5. Kesal

1.7K 268 5
                                    

Halaman depan rumahnya berubah jadi tempat cuci motor pada saat weekend. Shadian menggosok body motornya, dia sudah hampir sebulan tidak mencuci motornya.

Dengan celana pendek dan tidak memakai baju, Shadian menyiram motornya yang selesai ia cuci.

Mungkin kalau Shadian seperti ini di kampus, akan banyak perempuan yang mendadak pingsan dan mimisan. Dia memang tidak punya perut kotak-kotak, namun badannya bisa di katakan bagus, meski tanpa roti sobek yang menggoda iman.

"Shadian!"

Cowok berambut biru itu menoleh, menemukan sahabatnya yang melambaikan tangan dari balkon. "Apa?" Shadian kembali melanjutkan kegiatannya.

"Ke Melssa yuk! Mereka lagi main ludo." Rumah Gisell tepat berada di sebelah rumah Shadian, bahkan dari balkon saja mereka bisa berkomunikasi seperti sekarang.

"Males, paling Melssa kalah." Shadian menyiram body motornya, lalu meraih kain untuk mengeringkan motornya. "Lo aja sana,"

"Nggak seru!" Gisell mendengkus kesal, temannya yang satu ini. "Ayolah, Shaden sama Tahta udah disana."

"Lo nggak lihat gue lagi ngapain?" Shadian menatap Gisell yang berada di balkon dengan datar.

"River aja udah di sana, ayo ah!"

"Males."

Gisell berdecak sebal. "Melssa beli milo katanya, kalo lo lama ntar yang habiskan Kaella." Cewek itu mulai menyerah, Shadian memang paling keras kepala.

Shadian mengangkat bahu. "Gue bisa beli sendiri."

"Nyebelin." Gisell menyerah, cewek itu memilih masuk ke dalam dan bergegas ke rumah Melssa, bahkan menyempatkan diri untuk melempar Shadian dengan batu kecil dari gerbang rumah cowok itu. Sebagai tanda rasa kesalnya pada temannya itu.

Shadian menghela nafas, cowok itu meraih kaos hitam miliknya lalu ponsel yang ternyata terdapat beberapa panggilan tak terjawab dari Tahta dan Melssa. Pasti mengajak Shadian untuk bergabung. Shadian merapikan barang-barang yang ia gunakan untuk mencuri motornya.

Dengan celana selutut berwarna cream serta kaos hitam polos yang hanya ia sampirkan ke bahu kanannya, Shadian berjalan menuju rumah Melssa. Untung cuaca sedang tidak terik.

Rumah Melssa tampak ramai dengan suara entah suara teriakan atau suara musik yang di putar dengan agak kuat. Mengganggu hari sabtu yang tenang saja. Tapi kalau mereka sudah gabung memang kapan ada ketenangan, yang ada pasti rusuh.

Teras belakang adalah tempat pusat keributan. Ada Melssa, Gisell serta Kaella yang memutar musik K-pop dengan suara keras, tidak lupa ketiganya yang bernyanyi pula, dengan teriakan.

Sedangkan tiga laki-laki yang ada di sana terlihat bermain ular tangga dengan serius.

"Serius amat." Shadian duduk di samping River.

Cowok itu menoleh. "Taruhan nih." River kembali menatap papan permainan.

Shadian menoleh, menemukan lima milo yang menjadi taruhan permainan mereka. Shadian mendengkus. "Kayak nggak bisa beli aja."

"Yang gratis paling enak, cuy. Ngomong-ngomong lo pamer banget ya, sengaja nggak pake baju?" Suara Tahta membuat Shadian memakai kaosnya.

"Panas tadi." Shadian melirik permainan ketiga temannya, Shaden tampaknya beruntung karena mendapat angka enam beruntun.

Shadian menoleh saat lagu yang di putar berbeda genre dengan yang sebelumnya, ia hanya geleng kepala menatap ketiga cewek yang sibuk bernyanyi, padahal suara mereka sangat mengganggu.

"Put your hand in mine
You know that I want to be with you all the time
You know that I won't stop until I make you mine
You know that I won't stop until I make you mine
Until I make you mine."

Shadian terdiam saat matanya bertemu dengan milik Kaella, cewek itu bahkan mengedipkan sebelah matanya saat bernyanyi reff lagu tersebut. Shadian mendengkus. Apa-apaan itu?

"Katanya nggak mau datang." Ketiga cewek itu sudah selesai dengan karoke mendadak mereka, Gisell meraih milo di milik River, cowok itu membiarkan.

"Udah tua juga masih aja korea-korea." Shadian geleng kepala.

"Nggak ada patokan usia untuk ngefangirl. Semua usia bebas." Melssa membalas ucapan Shadian.

Shadian hanya memutar bola matanya, cowok itu beralih menatap Kaella yang melepaskan jaket yang di pakai cewek itu.

Shadian menatap Kaella yang juga menatapnya. Gisell menjadi orang pertama yang sadar, alasan mengapa kedua orang itu saling tatap dengan agak kesal.

"Eh, ada yang bajunya couple nih." Gisell terkekeh geli. "Sama-sama hitam."

Kaella mendengkus kesal. "Lo ngapain pake baju hitam juga sih."

"Suka-suka gue lah, lo juga ngapain pake baju hitam? Udah tau panas." Shadian melirik Kaella sinis. "Dasar plagiat."

Kaella melotot, cewek itu dengan kesal menarik rambut biru Shadian membuat cowok itu mengaduh kesakitan.

"Lo emang bar-bar banget!" Shadian mengusap kepalanya, rambutnya pasti ada yang rontok. Benar saja, beberapa helai rambutnya jatuh di atas celana cream miliknya. "Sini gue tarik juga rambut lo."

"Beraninya sama cewek!"

"Lo bukan cewek lo badak, dinosaurus!" Shadian mendengkus kesal.

Kaella melotot, cewek itu baru ingin membelas Shadian, namun sudah keburu di tahan oleh Melssa.

"Kalian berantem terus." Tahta geleng kepala. "Tapi kalo yang satu enggak ada di cari."

"Kapan gue cari dia?!" Kaella dan Shadian saling melempar tatapan tajam, lalu bersamaan membuang muka ke arah lain.

"Lucu mereka berdua." Melssa terkekeh. "Kalo jodoh pasti oke banget nih."

"Gue? Sama dia?" Kaella menunjuk dirinya lalu menunjuk Shadian, cewek itu tertawa. "Geli gue."

"Siapa juga yang mau sama cewek bar-bar macam lo." Shadian membuat wajah jijik. "Nggak level."

"Udah." River angkat suara, kedua orang itu kalau tidak di pisahkan bisa-bisa jadi perang dunia. "Duduk. Minum milo aja."

River melempar milo yang seharusnya jadi taruhan mereka main ular tangga ke Shadian, sedangkan untuk Kaella cowok itu menjulurkan tangan membiarkan Kaella meraih minuman itu.

"Sehari jangan cek-cok lah." Gisell duduk di lantai, begitu juga Kaella sedangkan Melssa masuk ke dalam rumah. Katanya mau ambil es batu biar di campur milo.

"Dia ajak ribut mulu." Kaella meminum milo dengan wajah kesal, matanya melirik Shadian yang tampak tidak peduli. "Nyebelin."

"Lo kayak gue sama Tahta dulu, berantem mulu." Melssa yang kembali dengan es batu duduk di samping Kaella.

Kaella berdecak. "Kalo elo emang dasarnya suka sama Tahta,"

Melssa tertawa. "Udahlah, jangan di perpanjang."

Malas bedebat, Kaella akhirnya mengalah. Cewek itu meminum milo dengan santai.

"Gue kangen deh masa-masa SMA dulu." Tatapan setiap orang di tempat itu berpindah pada Melssa yang tersenyum menatap langit. "Seru aja, nggak ada beban gitu. Mentok-mentok pr doang."

Kaella tersenyum. "Ya, walau banyak kenangan pahit juga.."

"Apalagi waktu SMP, 'kan ya?" Melssa terkekeh, begitu juga Kaella.

Kaella menatap langit. Ya, masih ada dendam yang harus di balas, karena harus ada mantan yang menyesal.

. . .

Komennn

ShadianWhere stories live. Discover now