32. Berita Baik dan Berita Buruk

1.4K 274 19
                                    

Sebuah berita baik muncul tadi malam, sang Kakak, sadar dari tidur panjangnya. Setelah sekian lama, setelah banyak doa dan setelah banyak dokter yang menyerah menangani sang Kakak. Akhirnya kabar baik muncul.

"Untuk sekarang Abang kamu harus di rehabilitasi dulu, kaki Abang kamu masih belum berfungsi baik. Kamu bersabar ya."

Kaella hanya bisa berdoa untuk kelancaran dari rehabilitas yang dilakukan Sang Kakak.

"Kesambet apa lo senyum-senyum?" Shadian memerhatikan Kaella yang duduk di sampingnya. "Siapa yang telpon?"

Kaella menatap Shadian, bahkan sampai memegang kedua tangan Shadian. Beruntung minuman ditangan cowok itu tidak sampai tumpah. "Gue seneng."

Shadian mengerutkan kening, menatap Kaella yang tersenyum cerah. Dia sebenarnya ingin menarik tangannya, tapi tampaknya Kaella belum mau melepaskan tangannya dan dia akan merasa bersalah sepertinya jika sampai minumannya tumpah ke arah Kaella yang sedang bahagia. Hei, dia masih manusia dan punya hati, ia tidak sejahat itu.

"Kenapa?" Shadian bertanya, untunglah mereka hanya berada di salah satu kios kecil di pinggir jalan yang memiliki tempat duduk di depan kios, hujan sejak tadi belum juga reda membuat mereka memutuskan untuk berteduh sebentar.

"Kakak gue bangun."

"Yang koma itu?"

"Pasti dari Papa gue." Shadian mengangguk, ia ingat jika Kaella punya Kakak tetapi dalam keadaan koma. Ini memang sebuah berita yang sangat membahagiakan jika benar Kakak Kaella bangun setelah sekian lama koma karena kecelakaan. "Akhirnya dia bangun, gue senang. Gue kangen, dan akhirnya dia bangun hiks."

"Tunggu," Shadian pelan-pelan melepaskan tangan Kaella yang memegang tangannya sejak tadi, lalu meletakkan minumannya di tempat lain sebelum menatap Kaella yang menangis. "Orang bakal kira lo gue apa-apai, jangan nangis bego."

"Lo nggak bisa apa baik sama gue?" Kaella mengusap air matanya dengan lengan baju. "Setidaknya lihat teman lo nangis jangan keluarkan kata-kata jahat napa."

Shadian berdecak. "Kalo gue baikin lo yang ada makin nangis, gue males dengarnya."

Kaella tersenyum masam. "Ya, lo Shadian. Nggak heran sih. Lo 'kan emang jahat."

"Terus kenapa lo berharap gue baik sama lo klo sendirinya udah tau?"

Kaella mendengkus, cewek itu duduk menghadap ke jalan, menatap air hujan yang tampaknya perlahan milai reda. "Lo, cuma sendiri, kan?"

Shadian mengerutkan kening, bingung.

"Anak satu-satunya."

Shadian mengangguk. "Kenapa?"

Kaella tersenyum. "Kalo misal lo punya adek lagi apa yang bakal lo lakukan."

"Jadi hot daddy lah."

Kaella terkekeh. "Lo bisa ngelawak juga."

Shadian hanya diam, cowok itu meminum kembali minumannya sebelum berbicara. "Gue sebenarnya punya adek, tapi dia udah nggak ada."

"Hah? Beneran?"

Shadian meminum minumannya, cowok itu mengangguk. "Tapi gue masih kecil banget waktu itu."

"Kakak."

Shadian melirik. "Itu kata yang berat."

"Tanggung jawab."

Kaella tersenyum. "Lo kalo nggak suka ngomong kasar kayaknya banyak cewek yang mau sama elo."

"Gue gini aja banyak yang suka, apalagi kalo gue nggak gini."

"Apaan sih." Kaella mendengkus. "Ayo balik."

ShadianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang