61. Tidak Diakui

1.5K 313 72
                                    

Kejadian kemarin benar-benar menjadi berita yang besar, bahkan sampai ditayangkan karena kecelakaan itu dikatakan cukup fatal.

Beruntung Kaella baik-baik saja, tidak ada luka yang bisa membahayakan walau dia tampak harus lebih bersabar dengan tangan dan kakinya yang terkena imbas.

"Gue baik hati, biar lo bisa cepat sembuh. Susu baik buat kesehatan tulang." Melssa diikuti Tahta dan River membawa beberapa kotak susu beberapa merek terkenal ke dalam ruang inap Kaella.

Kaella yang melihat itu menyipitkan matanya. "Gue suka milo, bukan ini."

"Sama aja, jangan protes." Gisell duduk di kursi sebelah ranjang Kaella. "Lo beneran baik-baik aja, kan? Lo nggak merasa gimana-gimana. Gue horor tau lihat lo di perban-perban gini."

Kaki Kaella di gips, begitu juga dengan satu tangannya, tapi dia sudah bisa duduk dengan baik. Walau memang agak sulit. Dokter bilang perkembangan Kaella baik. Jika terus baik Kaella mungkin sudah boleh keluar dalam beberapa hari, tetapi harus tetap kontrol.

"Iya ih, gue kayak lagi nonton sinetron gitu. Tapi untung lah lo beneran di perban di kepala bukan di rambut kayak di televisi." River yang berdiri di samping Tahta berbicara. "Kenapa juga lo cuma bilang ke Melssa sama Gisell. Kasih tau kita juga dong, kita nanti ikuti dari belakang bisa."

Kaella terkekeh. "Makasih. Gue nggak nyangka kalian bakal datang."

"Heh, lo tau. Gue nggak bisa tidur semalaman karena katanya lo agak parah, gue nggak tau definisi agak parah yang di maksud jadi gue panik dan enggak bisa tidur." Melssa menghela nafas. "Tapi lo beneran baik-baik aja, kan?"

Kaella mengangguk. "Ya, walaupun sakit sih. Tapi dokter bilang nggak sampe parah banget. Gue beruntung nggak sampe patah atau gimana-gimana kayak Safiria."

Keadaan Safiria masih kritis. Pendarahan hebat di kepala Safiria membuat keadaan cewek itu memburuk. Tiga tulang rusuk cewek itu patah karena menabrak kemudi mobil dengan kuat. Sampai sekarang Safiria dinyatakan koma.

"Shadian pasti lagi lihat Safiria."

Melssa saling meilirik dengan Gisell. Gisell mengangguk. "Dia kemarin datang buat lihat keadaan Safiria."

Kaella mengangguk, tentu saja Safiria masih segalanya bagi Shadian. Pastinya Shadian akan tetap pergi ke Safiria.

"Shadian masih dalam pengaruh itu, kan?" Ucapan Tahta membuat Kaella mengangguk. "Lo nyerah aja, La."

Kaella menatap Tahta, lalu diangguki River. River tampak menghela nafas. "Sebenarnya Shaden nggak disini karena dia kena hukum."

"Kenapa?" Kaella menatap Tahta dan River bergantian.

"Dia berantem sama Shadian." Kaella menatap tidak percaya Gisell. "Dia berantem sama Shadian karena Shadian bilang ini salah lo, padahal jelas-jelas ini salah Safiria. Bahkan dia udah dengar rekaman itu tapi masih enggak percaya."

"Jujur, kami udah bilang sama Shadian kenyataannya. Semua, tentang lo dan segalanya. Kami nggak tahan, kayak kenapa sih semua udah jelas tapi Shadian nggak ngerti juga." Melssa menambahkan.

"Maaf, kami mendahului lo bilang ke Shadian. Padahal harusnya lo yang bilang." Tahta menatap Kaella yang menunduk.

Kaella menatap selimut yang ia pakai. Jadi ini akhirnya? Dia harus berhenti sekarang. Benar-benar berhenti. "Oke. Gue bakal berhenti."

Melssa menatap Kaella. "Beneran?"

Kaella mengangguk, tersenyum kecil. "Apa lagi yang gue bisa lakukan? Dia nggak percaya lagi sama gue. Apapun yang gue bilang akan sama saja hasilnya. Jadi ya udah lah."

ShadianHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin