18. Adik Imut

1.5K 225 2
                                    

Mata kuliah terakhir untuk hari ini telah berakhir sepuluh menit yang lalu, tidak seperti biasanya Kaella yang selalu menempel--kalau kata orang-orang julid--pada Shadian tidak duduk di dekat Shadian.

Sebenarnya tidak juga, karena dia hanya berbeda satu baris bangku dari Shadian yang memilih duduk di belakang sedangkan Kaella bersama Dirla, Sefa dan Nura duduk di depan.

"Tugasnya masih di kumpul minggu depan, kan?" Dirla mengangguk sedangkan Kaella meregangkan tubuhnya yang terasa kaku sejak tadi.

"Kerjain kalau udah mepet aja." Ucapan Sefa membuat Kaella mengangkat kedua ibu jarinya.

"Gue suka banget kata-kata lo." Kaella tertawa. "Kalo kepepet itu rasa-rasanya muncul kekuatan entah darimana yang membuat tugas itu cepat selesai dan pasti selesai karena di kejar deadline."

"Contoh-contoh yang tidak baik untuk di tiru." Nura menggeleng pelan. "Sks itu nggak baik, nggak masuk di otak."

"Iya deh, yang kalo ada waktu luang kerjain tugas." Dirla menepuk bahu Nura. "Kita yang kerjanya kalo kepepet bisa apa."

"Makanya di kerjain, jangan dianggurin." Nura melirik Dirla yang tertawa.

"Otak gue mendadak nggak berfungsi kalau kerjakan tugas." Dirla menyengir lebar. "Beda lah dengan Kaella yang bingung tinggal nanya sama Doi."

Kaella yang sedang mengecek ponselnya menoleh, lalu mendengkus. "Mana ada, Shadian pelit gitu."

"Tapi kalo lo minta ajarin pasti dia mau, ya kan'?" Dirla tersenyum penuh arti. "Apalagi kalau sampe ada adegan romantisnya, uhh pasti uwu banget kayak Drakor." Dirla meletakkan kedua tangannya yang saling bertautan seperti saling menggenggam di depan dada, membayangkan kisah romansa di dalam drama yang ia tonton terjadi pada Kaella dan Shadian.

Kaella memutar bola matanya. "Nggak usah menghayal, ayo pulang." Kaella menggendong tasnya, cewek itu berjalan keluar dari kelas.

"Lo nggak balik sama Shadian?" Sefa berjalan bersisian dengan Kaella yang menggeleng pelan. "Kalian marahan?"

Kaella menggeleng. "Enggak, gue bawa motor."

Sefa mengangguk pelan. "Kalian kapan sih adegan uwunya? Gue penasaran tau kalau Shadian yang kayak tembok tapi mulutnya pedes gitu kalo lagi berdua sama lo."

"Berantem." Kaella menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. "Nggak ada itu adegan uwu yang lo bilang."

"Kalian pacaran tapi aneh banget." Sefa menatap Kaella. "Tapi yang kayak gini biasanya bertahan lama."

"Udah, pulang sana." Kaella mendorong Sefa pelan, berhubung lokasi kendaraan mereka berada di tempat yang berbeda.

Kaella meraih kunci motornya yang ia simpan di saku jaketnya, cewek itu menoleh kaget saat ada yang berjalan di sampingnya, sampai-sampai tangannya refleks memukul.

"Apa sih?"

"Gue kaget!" Kaella menatap Shadian yang berjalan di sampingnya. "Coba bersuara biar gue jangan kaget."

Shadian hanya diam cowok itu berjalan menuju parkiran, tepatnya menuju mobilnya yang ia parkir tidak jauh dari lokasi motor Kaella.

"Tumben banget bawa mobil." Kaella melirik Shadian yang masuk ke dalam mobilnya. Kaella mengangkat bahu, cewek itu memakai helm dan menarik resleting jaketnya hingga atas.

Kaella melajukan motornya setelah mobil Shadian meninggalkan parkiran, bagi orang-orang yang tidak tau kalau dia pacaran pura-pura dengan Shadian pasti mengira mereka sedang marahan--nyatanya semua orang di fakultas mereka tidak tau kalau mereka cuma pacaran setingan--padahal mereka baik-baik saja.

ShadianWhere stories live. Discover now