8. Lupa

1.7K 268 5
                                    

Matahari telah kembali ke peraduannya, perlahan satu persatu rumah mulai menyalakan lampu masing-masing.

Termasuk Shadian yang baru bangun dari tidurnya, padahal waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam.

Shadian menyalakan lampu, cowok itu menguap sambil menggaruk kepalanya, membuat rambut birunya berantakan.

Menatap jam, Shadian berjalan menuju kamar mandi guna membasuh tubuhnya. Sepulang dari kerja kelompok, Shadian langsung tidur. Bahkan dia masih memakai baju kampusnya.

Shadian menatap kaca, dia menggosok giginya setelah mandi. Matanya menatap wajahnya yang kata orang tampan, padahal dia rasa biasa saja.

Menggigit sikat giginya, Shadian teringat kejadian sore tadi. Dia lupa jika harus membelikan gadis itu milo.

Shadian tersenyum geli, bisa-bisanya gadis itu menciumnya. Sejujurnya, itu bukan ciuman pertama Shadian. Dia pernah di tahap nakal yang membuat ia sedikit gila, bahkan pada pacar-pacarnya dulu. Salah satunya berciuman. Shadian rasa itu bukan hal yang baru. Bahkan di zaman sekarang ini anak SD sudah tau pacaran.

Tapi.. Shadian hanya menggunakan feeling, dia merasa jika sore tadi adalah ciuman pertama cewek itu. Shadian menyeringai, dibalik sifat bar-bar ternyata cewek itu memiliki rahasia.

Shadian memakai kaos biru donker miliknya, celana training serta hoodie menjadi penyempurna.

Sepertinya dia akan membelikan milo sekalian mengejek cewek itu. Meraih kunci motornya, Shadian bergegas.

***

Kaella menguap lebar, dia menatap mie yang baru ia masukkan ke dalam air panas yang mendidih di atas kompor.

Berhubung sang Mama sedang keluar kota untuk mengurus beberapa hal sebelum membawa sang Kakak keluar negeri. Dia bebas memasak apa yang ia inginkan.

Sang Mama akhirnya setuju dan memutuskan untuk membawa Klevian ke Singapura. Meski awalnya tidak mau, namun Kaella meyakinkan sang Mama agar membawa sang Kakak, dia bisa mengurus diri sendiri. Selama ada warung dan stok mie di rumah dia aman-aman saja soal makanan.

Ponsel Kaella bergetar, cewek dengan kaos kebesaran dan celana pendek itu meraih ponselnya setelah menuang mie rebus yang ia campur dengan telur ke dalam mangkuk.

Menaikkan sebelah alis, Kaella menggeser warna panggilan hijau guna menjawab panggilan tersebut.

"Keluar."

"Apa-apaa lo telepon gue bilang keluar." Kaella mendengkus, berniat memutuskan sambungan telepon tetapi suara pintu yang di ketuk membuat cewek itu mengalihkan pandangannya.

"Gue di depan rumah lo."

Kaella terdiam, sedetik kemudian cewek itu berlari menuju pintu depan dan membukanya dengan kasar. Cewek dengan rambut agak berantakan itu mendengkus kuat melihat siapa yang meraih sesuatu di atas motor dengan wajah songong yang sangat Kaella benci.

"Ngapain lo ke sini?" Kaella melirik sinis.

Cowok dengan rambut biru itu berjalan mendekat, dengan santai membawa sebuah plastik. Shadian menyodorkan plastik berisi lebih dari sepuluh kotak milo ke hadapan Kaella, sebenarnya dia bisa saja membeli langsung satu karton, mungkin dia akan lakukan itu lain kali.

"Janji gue."

Meski dengan ogah-ogah, Kaella menerima plastik tersebut. "Udah, pulang sana."

Shadian menyeringai, dia kemari bukan hanya untuk mengantarkan milo. "Itu ciuman pertama lo, 'kan?"

Mata Kaella membulat dengan wajah berubah kesal. "Enggak lah. Enak aja, gue itu udah sering gituan."

"Lo nakal juga, ya?" Shadian manggut-manggut.

ShadianWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu