27. Keceplosan

1.7K 276 17
                                    

Karena tambahan anggota, akhirnya mereka semua pindah ke ruang keluarga. Berhubung kedua orang tua Melssa sedang pergi dan adik Melssa juga ikut, mereka bebas untuk berada di mana saja.

Kaella duduk disamping Gisell yang sedang sibuk menscroll instagram, sedangkan para cowok-cowok yang kelaparan sedang berada di dapur. Katanya mau memasak mie.

Kaella memakan kuaci yang ia kupas kulitnya, dia sibuk mengganti chanel televisi yang sejak tadi hanya menampilkan iklan.

"Kalian mau juga nggak?" River berjalan dari dapur, sedikit berteriak agar ketiga cewek yang duduk ruang keluarga itu mendengar.

"Mau, gue mie goreng." Kaella yang menjawab pertama, tau saja kalau kuaci dan kacang yang sejak tadi ia makan tidak akan berpengaruh pada perutnya.

"Samain." Melssa bersuara.

"Gue juga."

River kembali ke dapur setelah mendengar jawaban Gisell.

"Jalan-jalan ayo." Melssa menatap Kaella dan Gisell. "Sekali aja, kemana gitu. Kita semua."

"Lo dari kemarin-kemarin greget banget mau jalan-jalan, ada apaan sih?" Gisell meletakkan ponselnya diatas meja.

Melssa melipat kedua tangannya di depan dada. "Biar ada kenangan gitu loh."

"Sekarang aja lagi ngumpul ini, apa bedanya sih?" Kaella melirik Melssa yang membalas dengan tatapan malas. "Lo tau kalo gue mageran, bahkan gue males sebenarnya datang tadi."

"Emang kampret nih anak, jujur amat." Gisell memukul paha Kaella hingga mengeluarkan suara kuat.

"Sakit woi, bukan kayu ini lo pukul nggak sakit." Kaella mengusap bekas pukulan Gisell. "Kalian tau sendiri lah, gue nolep. Untuk nggak bangkit dari kasur aja rasanya susah banget."

"Lo terpaksa datang nih ceritanya?" Melssa menatap Kaella yang mengangguk dengan santainya. "Bangke lah."

"Bahkan tadi tuh gue udah mandi, gue tinggal turun terus jalan kesini. Tapi gue mager tiba-tiba, sampe gue duduk di sofa entah berapa lama buat mikir gue pergi apa enggak. Mager gue itu udah stadium akhir." Kaella memakan kuaci yang ia kupas. "Tapi, karena gue baik hati dan tidak sombong, gue paksakan diri gue buat kesini."

"Tapi lo kesini bahkan jalan kaki, katanya mager." Gisell mencibir. "Itu juga gue bujuk lo dari malam makanya lo mau datang, kan?"

Kaella mengangguk, Melssa sudah mengirim pesan padanya sejak kemarin siang sedangkan Gisell menspam chat dirinya saat malam. Tidak enak juga kalau dia tidak datang, walau sebenarnya dia mau-mau saja kumpul-kumpul bersama teman-temannya seperti sekarang. Tapi jiwa nolepnya itu sering muncul disaat tidak tepat.

"Gue mager." Kaella yang duduk di atas karpet merebahkan badannya kebelakang, ke atas sofa. "Aduh, gue ngantuk lagi."

"Lo tuh kerjaannya cuma makan, tidur tapi nggak gemuk-gemuk." Gisell meminum minumannya. "Kalo gue, makan banyak langsung melar."

"Enggak kok," Kaella menatap langit-langit rumah Melssa. "Gue dulu gemuk."

"Heh? Masa?" Gisell melirik Kaella tidak percaya. "Tapi gue lihat keluarga lo nggak ada tuh yang gemuk, masa lo gemuk."

"Nggak tau, mungkin karena gue dulu suka ngemil. Tapi setelah gue diet semua lemak udah pergi, tapi nggak menutup kemungkinan kalo gue gemuk lagi sih."

"Waktu kecil lo gemuknya?"

"SMP, waktu SD gue kurus kek lidi."

"Lo SMP dimana sih?" Gisell melirik Kaella.

"Di SMP ANTARI."

Mata Kaella membesar gadis itu menggigit bibir bawahnya, ia mengangkat kepalanya matanya langsung bertemu dengan Melssa yang tampak kaget.

"Masa? Gue juga dari sana, Melssa dengan yang lain juga. Lo dari kelas mana?" Gisell menarik tangan Kaella, membuat cewek itu kembali duduk tegak. "Kita sekelas, 'kan Mel waktu itu."

Melssa mengangguk. "Iya, sama yang lain juga."

"Lo kok nggak pernah bilang sih kalo SMP kita sama."

Kaella hanya tersenyum kaku, sedangkan Melssa geleng kepala. "Lo nggak pernah nanya, jadi gue diem aja."

"Kalian bicarain apa? Heboh banget." River datang membawa dua piring berisi mie goreng, cowok itu meletakkan piring di atas meja.

"Ternyata Kaella juga SMPnya sama dengan kita, jadi kita itu alumni SMP yang sama. Tapi gue baru tau sekarang." Gisell bercerita dengan heboh. Sedangkan Kaella hanya meringis dalam hati. Kenapa dia bisa-bisanya keceplosan sih?

"Makanya lo nunjuk cewek yang kemarin itu?" Shadian duduk di samping Kaella.

"Hah?"

Shadian berdecak. "Cewek yang difoto waktu itu."

Ah, sebenarnya saat itu Kaella menunjuk dirinya sendiri. Namun, yang tau kebenaran itu hanya Melssa saja--untuk orang yang berada di ruangan tersebut.

"Gue kenal sama dia." Kaella meraih sendok yang ada di atas piringnya.

"Kenapa-kenapa? Kalian kok bisik-bisik sih?" Gisell menatap Kaella dan Shadian, cowok itu hanya memberikan lirikan dan kembali memakan makananya.

"Enggak. Gue pernah lihat foto angkatan kita waktu SMP di rumah Shadian." Kaella tersenyum. Dia benci situasi ini. Kenapa pula dia pakai keceplosan segala.

"Eh iya, gue bawa foto angkatan kita ke sini, terus lo kasih lo yang mana. Gue kepo." Gisell sudah siap-siap berdiri namun Kaella langsung menggeleng.

"Gue waktu itu sakit, jadi gue nggak ikut foto." Kaella memakan mienya. "Kapan-kapan deh."

Gisell memajukan bibirnya. "Padahal gue yakin kalo lo dalam versi pipi chubby gemes pasti."

"Kalian bicarain apa sih?" Tahta yang duduk diantara Melssa dan Shaden bertanya. "Heboh banget."

"Ternyata Kaella satu sekolah waktu SMP sama kita, terus katanya dia agak berisi dulu. Gue penasaran, pasti gemes banget. Sekarang aja pipi Kaella kalo diantara kita semua adalah yang paling kenyal-kenyal gumusshhhh." Gisell mencubit gemas pipi Kaella yang memang agak chubby.

"Sakit." Kaella mengusap pipinya yang dicubit oleh Gisell. Pipinya memang agak mengembang, dan kadang Gisell adalah orang yang suka mencubit-cubit pipinya. Gisell bilang dia mau punya pipi seperti Kaella, tapi tidak bisa.

"Udah makan dulu, itu urusan nanti." River memutuskan pembicaraan. "Nanti bengkak mienya."

Setuju dengan ucapan River, mereka semua melanjutkan acara makan mereka. Kaella melirik Melssa, tapi temannya itu memberikan lirikan ke arah Shadian lalu kembali menatapnya, Melssa tersenyum dengan alis yang dinaik turunkan.

Kaella menatap Melssa dengan tatapan seperti mengatakan jika Melssa tidak membantu sama sekali. Melssa membalas dengan kedua bahu yang dinaikkan.

"Kalian berdua lagi telepati?" Shaden yang melihat sekilas interaksi antara Kaella dan Melssa yang berkomunikasi dengan menggunakan tatapan bertanya. "Aneh."

Shadian yang mendengar itu melirik Kaella yang menunjuk Melssa lalu dengan ibu jari membuat gerakan dari kiri ke kanan di depan lehernya.

Melssa menjulurkan lidahnya, dengan senyuman menyebalkan. Cewek itu menaik turunkan alisnya lagi.

"Kalian hari ini aneh." River yang sudah selesai dengan makannya menggeleng pelan. "Gila kebanyakan tugas apa gimana?"

"Gue tabok Mel, sumpah gue tabok." Kaella menatap Melssa kesal.

"Apa? Gue bahkan nggak ngomong apa-apa." Melssa mengangkat kedua tangannya. "Iyaaaa, aman sayang aman."

Melssa tertawa sedangkan Kaella rasa-rasanya ingin memukul Melssa. Sedangkan manusia lain yang berada di tempat itu hanya menatap bingung keduanya karena tidak mengerti apa maksud dari percakapan kedua orang itu.

. . .

Bonus

Akhirnya Shadian udah nggak eror lagi, udah bisa urut babnya 😭

Selamat membaca

ShadianWhere stories live. Discover now