58. Ikatan Yang Putus

1.4K 301 36
                                    

Siapa sangka, perdebatan singkat di Mall kala itu membuat Kaella jadi terkenal. Bahkan videonya sudah berkali-kali di tonton dan trending di twitter.

Namun berkat bantuan Navra video itu telah di hapus, dan semua postingan yang mengarah ke kejadian itu di hilangkan.

Dalam sehari semua kembali tenang. Walau Kaella berakhir dengan kena omelan panjang dari sang Mama.

Teman-temannya banyak yang mengirimkan pesan, ada yang bertanya keadaan Kaella ada juga yang penasaran.

Bahkan banyak rumor yang mengatakan kalau mereka bertengkar karena rebutan cowok. Hell, ya. Dia memang rebutan cowok dengan Safiria. Safiria merebut Shadian dan mau embat Klevian lagi.

Karena hukuman, dia jadi berada di kamarnya saja tanpa keluar. Walau itu bukan hal yang sulit untuk Kaella. Biasanya dia juga begitu.

Sang Kakak yang kala itu menunggu di dalam mobil tau jika Kaella mungkin berdebat hebat dengan Safiria. Tapi dia sebagai Kakak malah kabur. Kaella tidak menganggap pusing itu. Sekarang apapun yang berhubungan dengan sang Kakak yang menyangkut Safiria dia akan bertindak.

Tadi pagi Papanya sempat datang, Kaella menceritakan semua. Respons Ayahnya hanya menepuk kepala Kaella. Sedangkan sang Mama hanya diam saja saat kebenaran itu keluar dari mulut Kaella. Dia hanya ingin membela Kakaknya saja.

Tapi dia tetap kena hukuman karena melakukan hal buruk di depan umum.

Kaella mematikan sambungan internet pada ponselnya, jadi hanya pesan biasa saja yang bisa masuk ke ponselnya.

Ini sudah pukul lima sore. Mama dan Kakaknya sedang pergi, katanya berbelanja. Entahlah, intinya Kaella sedang di hukum dan tidak boleh banyak tanya. Dia hanya menonton film di laptop di temani dengan hampir setengah karton milo dia minum sendiri. Dia jadi ingat Shadian.

Ponsel Kaella bergetar, kali ini dengan kontak Iblis Neraka. Kaella berdecak, membiarkan ponsel itu hingga berhenti sendiri.

Kaella hanya diam. Sampai nomor Melssa lah yang muncul di layarnya. Kaella meraih ponselnya, mengangkat panggilan dari Melssa.

"Kalo gue yang telefon lo abaikan."

Kaella berdecak. "Kalo mau bacot doang nggak usah."

"Dengar dulu."

"Apa?"

"Kenapa lo bisa sampai mukul Safiria? Di depan orang banyak lagi. Lo nggak gila, kan?"

Kaella menghela nafas, emosinya sedang tidak baik. Dia sedang dalam keadaan bisa menghancurkan apa saja di hadapannya jika dia mau.

"Kalo gue bilang kebenarannya lo nggak bakal percaya."

"Lo yang mukul dia duluan."

"Shadian. Lo nggak tau apa-apa. Diam bisa?" Kaella benar-benar sedang tidak mau berurusan dengan apapun yang menyangkut Safiria. Rasanya dia ingin melakukan sesuatu yang buruk.

"Kalo gitu kasih tau gue! Lo selalu ngomong kebenaran lah ini lah tapi lo nggak bilang apa-apa!"

Kaella bisa mendengar suara Melssa yang tampak berteriak pada Shadian. Sepertinya Shadian mencuri dan memakai ponsel Melssa untuk menelfonnya.

"Dia mau lukain Abang gue, gue diam aja gitu?"

"Abang? Dia laki-laki kenapa nggak bisa lindungi diri sendiri."

Kaella menutup matanya. "Lo nggak tau apa-apa bisa diam? Lo terlalu banyak keluarkan kata-kata nggak guna."

"Lo sekarang berubah ya?"

"Lo yang berubah goblok!" Kaella menghela nafas panjang. "Suatu saat saat lo tau kebenarannya gue yakin lo nggak bakal mau di salahkan. Gue yakin lo pasti akan salahkan gue, padahal yang gue lakuin semua ini demi elo. Tapi nanti lo pasti bakal marah dan salahkan gue, kenapa lo nggak bilang kenapa nggak ini kenapa nggak itu."

"Bicara yang jelas!"

"Gue benci sama lo tau nggak." Kaella menutup matanya dengan satu tangan, air mata mengalir dari pipi cewek itu. "Lo nggak tau apa-apa, lo nggak tau apa yang gue perjuangin dan lo selalu salahkan gue. Kenapa lo giniin Safiria kenapa lo gituin dia. Gue salah terus. Gue kasih tau yang benar ke elo juga ujung-ujungnya cuma lewat di telinga lo, ucapan Safiria adalah benar dan mutlak sama lo. Terus gue harus bilang apa?"

Shadian yang berada di seberang sana diam. Dia bisa mendengar jelas suara gemetar milik Kaella.

"Kalo gue bilang Safiria orang jahat yang curi identitas orang lain, lo akan percaya? Enggak. Kenapa? Dia selalu benar di mata lo. Mau salah juga tetap benar dimata lo."

"Dia nggak gitu."

"Lo tau, sekarang. Gue pengen banget mukul lo. Gue pengen banget. Lo menyebalkan banget. Kayak.. " Kaella menghela nafas panjang. "Udah, nanti juga ketahuan. Kalau hari itu terjadi dan lo masih nggak bisa turunkan ego lo, maaf gue nggak mau lagi. Gue capek. Gue lari ngejar dengan usaha, lo malah lempar hal buruk untuk menahan gue nggak lari. Lebih baik gue berhenti aja."

"Tapi dia nggak kayak gitu."

"Shadian, lo pintar. Bahkan nilai lo selalu bagus. Tapi soal cinta lo bego, bahkan kayak nggak ada otak." Kaella menghela nafas. "Tetap percaya sama pacar lo itu, sampe nanti lo berdua membusuk bersama."

Kaella memutuskan sambungan telepon itu. Menghela nafas panjang, Kaella mengusap pipinya. "Kenapa gue nangis sih?"

Menutup wajahnya dengan kedua tangan, Kaella menangis lagi. Kenapa dia menyukai orang seperti Shadian? Kenapa juga perasaannya begini? Haruskah dia hapus saja perasaannya?

Ah, mungkin itu ide yang bagus juga. Kaella menatap layar laptopnya. Mungkin setelah semua ini selesai dia akan mencoba untuk menghapus perasaannya pada Shadian.

Mungkin ini adalah tandanya.

Kaella menghela nafas, dia menatap beberapa Action Figure miliknya. "Gue bukan Hinata yang tetap mencintai satu orang yang sama selama sepuluh tahun dan berakhir dengan indah."

Ini bukan kisah Anime romance yang berakhir bahagia. Ini kisah antara dendam yang tidak bisa dia balaskan lagi dan rasa ingin menolong yang membuat dia semakin masuk ke hal yang harusnya tidak pernah ia masuki.

Melirik kalender. Sebentar lagi ulang tahun Shadian. Sekitar satu minggu lagi.

Shadian menyukai game tapi tidak seperti Shaden, menyukai buku tapi tidak seperti Tahta, menyukai makan-makan tapi tidak seperti River.

Cowok itu tidak memiliki kesukaan tetap. Lagipula dia tidak yakin kalau dia akan memberikan hadiah pada Shadian. Dia tidak yakin mereka masih dikatakan berteman nantinya. Safiria sepertinya semakin membuat agar Shadian benar-benar percaya dan tidak akan lepas dari tangannya.

Sebenarnya ia penasaran, kenapa Safiria bisa sampai seperti itu saat bertemu sang Kakak? Padahal jelas-jelas dulu Safiria adalah alasan kenapa sang Kakak celaka. Tapi respons Safiria mirip orang kesetanan yang melihat sesuatu.

Safiria melihat Kakaknya seperti sangat bahagia tapi malah melukai. Untung saja kejadian itu tidak sampai membuat Kaella berurusan dengan polisi.

Ah, sudahlah. Mulai sekarang apa yang terjadi dia pasrah saja. Mau nantinya buruk atau baik. Dia tidak peduli lagi.

. . .

Shadian nyebelin 😇

ShadianWhere stories live. Discover now