14. Rahasia Yang Bukan Rahasia Lagi

1.6K 219 1
                                    

"Gue kira lo cuma hoax doang loh."

Shadian mengabaikan, dia lebih memilih memakan bakso pesanannya yang baru saja sampai.

"Jadi, dia beneran cewek lo?" Shadian hanya diam. "Jawab napa."

Awalnya dia tidak ingin bergabung ke dalam organisasi sosial yang ada di kampusnya, karena isinya laki-laki semua. Terlebih lagi yang menjadi anggotanya adalah anak-anak dari setiap Fakultas yang terkenal sering bolos tapi memiliki nilai yang entah bagaimana selalu memuaskan.

Nama organisasinya adalah Bisa, entah kenapa namanya begitu dan anehnya merupakan salah satu organisasi yang terkenal, walau isinya laki-laki semua. Mungkin karena mereka lah yang selalu turun tangan dalam kegiatan sosial kampus atau jika terjadi keributan.

Shadian kira hanya di novel romansa sekolah saja ada geng seperti itu, ternyata di kampusnya juga ada. Bahkan Rektor pun selalu menjadi penyumbang nomor satu jika ada kegiatan yang di lakukan oleh Bisa.

"Hm." Shadian memakan baksonya dengan tenang, dia berada di kantin Fakultas Kedokteran yang terkenal dengan minuman sehatnya. Walau Shadian rasa semua sama saja.

"Diren lama." Tito mendengkus pelan, cowok itu meminum jus alpukat miliknya sambil bersandar pada sandaran kursi. "Dia udah di tangani sama kampus, mungkin di skors atau kalo enggak di DO."

Menyelesaikan makannya dan meminum jus semangka dingin miliknya Shadian bersandar pada sandaran kursi. "Kapan mau ke panti lagi? Rencananya minggu ini, kan?"

Tito mengangguk. "Sekretaris kita belum keluarkan pemberitahuannya, karena dia lagi quiz katanya."

"Tumben banget belajar, biasanya malas tuh anak."

"Katanya dia mau jadi guru bahasa Indonesia yang lebih baik lagi, supaya murid-muridnya mengerti kenapa kata 'di' ada yang disambung ada yang dipisah, jadi dia belajar." Tito terkekeh, cowok itu mengangkat satu tangannya saat melihat Diren yang memasuki area kantin.

"Tumben lo ikut, biasanya kalo enggak di terror dulu sama ketua mana lo mau datang." Diren, anak kedokteran dengan semester sama dengan Tito itu duduk di samping Shadian yang mendengkus. "Ya, habis ketua Bisa Fakultas Sastra lebih milih molor terus."

Ada yang menarik, di Bisa mereka akan memiliki ketua di setiap Fakultas. Urutan Organisasi ini adalah Ketua, lalu Wakil Ketua, ada Sekretaris, Bendahara, Ketua setiap Fakultas lalu para anggota. Termasuk organisasi besar namun tidak begitu banyak yang tertarik bergabung karena mereka lebih cenderung melakukan kegiatan sosial, walau ada beberapa kegiatan lain.

"Gue sibuk." Shadian meminum jusnya. "Si setan itu udah ketangkap."

"Bagus lah. Berani banget ngambil uang dosen, uang kita juga di ambil lagi." Laki-laki yang semalam di tangkap oleh mereka memang tidak hanya mencuri uang Dosen namun juga uang organisasi mereka, padahal mereka akan melakukan kegiatan minggu ini. Karena itu Organisasi mereka mati-matian mencari orang yang tidak bertanggung jawab itu.

"Lo harusnya ikut kemarin ada hal yang menarik." Tito terkekeh saat Shadian melirik, sedangkan Diren tampak tertarik. "Shadian bawa ceweknya, mana manis lagi."

"Heh? Shadian? Lo nggak salah? Emang ada ya yang mau sama orang nggak sabaran kayak ini anak?" Diren tertawa, tidak menyangka Shadian yang temperamen mode selalu, bisa memiliki tambatan hati. "Kenalin dong."

Shadian mendengkus. "Nggak."

"Posesif amat." Diren mendengkus. "Kalo gitu gue tanya ke Tahta sama Shaden deh."

"Mereka nggak tau." Shadian meminum jusnya, cowok itu melirik Diren dan Tito yang menatapnya kaget. "Apa?"

"Mereka nggak tau? Lo pacaran backstreet? Bisa-bisanya mereka nggak tau."

ShadianWhere stories live. Discover now