak pernah hubungi gue." Melssa berdiri, cewek yang memakai kaos dan celana pendek dengan rambut di cepol itu menatap Kaella. "Lo habis darimana?"

"Antar Mama sama Abang gue." Kaella membuka gerbang rumahnya, menutup kembali setelah Melssa masuk.

"Sebenarnya gue datang karena mau hibur lo, pasti lo sedih karena sendirian di rumah." Melssa masuk ke dalam rumah Kaella dan langsung menyalakan televisi setelah duduk di sofa. "Nanti yang lain nyusul, Anin juga ikut."

"Bener? Gue lama nggak main sama dia. Dia udah masuk SD 'kan?" Anin, atau Shania adalah adik Melssa yang berumur tujuh tahun, gadis kecil yang aktif. Sudah lama Kaella tidak bermain dengan gadis kecil itu karena dia sudah jarang bermain ke rumah Melssa. Terima kasih pada tugas.

"Yup, dia sekarang kalo masuk kamar gue lipstik sama bedak gue jadi sasaran. Makanya sekarang gue sembuyiin semua." Melssa mengganti chanel televisi. "Itu mereka deh."

Suara gerbang dan tawa membuat Melssa membuka pintu sedangkan Kaella menyimpan tasnya di kamar, dia juga mengganti pakaiannya dengan yang lebih santai.

"Kakak Ella."

"Cantiknya, pake pita." Kaella mencubit gemas pipi Shania yang mengikat rambut dengan sebuah pita berwarna biru. "Kamu lama nggak main sama Kakak, kan?"

Shania mengangguk. "Kakak jarang kerumah sih."

"Kamu gemesin banget, padahal udah besar." Kaella yang gemas mencium pipi Shania membuat gadis kecil itu tertawa.

Shania duduk di samping Melssa setelah lepas dari Kaella, gadis kecil itu duduk dengan tenang saat Melssa mengganti chanel ke chanel kartun.

"Gue haus." Tahta berjalan ke dapur, cowok itu membuka kulkas dan meraih botol air minum dan gelas. "Gue udah lihat videonya."

"Video apa?" Kaella yang sedang mencuci piring menoleh pada Tahta yang sedang minum. "Apa sih?"

Tahta tersenyum penuh arti. "Cium."

Kaella menatap Tahta horor. "Kalo sampe video itu kesebar, berarti elo."

Tahta tertawa. "Santai aja, nggak bakal. Gue lihat di hape Dian kok, lo parah juga." Cowok itu memasukkan kembali botol ke dalam kulkas setelah mengisi lagi gelasnya. "Gue nggak bisa berhenti ngakak waktu nonton."

"Diam. Lo mau ini di leher lo?" Kaella yang sedang mencuci pisau sedikit mengarahkan ke Tahta yang mengangkat kedua tangannya.

"Rahasia aman, Ibu negara." Tahta tertawa, cowok itu berjalan kembali ke ruang keluarga dengan segelas air.

Kaella menghela nafas, rasanya dia ingin sekali melempar pisau di tangannya ke Shadian yang sedang menonton televisi di sana. Jika saja ini di dunia anime bergenre action dimana adegan saling membunuh hal yang biasa.

"Lo melamun apa?"

Kaella menoleh, cewek itu mendengkus saat melihat Shadian yang meminum sekaleng milo. Dia jadi ingat kejadian kemarin, mungkin dia akan sedikit trauma dengan milo dalam kemasan kaleng.

"Mau?" Shadian mengulurkan milo di tangannya ke arah Kaella yang selesai dengan acara cuci piringnya. "Isinya cuma milo."

Berdecak kesal, Kaella menatap Shadian tajam. "Jauh-jauh dari gue, nggak mau gue kena sial lagi."

Shadian tersenyum. "Heh? Bener?" Cowok itu meminum milo di tangannya hingga tandas sebelum menatap Kaella yang sibuk mengelap meja pantri. "Masa depan lo udah kelihatan."

Melirik kesal, Kaella menatap Shadian yang melempar kaleng milo ke dalam tempat sampah dengan sekali lemparan. "Diam deh."

"Jadi pembantu."

Kaella melempar lap yang ia gunakan, tapi dapat di tangkap oleh cowok itu sebelum mengenai wajah Shadian. Mantan Kapten basker di lawan. "Lo emang cocok jadi pembantu sih."

Gadis itu pura-pura tidak mendengar, Kaella memutuskan untuk menggulung rambutnya yang ia jepit dengan jepitan rambut. "Lo kalo cuma mau bacot, jauh-jauh dari gue."

Shadian menarik ujung bibirnya. "Cium."

Kaella menendang kaki Shadian, tapi cowok itu cepat menahan kaki Kaella. "Lo emang setan ya, pengen banget gue pukul muka lo."

"Boleh, tapi pukulnya pake bibir, ya?"

Kaella menarik kakinya, cewek itu berjalan menuju ruang keluarga, agar dia tidak lagi bertengkar dengan Shadian yang bar-bar.

Duduk di karpet dengan wajah tertekuk saat Shadian duduk di sofa tepat di belakangnya, Kaella mendengkus.

"Kalian ada waktu kapan? Kita jalan-jalan yuk, gue tau kalian semua pasti kurang piknik." Melssa menjadi yang paling sibuk diantara mereka semua belakangan ini, jadi sebenarnya ajakan itu secara tidak langsung menyindir cewek itu sendiri. "Ke pantai kek, kemana gitu. Nggak bosan apa?"

"Enggak sih." River yang menopang dagu di atas meja membalas tanpa memberikan atensi pada Melssa. "Bukannya hari libur lebih baik di habiskan dengan rebahan."

"Gue setuju." Kaella langsung menyetujui ucapan River. "Gue mau maraton anime."

Melssa berdecak. "Sekali-sekali, kita nggak pernah kemana-mana semenjak kuliah, nggak pernah liburan sama-sama."

"Emang waktu SMA pernah?" Shaden melirik Melssa.

Melssa tampak berfikir. "Enggak sih kayaknya."

"Nah itu."

"Tapi kapan lagi gitu, mumpung masih semester awal kalo udah semester tua nanti nggak ada waktu." Melssa mengecutkan bibirnya. "Kalian kompak dikit napa."

"Itu tadi udah kompak nggak mau ikut, kurang apa lagi?" Ucapan Shadian membuat Melssa menatap kesal cowok itu. "Apa?"

"Lo nyebelin." Melssa mendengus kesal. "Kayaknya Shadian bakal jomblo seumur hidup."

"Lo siapa atur jodoh gue?" Shadian mendorong kepala Melssa membuat cewek itu memukul tangan Shadian yang mendorong kepalanya.

"Habisnya mulut lo itu kasar banget, mana ada cewek yang mau lah."

Shadian mendengkus. "Gue cuma bicara jujur, kalo emang jodoh mah mau gue jungkir balik juga tetap aja jawabannya sama."

"Yang jadi jodohnya Shadian nanti pasti cepat stres."

"Bener banget."

Shadian menatap kesal Kaella dan Melssa yang saling setuju dengan ucapan masing-masing. "Diem deh."

. . .

Biasalah, komen jangan lupa

ShadianWhere stories live. Discover now