48. Menguak Kebenaran

1.5K 328 148
                                    

Sekitar dua minggu lebih waktu yang telah berlalu semenjak hari mereka pergi ke pantai. Hari-hari yang cukup berat karena mulai memasuki minggu pelaksanaan UTS. Beberapa mata kuliah sudah UTS, namun beberapa lagi masih harus menunggu.

Kaella, Dirla, Sefa dan Nura masih berada di dalam ruangan, mata kuliah untuk hari ini sudah berakhir.

"Mau jalan nggak? Gue lagi pengen makan makanan masa kecil." Dirla yang sudah selesai merapikan barang-barangnya bersuara. "Lo ikut nggak, La?"

Kaella mengangguk. Cewek itu melirik ke arah depan, bertepatan dengan Shadian yang berdiri dan tampak tersenyum sambil menatap layar ponsel. Pasti pesan dari Safiria.

Semenjak hari itu, Kaella menarik diri agak menjauh dari Shadian. Dia tidak lagi mengganggu atau duduk disamping Shadian saat kelas. Erwin sempat bertanya iseng kenapa Kaella lebih sering duduk dibelakang bersama Sefa dan yang lain. Kaella hanya meberikan alasan kalau mereka sekelompok dalam beberapa mata kuliah, jadi rasanya lebih enak saja kalau bergabung dengan teman kelompok. Alasan klise, padahal jika dia mau dia bisa sekelompok dengan Shadian dan semua akan lebih mudah karena cowok itu pasti akan mengerjakan sebaik mungkin. Tapi dia memilih untuk tidak melakukan itu.

Shadian sempat juga bertanya padanya saat UTS hari pertama, apa Kaella bisa mengerjakan atau tidak kalau mau belajar sama-sama juga bisa. Tapi Kaella mengatakan jika dia bisa mengerjakan walau agak kesulitan, dia juga belajar bersama Nura dan yang lain, jadi dia tidak perlu bantuan Shadian.

Semenjak saat itu Shadian juga tidak lagi bertanya tentang apapun pada Kaella, padahal biasanya meskipun Kaella bersikap cuek sesekali cowok itu akan iseng, tapi kali ini tidak.

Kaella semotor dengan Dirla, sedangkan Sefa dan Nura semotor. Tujuan mereka adalah jajanan kaki lima yang biasanya ada di pinggir jalan.

"Lo sama Shadian marahan?" Dirla memajukan kepalanya ke depan.

"Enggak, siapa bilang?" Kaella mengendarai motornya dengan kecepatan santai, dia berada di belakang Sefa dan Nura yang membawa motor dengan kecepatan yang sama.

"Habis kalian kayak nggak pernah bicara, padahal biasanya ribut."

Kaella terkekeh. "Emang mantan ada yang bisa akur?"

"Tapi kemarin-kemarin biasa aja tuh. Kok sekarang kayak aneh."

"Aneh gimana?"

"Gimana ya bilangnya, kemarin-kemarin kalian masih kayak komunikasi, gue masih berpikiran nggak ada apa-apa, tapi akhir-akhir ini aneh aja."

Kaella menarik ujung bibirnya, begitukah? Bahkan Dirla bisa tau jika sesi diam yang terjadi diantara mereka adalah hal yang aneh. Tapi tampaknya Shadian sama saja. Tidak merasa ada yang aneh, atau sengaja? Kaella tidak tau.

"Kalo gue bilang, gue sama Shadian pacaran cuma bohongan lo percaya nggak?"

"Percaya."

"Hah?"

Dirla tertawa. "Siapa coba pacaran kayak lo bedua, kalian tuh cuma kayak apa ya, cuma status berubah tapi kelakuan satu sama lain tetap sama. Gue udah curiga dari awal, tapi gue diam aja. Kayak cukup tau aja gitu. Eh, beneran ternyata."

Kaella mengangguk. "Ya gitu, dia minta tolong biar nggak ada cewek-cewek aneh yang dekati dia. Jadi gue terpaksa iya aja."

"Dan lo baper?"

"Kenapa sih omongan lo kayak pas terus?"

Dirla tertawa.

Kaella memarkirkan motornya di pinggir jalan yang tidak mengganggu pengendara lain. Cewek itu berbalik menatap Dirla. "Lo INTEL atau apa?"

ShadianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang