63. Hari Yang Berlalu

1.4K 284 16
                                    

Keadaan Safiria memburuk, itu kata Ayah Safiria yang sempat datang ke ruang inap Kaella.

Papa Kaella sempat berbincang dengan Ayah Safiria, dan cerita yang pernah sang Kakak ceritakan sama.

Safiria kesepian dan melakukan hal buruk. Kedua orang tua Safiria tau jika anak mereka memakai hal yang seharusnya tidak boleh. Tapi, Safiria adalah anak yang temperamen.

Beberapa kali mereka membawa Safiria ke psikolog hanya untuk memastikan karena Safiria semakin hari semakin aneh. Safiria menolak.

Fakta yang baru Kaella ketahui adalah Safiria selama ini tinggal sendiri di sebuah kontrakan. Dan ternyata Shadian sudah di minta untuk membayar sewa rumah itu sekitar setahun. Ada bukti transaksi dan nota dari pemilik kontrakan tersebut.

Kedua orang tua Safiria telah meminta maaf pada Shadian dan meminta untuk menemui kedua orang tua Shadian untuk mengganti uang tersebut. Tapi Shadian menolak. Kedua orang tua Safiria tau jika Shadian ada dalam pengaruh anak mereka, karena itu Shadian menolak keras.

Sepertinya kedua orang tua Safiria sangat terpukul dan merasa bersalah. Mereka menyesal karena tidak benar-benar menjaga anak mereka.

Tapi nasi sudah menjadi bubur, mau di ubah sudah tidak bisa lagi. Hanya bisa berharap yang terbaik.

Kaella menatap layar ponselnya, pesan yang ia kirim pada Shadian masih centang satu. Artinya dia masih di blok oleh cowok itu.

Menghela nafas pelan, Kaella sudah lebih baik. Walau kadang kaki dan tangannya terasa sangat sakit dan sulit di gerakkan, tapi dia jauh lebih baik sekarang.

"Selamat ulang tahun!"

Sang Kakak yang menjaganya semalam adalah yang mengucapkan selamat ulang tahun untuk pertama kali pada Kaella. Lalu ponselnya bergetar terus menerus karena pesan dari Melssa, Gisell dan Aliani--teman Kaella sewaktu SMA.

Kini orang-orang itu ada di hadapannya membawa sepotong kue dengan lilin menyala di tengah kue.

"Selamat tambah tua!" Gisell bertepuk tangan. "Ayo, di tiup dulu lilinnya."

"Make a wish!"

Kaella menutup matanya dan membuka setelah selesai mengucapkan doa dalam hati. Meniup lilin itu Kaella meletakkan jadi telunjuknya di depan bibir saat teman-temannya bersorak keras.

"Yeeee!" River bersorak dengan nada berbisik membuat semua yang ada di ruangan itu tertawa.

"Teman gue udah tua." Melssa memeluk Kaella. "Sakit, nggak? Kena?" Melssa baru ingat jika temannya ini bukan sedang keadaan sehat. Dia terlalu bersemangat sampai memeluk Kaella.

"Enggak kok." Kaella tertawa.

Gisell ikut memeluk Kaella. "Semoga semua lancar. Semoga cepat dapat yang pasti!"

"Amin!" Itu suara River dan Tahta.

"Eh, rame nih." Sang Kakak, Klevian yang tadinya pergi mengangkat telepon kembali. "Lanjut aja nggak pa-pa."

"Udah lancar nih jalannya." River merangkul Klevian. "Udah aman nih."

Klevian tertawa, dia memukul pelan kepala River. "Nggak sopan dasar anak durhaka." River tertawa. "Eh, ada yang datang nih, tadi gue nggak sengaja lihat di depan."

Klevian bergeser begitu juga River, membiarkan cowok dengan hoodie berwarna hitam masuk.

"Siang." Navra melambaikan tangannya kaku. Tidak menyangka jika ruang inap Kaella akan ramai.

"Eh, ada Kakak Navra." Tahta berkedip beberapa kali pada Kaella yang memberikan tatapan aneh. "Bang, lo tau nggak siapa yang hapus video Kaella yang di Mall itu? Itu dia!"

ShadianWhere stories live. Discover now