WARLOCK [SEGERA TERBIT]

By nazwaztr

1.6M 125K 30.7K

[SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVATE, JIKA INGIN MEMBACA FOLLOW DULU SKUYY.] 'Dua insan yang di pertemukan, di masa P... More

Prolog
1. Awal
2. Tatapan
3. Cafe
4. Nabrak
5. Rasa
6. Preman
7. Makasii
8. Pelukan
9. Poor Rizky
10. Balapan
11. Di Boongin?!
12. Siapa?
13. UKS
14. Nyaman
15. Teman hidup?
16. Tiger
17. Ada apa?
VISUAL TOKOH
18. Warlock VS Thunder
19. Calon
20. Hilang
21. TPU
22. Chatting
23. Zebra & Tuan Krabs
24. Dekat apa Tidak?
25. Kampret!
26. Tidak A6!
27. Sayang ada Black Card?
28. Mata, Pikiran, Hati
29. Akhirnya (1)
30. Akhirnya (2)
31. Berita Terbaru
32. Ondel-Ondel
33. Kangen
34. Gaun
35. Party
36. Rooftop
37. Gak Jadi Baper Bye
38. Sabar
39. Gerald, Steffi, Rizky
40. OMG!!!
41. Panik
43. Diusir
44. Ini Anak Geng Motor?
45. Karena Bara
46. Tisoledat
47. Rencana
48. Pasar Malam
49. Night Race
50. Takdir
51. Kematian
52. Dancing In The Rain
53. Bersama
54. Jemuran
55. Boom
56. Queen
57. Loser
58. Pertarungan (1)
59. Pertarungan (2)
60. Friend
61. Melupakan
62. 🦋💙
63. Love
64. Last
65. Braga
66. Traitor
67. Don't Cry
68. God, Why Me?
69. Takdir Tuhan
70. Akhir
W H Y ¿

42. Anak Yang Tak Dianggap

17.7K 1.5K 356
By nazwaztr

WAHH, siapee tuhh yang ga dianggap??

Selamat membaca kalian🖤

••••

🎶🎵Mike Mohede—Sahabat Jadi Cinta🎵🎶

"GERALD TUNGGUIN NAPA." Steffi berlari kecil mengejar Gerald yang sudah berada di depan lift.

"Huft." Steffi menghembuskan nafasnya saat sudah berada di dalam lift.

Gerald menatap aneh pada Steffi yang berulang-ulang melirik kaki Gerlad lalu pindah melirik kakinya. Begitu terus.

"Pantes cepet," ujar Steffi. "kaki lo sama kaki gue gedenya beda."

Yaampun Steffi, ternyata sedari tadi tengah mengukur besar kaki milik Gerald dan kaki miliknya. Kurang kerjaan.

"Iya."

"Apanya yang iya?" tanya Steffi bingung.

"Beda."

"Apanya yang beda?"

Ting.

Gerald langsung keluar lift tanpa menjawab ucapan Steffi. Steffi yang melihat itu, menggerutu di belakang Gerald.

"Untung cakep lo." meremas tali tas selempangnya, gemas.

Bruk.

"Adaw." Steffi mengelus jidatnya yang menabrak punggung tegap milik Gerald. Melotot melihat jaket Gerald yang putih akibat terkena Make-up yang di pake dirinya saat ini. Ah, Steffi lupa membersihkan Make-up tadi. Bagaimana ini?

Bahkan di jaket Gerald ada warna pink juga karena terkena eye shadow dan terdapat gambar bibir di bawahnya.

Pura-pura teu nyaho we lah. Steffi membatin. t-tapi kalo itunya ga... ah lier.

Fyuh. Fyuh.

Steffi meniup dan mengipas-ngipas punggung Gerald yang terkena cetakkan wajahnya menggunakan kedua tangan. Walaupun itu tidak ada hasilnya sama sekali.

Gerald yang bingung mengapa Steffi bukan berpindah tempat ke sampingnya, lantas langsung membalikkan tubuhnya ke belakang.

Steffi langsung menegakkan tubuhnya saat Gerald membalikkan badan. Ia langsung bersikap biasa, seolah tidak terjadi apa-apa.

Steffi lalu nyengir, dia pura-pura mengelus jaket Gerald. "Bagus banget jaketnya! Beli di mana?"

"Jkt warlock," jawaban singkat dari Gerald.

Steffi tertawa kikuk, "O-oh, iya-ya." Dia menggaruk rambutnya.

Gerald langsung menarik lengan Steffi, menyuruhnya untuk berjalan di sampingnya. "Tar ilang."

"Ah, kalo ilang kan kamu bisa nemuin aku." jawab Steffi, "nemuinnya pake hati."

"Gada hati."

Steffi langsung memasang wajah syok, "serem amat." celetuk Steffi, "yaudah, nih aku kasih hati aku buat kamu." Membentuk jari jempol dan telunjuknya berbentuk love kecil. Tidak lupa dengan kedipan matanya yang aduhay.

"Gush genit."

"Genitnya kan cuman ke kamu." Menyenggol bahu Gerald dengan senyuman dan kedua alis yang di naik turunkan.

Orang-orang yang berlalu-lalang menatap mereka aneh. Biasanya cowok yang selalu mengucapkan kata-kata manis atau gombalan. Lalu, mengapa yang mereka saksikan malah kebalikannya?

"Parkir di mana?" tanya Steffi. Gerald mengarahkan dagunya ke samping kanan mereka.

"Lagi di mute ya?" tanya Steffi berniat menyindir. Habis ia kesal. Sedari tadi Gerald menjawab hanya semaunya saja. Kadang di jawab kadang tidak. Di jawab juga hanya dengan beberapa kata. UNTUNG CAKEP!!

Tiba-tiba saat tengah berjalan menuju parkiran, panggilan seseorang membuat langkah Steffi berhenti.

"Cel."

Steffi memberhentikan langkahnya, lalu memutar tubuhnya menghadap belakang. Melihat, siapa yang baru saja memanggilnya.

Melihat Steffi berhenti Gerald pun berhenti. Steffi menautkan alisnya bingung. Siapa lelaki di hadapannya ini? Steffi tidak pernah melihatnya. Dan mengapa ia tahu nama panggilan yang keluarganya gunakan padanya.

"Om, Pak, Ka, Amang, Bang, A, Mas, Kang, Dude. Manggil siapa ya?" Karena bingung ingin memanggil lelaki ini dengan sebutan apa, jadi ia gunakan saja semuanya.

Lelaki yang menggunakan celana jeans berwarna beige dengan oxford shirt itu menjawab. "Kamu."

Steffi menunjuk dirinya sendiri, memastikan sekali lagi. "Iya, Acel." ujar lelaki itu lagi.

"Ihh, Amang teh siapa? Kenapa bisa tau nama aku?" tanya Steffi bingung. Ia mengubah lagi panggilannya menjadi Amang. "Ih, so asik si Amang mah."

lelaki itu tidak menjawab pertanyaannya. Ia malah meminta permintaan yang membuat Steffi tambah bingung. "Boleh ikut saya?"

Steffi yang mendengar tentu saja terkejut dan takut. Kenal aja enggak udah di suruh ikut aja. Emang sih waktu itu ia sempat ingin mencari Sugar Daddy. Tapi kan enggak beneran juga! Lagian lelaki di depannya ini belum tua kok, masih muda. Belum sekelompok dengan kubu om-om.

"Gak boleh." Gerald yang sedari tadi diam, membuka suara. Lelaki itu berubah menjadi melirik Gerlad.

Lelaki itu kembali menatap Steffi, "boleh ikut saya?" tanyanya lagi, terkesan memaksa.

"Maaf, kayanya salah orang." Steffi menarik lengan Gerald agar cepat sampai di mobil. Lelaki tadi mengejar, ia menahan lengan Steffi. "Ini penting." ujarnya.

Steffi menghempaskan lengan lelaki itu, "Maaf, Mas. Saya gak kenal sama Mas. Jadi jangan sentuh-sentuh saya ya." Ganti lagi, ogheyy.

"Gak penting kenal apa engga. Saya minta kamu untuk ikut saya! ini penting!" Lelaki itu tambah memaksa. Situ siapa anjay, maksa-maksa.

"Lah, lah. Mas, kalo mabok jangan kebanyakan makanya. Jadi ngelantur kan ngomongnya." celetuk Steffi. "Saya gak mau ikut Mas." Steffi menolak untuk di ajak oleh lelaki itu. Takut lah, lagian gak kenal. Kalo misalkan dia di unboxing gimana?

"Ikut saya seb—"

Bugh!

Gerald yang melihat Steffi di paksa, tidak bisa lagi menahan kesabarannya. Ia langsung menonjok ujung bibir lelaki itu. Menarik kerah baju yang di gunakannya. "Budek? Dia bilang dia gak mau!"

Steffi yang melihat tentu saja terkejut. Ia langsung berlari dan menarik Gerald untuk berhenti. "Rald, udah. Malu."

Lelaki itu menghempaskan tangan Gerald yang berada di kerah bajunya, ia mengusap ujung bibirnya yang nyeri. "Saya gak ada urusan sama Anda."

Gerald tersenyum sinis. "Apapun yang menyangkut dia, itu jadi urusan gue."

"Lo siapanya? Gak usah sok perduli."

"Bkn siapa-siapa." jawab Gerald, jujur. Memang bukan siapa-siapa kan?

Okey. Steffi inget ya, bukan siapa-siapa. EMANG LU MAU JADI SIAPANYA SIH STEF!! Lo mati aja kayanya dia gak perduli deh.

Gerald membawa Steffi agar berada di belakang badannya. Steffi tidak sengaja melirik punggung Gerald yang tadi kena tabrak. Steffi membatin. Aduh, make-up gue belom ilang dari punggungnya.

Lelaki itu tersenyum mengejek. "Kalo bukan siapa-siapa, gak usah ikut campur!" sarkas lelaki itu. "Dari pada dia ngejar cowo gak guna kaya lo, mending sama gue."

Steffi terkejut mendengar itu, bagaimana Lelaki ini bisa tau semuanya? Dari mulai nama panggilan, lalu tentang kisahnya yang mencintai manusia kutub. Habis ini, apa lagi yang lelaki itu tahu dari hidupnya.

"Rald, gak usah di ladenin. Hayu." Steffi menarik-narik lengan Gerald menyuruhnya untuk cepat pergi. Dari pada mereka malah membuat keributan lagi.

Sebelum mengiyakan ajakan Steffi, Gerald berujar ketus pada lelaki di depannya. "Beli cutton bud, biar gak budek." Gerald lalu menarik lengan Steffi menuju tempat mobilnya parkir.

••••

Pagi yang cerah, udara yang sejuk. Kini hanya bisa di nikmati oleh gadis cantik yang tengah berbaring di brankar rumah sakit itu dengan suasana hati yang bosan.

Jika biasanya ia akan berlari di sekitaran perumahan, kali ini ia hanya berbaring. Echa saat ini tengah dalam keadaan senang jika berolahraga. Biasanya ia sangat malas melakukan kegiatan itu, tapi semenjak beberapa bulan lalu, olahraga sudah termasuk kedalam kegiatan kesukaannya. Walaupun tetap, REBAHAN nomor satu.

Melirik ke arah sofa yang di mana di sana Kenzo masih terlelap, masih berada di alam mimpinya. Echa terkejut saat Kenzo memonyongkan bibirnya. "Ih, dia kenapa?" Echa bertanya pada diri sendiri, "mimpi apa ya kira-kira?"

Mencari-cari barang yang berada di sekitarnya, untuk di lemparkan pada Kenzo. Supaya ia bangun.

Cklek.

Echa menengok ke arah pintu. Ia langsung heboh, menyuruh Bundanya ke sini. "Bun, Bun. Liat tuh." Echa menunjuk Kenzo yang masih memonyongkan bibir.

"GUSTI, KUNAON ETA? HEH! HUDANG-HUDANG." Rika berjalan ke arah Kenzo, dan langsung menyipratkan air mineral pada wajahnya.

Kenzo langsung buru-buru terbangun. "TSUNAMI! TSUNAMI!" hebohnya. Langsung buru-buru bangkit.

"AWAS BANG, HIU!" Echa menunjuk belakang Kenzo. Niatnya hanya bercanda dan mengira bahwa Kenzo tidak akan percaya. Tapi nyatanya? Kenzo malah heboh berlari kesana-kemari.

"Bun, itu anak Bunda?" tanya Echa pada Bundanya.

"Bukan, Bunda dapet nemu." jawab Rika.

"Demi apa sih? Twing. Demi apa sih? Twing. Ibuku di manaa?" Kenzo meluruhkan tubuhnya ke lantai berlagak sedih.

Rika langsung menghampiri Kenzo. "Sabar ya, ini mungkin jalan terbaik." Mengelus-ngelus punggung Kenzo memberi ketenangan.

"Tante, mau gak jadi Ibu saya?" tanya Kenzo. Rika menimbang-nimbang tawaran Kenzo. "Anak Tante udah pas, cewek sama cowok. Kalo nambah lagi, tante gak cukup biayain hidupnya."

"Saya jadi supir atau tukang kebun juga gak apa-apa Tan." Kenzo memelas. "Atau jadi tukang bersihin toilet juga ga apa-apa."

Echa yang melihat percakapan mereka sedari tadi, menggelengkan kepalanya. "Keluarga macam apa ini?"

"Udah, sok cuci muka dulu. Jung." perintah Rika pada Kenzo. Kenzo
langsung mengiyakan dan berjalan memasuki kamar mandi.

"Bungsu, Bunda abis ini harus ngurus sesuatu dulu. Kamu sama Kenzo di sini gak apa-apa kan?" ujar Rika, seraya melirik jam tangan. Echa mengangguk seraya tersenyum. "Gak apa-apa Bun."

Untuk yang bertanya. Kenapa tidak ada Dika? Dika mengapa jarang muncul. Karena Abangnya itu sangat sibuk. Ia harus bulak-balik keluar Kota dan keluar Negri mengurus pekerjaannya. Dan sekarang Dika tengah berada di Spanyol. Makanya ia tidak datang, kemarin malam mereka sudah teleponan, Dika sibuk menanyai kabarnya. Bagaimana keadaannya sekarang? Mengapa bisa seperti ini? Echa bingung, padahal ia hanya pingsan sebentar, tapi hebohnya melebihi kebakaran. Tidak apa sih, namanya juga khawatir.

Cklek.

Pintu kamar mandi terbuka. Kenzo muncul dengan wajah yang lebih segar dari pada tadi. Mengusap-ngusap rambutnya yang lebat tiada tara itu menggunakan handuk kecil.

"Nzo, nanti kamu temenin Echa di sini. Bunda ada urusan." ujar Rika.

Kenzo langsung memasang wajah cemberut. "Bunda jangan manggil pake panggilan itu." Kenzo tidak suka, itu adalah panggilan kecilnya, dan sekarang ia rada geleuh dengan panggilan itu.

"Naha kitu? Kan itu panggilan sayang." Bunda menjawab.

"Tau sih. Itu kan panggilan sayang, Aa Nzo." Echa meledek, membuat wajah Kenzo makin masam.

"Udah jangan di ledekin. Liat tuh mukanya." Rika menunjuk wajah Kenzo menggunakan dagunya. "Jangan kemana-mana ya Nzo, temenin ade kamu. Oke. Nzo, kasep, bageur." Rika menuji.

"Muhun, Bu. Ku Abdi, di jagaan si énon, nya." Kenzo berlagak seperti anak buah yang siap menjalankan perintah Bos-nya.

••••

Lelaki yang masih bertamasya di alam mimpi itu membuka matanya saat... Tidak ada saat! Memang sudah waktunya bangun!

Mengucek kedua matanya, lalu mengambil ponselnya yang berada di bawah bantal. Manusia gini, bangun tidur yang di buka handphone.

Aldebaran
Hari ini, aku ke sana.

Non z🦓
Iya, hati-hati.

Saat sudah mendapatkan jawaban, lelaki yang masih bertelanjang dada itu berjalan menuju kamar mandi untuk mandi. Ngapain lagi ke kamar mandi kalo bukan mandi? Arisan?

lima belas menit ia gunakan untuk mandi. Setelah selesai berpakaian ia langsung berjalan keluar kamar. Menuruni dua anak tangga sekaligus.

Menghampiri Wanita cantik yang tengah duduk di meja makan, lalu mencium pipi kiri dan kanannya bergantian.

"Daddy kemana?" tanya Bara, Karena hanya Silvi yang ia lihat di sini.

"Biasa." Bara menganggukan kepalanya mengerti.

"Mau kemana?" tanya Silvi, saat melihat Bara yang sudah rapih dan wangi.

"Rumah sakit."

Silvi terkejut, lantas langsung bertanya pada Bara. "Siapa yang sakit?"

"Echa."

"APAA!? HADUHHH, kenapa bisa masuk rumah sakit. Kamu gak jagain ya!" Silvi langsung memarahi Bara. Calon menantunya masuk rumah sakit. Alamak!!

"Sakit."

"Yaiyalah sakit! Kalo gak sakit ngapain masuk ke sana. Party?!" kesalnya saat Bara bukannya menjawab dengan jawaban yang jelas, malah menjawab hanya dengan satu kalimat. Benar-benar anak Max!

"Kamu tuh kalo ngomong yang bener dong! Jangan singkat-singkat." Silvi menggebu-gebu.

"Echa sakit typus Mommy, sayang. Sekarang Bara mau ke sana, Bara berangkat dulu ya, jangan marah-marah, nanti Bara suruh Daddy biar cepet pulang." Bara menjawab dengan satu tarikan nafas. Di akhir ia sengaja bilang seperti itu, karena sepertinya Mommy tengah kesal karena di tinggal terus oleh Daddy.

"Yaudah sana." Silvi kembali memakan makanannya. Ia seperti ingin bilang sesuatu, tetapi tidak jadi.

"Bye, Mom." mengecup pipi kanan Silvi, sekilas.

"Kasep." Silvi memanggil Bara saat Bara baru 5 langkah berjalan. Bara langsung membalikkan badannya, "apa?"

"Yang tadi jangan lupa ya. Bilang cepet pulang." ujar Silvi malu-malu. Xixixi.

Bara terkekeh kecil, lantas langsung memberikan dua hormat jari pada Silvi. "Siap."

Silvi langsung senyum-senyum sendiri. BAPAK MAX ISTRIMU BUTUH BELAIAN!!!!!

••••

GIMANA CHAPTER INI?

Udah deh segini dulu, soalnya kepanjangan, hihi🦅

SAMPAI KETEMU DI CHAPTER SELANJUTNYA💗💗💗💗

PIS LOV N CAYANG💗💗

Follow ig🤟🏼
@warlock__ofc

Nz☠️

Continue Reading

You'll Also Like

10.3K 1.6K 55
Nara tidak tahu jika kehadirannya kembali ditengah orang-orang yang sudah lama ia tinggalkan malah mendatangkan suatu masalah. Perasaan sesal dan tid...
DEVAN By Cikaa

Teen Fiction

17.1K 1.1K 26
[ HARAP FOLLOW SEBELUM BACA ] Ini tentang Devan Melviano Adithama Laki-laki tampan bak dewa Yunani yang berhati iblis, yang bertemu dengan seorang ga...
3.4M 161K 62
[SEBELUM BACA YUK FOLLOW DAN VOTE SETIAP CHAPTER SEBAGAI BENTUK PENGHARGAAN BUAT AUTHOR YANG CAPE CAPE MIKIR ALURNYA, YA WALAU MUNGKIN ADA YANG GAK M...
237K 9.3K 26
[ SLOW UPDATE ] "Lo buat masalah sama gue, gue nggabakal biarin hidup lo tenang." - Rafael Alexander Chelsea - "Lo itu psikopat ya, manusia hati batu...