19. Kenangan Lama

1.4K 230 8
                                    

Pertandingan semi final antar sekolah yang diadakan sore ini mendapatkan kemenangan dari sekolah lama mereka yang hanya selisih tipis dengan sekolah lawan mereka.

"Gue jadi rindu masa sekolah." River meminum minumannya yang sudah tidak lagi sedingin saat pertama kali di beli. "Kenangan banyak banget di sini." River melemparkan tatapannya ke seluruh lapangan yang masih tampak ramai karena selebrasi kemenangan sekolah mereka.

"Lo kek apaan aja." Tahta mendengkus, cowok itu melirik Kaella yang duduk di sampingnya, diantara Shadian dan dirinya. "Melssa sibuk jadi gue nggak bisa ajak."

Kaella yang sedang meminum milo hasil pemberian Shadian tadi, walau sudah tidak dingin lagi, menoleh. "Ya, nggak bisa di paksa jadi nggak pa-pa."

"Sekarang lo jadi ikut terus sama kita ya?" Kaella menaikkan sebelah alisnya bingung dengan ucapan Shaden yang duduk di samping Shadian. "Shadian sering ajak lo kemana-mana sekarang, biasanya 'kan kalian berantem jadi jauh-jauhan."

"Udah gede, udah tau mana yang harus dan enggak buat dilakukan." Shadian membalas cuek, cowok itu sudah menurunkan maskernya hingga dagu, dengan topi yang hampir menutup sebagian wajah cowok itu. "Tunggu agak sepi baru keluar."

Mulai banyak yang bergerak untuk keluar dari area lapangan, pertandingan yang di memenangkan oleh tuan rumah membuat suporter dari sekolah lain langsung pulang.

"Jadi kayak playgirl."

Kaella kaget, cewek itu bahkan sampai termundur saat adik kelasnya yang sempat berdebat dengannya tadi tiba-tiba saja berada di kursi tepat di depan Kaella. Dengan senyuman menyebalkan yang mengingatkan Kaella dengan Shadian.

Mendengkus Kaella mendorong kepala adik kelasnya itu. "Nggak sopan."

Adik kelasnya itu tersenyum, mengulurkan tangannya. "Kita belum kenalan, gue Azkara."

Kaella menghela nafas, sebenarnya dia tidak mau menerima uluran tangan itu tapi kasian juga kalau harus malu di depan banyak orang. Dengan berat hati Kaella menerima uluran tangan Azkara tapi langsung menarik tangannya kembali dengan cepat.

"Oke." Kaella hanya mengucapkan itu, namun membuat Azkara tersenyum, cowok itu lalu melirik River, Tahta, Shaden lalu berhenti pada Shadian.

Azkara menarik ujung bibirnya. "Halo, Kapten."

Shadian mendengkus, dia tau siapa Azkara, dia adalah salah satu anggota ekskul basket. Shadian hanya diam, tidak ingin menanggapi.

"Sekarang gue jadi penerus lo, gue sekarang Kaptennya." Azkara tersenyum, cowok itu lalu menatap Kaella yang sibuk dengan ponsel. "Tapi, gue baru lihat Kakak yang satu ini, padahal alumni."

Kaella yang merasa di perhatikan mengangkat kepala, cewek itu menaikkan satu alisnya, dia mendengus pelan. "Lo nggak perlu tau gue siapa, masih kecil itu fokus belajar jangan sok tebar pesona."

Azkara mengangguk, cowok yang masih mengenakan seragam basket dengan sebuah handuk melingkar di leher cowok itu tersenyum.

Sepertinya Azkara murah senyum, terlalu murah senyum, hingga terasa menyebalkan. "Kakak nggak niat sebutkan nama Kakak? Gue udah sopan loh."

Kaella memutar bola matanya, cewek itu menunjuk Shadian dengan ibu jarinya. "Tanya sama dia, gue lagi males urusan dengan anak kecil."

"Anak kecil, heh?" Azkara tersenyum lebar. "Kalau kita ketemu lagi, gue pasti udah tau nama lo, Kak." Azkara berdiri, cowok itu lalu bergabung kembali dengan teman-temannya di lapangan, Azkara berbaik sekali dengan senyuman ke arah Kaella.

"Wow, lo udah punya penggemar aja, La." River tertawa. "Mana agresif banget lagi." River sejak tadi hanya diam, bersuara, karena dia tentu tau siapa Azkara. Pada masanya Azkara adalah salah satu murid sekolah mereka yang mencolok, tapi dia tidak menyangka bisa-bisanya Azkara terang-terangan mendekati Kaella.

Tahta tertawa, dia hanya sekedar tau nama, tidak mengenal namun rasanya ada yang menarik dari Azkara. "Agresif."

"Dian, jangan sampe kalah saing." Shaden menepuk bahu Shadian.

"Apa sih." Shadian menepis tangan Shaden dari bahunya. "Ayo pulang."

Shadian berjalan duluan, dan itu malah mengudang tawa dari Tahta, River dan Shaden sedangkan Kaella mengejar Shadian setelah pamit pada tiga orang itu.

"Temani gue pulang bentar." Shadian memberikan helm pada Kaella, cewek itu mengangguk saja. Sepertinya mood Shadian sedang tidak baik, walau setiap hari cowok itu memang sama sih.

Kaella ikut saja.

***

Rumah Shadian sedang kosong, Mama Shadian sedang pergi sedangkan Ayah Shadian memang selalu sibuk dengan urusan kerja.

Kaella duduk di sofa ruang tamu Shadian, sedangkan cowok itu naik ke lantai atas. Katanya ingin mengambil sesuatu.

Mata Kaella jatuh pada sebuah foto yang tergantung di dinding, cewek itu berjalan menuju pigura foto itu. Ah, ia ingat ini adalah foto satu angkatan sekolahnya.

Kaella menemukan sahabat yang selalu bersama itu, Melssa, Tahta, Gisell, River, Shaden, Shadian dan Aliani yang tidak lagi bersama-sama mereka karena bersekolah di luar negeri.

Tersenyum, Kaella menatap dirinya dulu. Dan entah kenapa dia bisa berdiri di samping Melssa padahal mereka berbeda kelas dulu.

"Itu waktu SMP."

Kaella menoleh, cewek itu mengangguk pelan. Dia lalu kembali menatap foto itu. "Ini Melssa, kan?" Kaella menunjuk Melssa yang tersenyum di foto tersebut.

Shadian mengangguk. "Hm, lo pasti kenal karena muka kami nggak ada yang berubah sih."

Kaella tersenyum. "Ini siapa?" Kaella menunjuk gadis yang duduk di samping Melssa, mereka dalam pose foto bebas dan di sana tangan Melssa memegang bahu gadis berpipi tembam itu. "Tapi kalian waktu itu lagi musuhan, kan? Mungkin lo nggak kenal."

Shadian menatap siapa yang Kaella tunjuk. "Oh, itu anak aneh yang dulu kejar-kejar gue. Padahal jelek."

Kaella tersenyum, matanya melirik ke arah lain. "Mukanya kayak pernah gue lihat, makanya gue tanya."

Shadian mengangkat bahu. "Gue nggak mau akui sih, tapi dia mantan gue, tapi gue terpaksa. Nggak gue anggap juga sih."

Kaella tertawa. "Lo punya masa kelam juga. Bisa punya mantan jelek kayak gitu, gendut pula."

Shadian mengangkat bahu. "Ya gitu lah, mau diapai lagi."

Kaella mengangguk pelan, cewek itu meraih ponselnya yang ia letakkan di atas sofa. "Ayo."

Shadian mengangguk pelan, cowok itu mengunci pintu sebelum menyusul Kaella yang menunggu di motor.

"Lo bayangkan, misalnya mantan lo yang gendut tadi berubah jadi kurus terus cantik, lo nyesal nggak?"

Shadian menggeleng tanpa berpikir. "Enggak lah, bodo amat. Cantik paling ya kayak apa doang, jelek gitu."

Kaella menarik ujung bibirnya. "Kalo misal dia udah cantik banget, terus dia diam-diam dekati lo buat balas dendam karena lo dulu pernah jadiin dia pacar cuma karena di suruh lo bakal lakuin apa?"

Shadian yang sudah duduk di atas motor begitu juga Kaella menoleh kebelakang. "Mana ada kayak gitu."

"Misalnya,"

"Lo kebanyakan nonton sinetron." Shadian menggeleng pelan. "Kalaupun dia cantik, berubah nggak akan ada bedanya. Di mata gue dia nggak ada bedanya."

"Lo ingat namanya?"

Shadian terdiam, cowok itu mengerutkan kening. "Enggak, gue lupa namanya. Nggak penting juga, ngapain gue ingat-ingat nama orang nggak penting kayak dia."

"Benar." Kaella tertawa. "Ayo,"

. . .

Komennnnnnnnnnn..

ShadianWhere stories live. Discover now