Halo semuanya
Gimana kabar kalian?
Jangan lupa buat Vote&Comment Yaa sygkuuuuuu.
Selamat membaca kalian🖤
••••
"Pelukan memang nyaman, tapi bagaimana jika kita tidak mempunyai orang untuk kita peluk?"
••••
Echa berjalan menuju pintu, saat ingin membuka pintu, pintu tersebut sudah ada yang membukanya dari dalam.
"Eh non Echa baru pulang?" Tanya bi Ijah—ART di rumah Echa.
Bi Ijah adalah asisten rumah tangga yang paling lama bekerja dengan keluarga Alatas. Kira-Kira sudah 16 tahun Bi Ijah bekerja dengan keluarganya.
Jadi bi Ijah sudah di anggap seperti keluarga sendiri.
"Iya bi, bi bisa minta tolong pegangin ini." Ucap Echa sambil memberi pedang-pedangan Vano kepada Bi Ijah.
Bi Ijah mengambil pedang-pedangan yang di sodorkan oleh Echa, dan Echa langsung masuk ke dalam rumah. Sesampainya di ruang tv di sana sudah ada Kenzo yang sedang menonton film.
"Weeh.. dari mana aja lu? Bunda dari tadi udah konser tau ga." Ucap Kenzo melirik Echa sekilas lalu memfokuskan kembali pandangannya ke arah televisi,
"Biasa ngajakin nih Curut main." Echa menaruh Vano di sofa, lalu ia ikut mendudukkan dirinya di sofa yang kosong, baru saja bokongnya istirahat sebuah suara membuat Echa menutup telinganya.
"Echa! Kamu kemana aja? kenapa baru pulang? Bunda telfon kenapa ga di angkat? Punya hp fungsi nya untuk apa? Tante Linda dari tadi telfon bunda nanyain Vano." Keahlian tersembunyi bundanya sekarang keluar.
"Aduh aduh.. ini kenapa bibir kamu biru gini? Berantem sama siapa? Katanya kamu jalan-jalan ke ma—" Echa memotong ucapan Rika. Katakan saja ia tidak sopan tapi mau gimana kupingnya serasa berdengung.
"Bun nanya satu-satu napa bun, Echa bingung mau jawab yang mana." Kata Echa sedikit kesal.
"Minum dulu nih bun, ga berbusa apa Emangnya mulut bunda?" Kenzo memberikan Rika segelas air putih.
Rika menatap tajam Kenzo tapi ia tetap menerima minuman yang Kenzo kasih.
"Udah, jawab bunda. Kamu kenapa baru pulang?, trus bibir kamu kenapa?" Ulang Rika setelah selesai minum.
Kenzo langsung mengalihkan pandangannya pada Echa, ralat, maksudnya sudut bibir Echa yang luka.
"Ehh, iya bibir lo kenapa Cha?" Tanya Kenzo.
"Nih dengerin ya, jadiii..." Echa sengaja memanjangkan kata terakhirnya berniat menggoda mereka.
Rika langsung menatap tajam Echa. Echa malah cengengesan di beri tatapan seperti itu.
"Hehe.. Bun biasa aja atuh matanya kan Echa takut." Kata Echa.
"Aryesha. Ceritain." Jika bunda-nya sudah memanggil dengan sebutan seperti itu, tandanya bunda-nya benar-benar sudah penasaran.
Echa menarik nafas lalu mulai menceritakan kejadian tadi. Dari Echa dan Vano yang menghabiskan waktu berjam-jam di mall, dan yang niatnya ingin pulang tapi tidak jadi gara-gara mendengar teriakan minta tolong, terus Echa yang menghajar preman itu Sampai bibirnya luka, dan berakhir Echa yang di ajak ke rumah wanita yang Echa tolong.
"Terus ada lagi ga badan kamu yang luka." Tanya Rika. Echa menggeleng.
"Handphone kamu kenapa ga aktif." Lanjutnya.
"Oh itu batre nya abis, hehe." Jawab Echa sambil menampilkan deretan gigi putihnya.
"Terus kamu pulang ke sini sama siapa? Naik taksi?" Tanya Rika lagi. Bundanya ini kayanya sudah cocok menjadi wartawan.
"Engga, Echa di anter sama anaknya." Jawab Echa. Rika hanya menganggukkan kepalanya.
Ngomong-ngomong masalah pulang Echa jadi inget kejadian tadi. Saat ia yang di obati lukanya oleh bara, ia yang di pasangkan seatbelt, hingga jarak antara tubuhnya dan bara sangat dekat. Tiba-tiba Echa merasakan panas di area pipinya.
"Echa, kamu sakit?" Rika menempelkan punggung tangannya pada dahi Echa. Echa menggelengkan kepalanya.
"Terus ko muka kamu merah?"
"Oh, ini emmm apa, hareudang bun, nah iya hareudang banget di sini. AC nya gak nyala ya." Echa mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah.
"Masuk sana ke dalem kulkas kalo mau dingin." Echa mendengus mendengar jawaban bundanya sedangkan Kenzo sudah cekikikan sedari tadi.
"Kenzo, bawa Vano ke kamar kamu gih, kasian kalo harus pulang sekarang, cape banget kayanya." Ucap Rika. Kenzo mengangguk lalu membawa Vano menuju kamarnya.
Lalu pandangan Rika kembali lagi pada anak gadisnya yang sedang selonjoran di sofa.
"Gajadi masuk kulkas Cha?" Rika menatap Echa dengan alis terangkat. "Ihh, Bunda mah. Emang bunda mau anak Bunda yang cantik jelita ini jadi beku gara-gara masuk kulkas." Echa memanyunkan bibir nya beberapa senti.
"Bercanda kaleee." Ucap Rika dengan nada alay. Maaf ya bundanya memang rada alay, tapi Echa sayang.
"Terus bibir kamu udah di obatin belom?" Lanjutnya
"Udah bun." Jawab Echa.
"Yaudah sana kamu mandi, bau tau." Ucap Rika sambil menutup idung.
"Bunda mah suka gitu, masa Echa wangi gini di bilang bau, walaupun ga mandi, Echa mah tetep wangi tau. Nih Coba nih wangi kan." Echa mendekat ke arah Rika lalu memeluknya.
"Echa, Cepetan mandi sana."
"Tapi wangi kan?" Tanya Echa lagi.
"Iya wangi, wangi menyan. Udah sana."
"Wangi menyan tapi suka cium-cium." Echa berkata dengan alis naik turun dan senyum menggoda.
"Kapan bunda suka cium kamu?" Tanya Rika.
"Kalo Echa lagi tidur, bunda suka masuk kamar Echa terus suka cium Echa." Jawab Echa.
"Ngimpi kali kamu." Elak Rika.
"Ya, Ya, Ya."
Echa langsung menjauhkan tubuhnya dari Rika dan berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.
Cklek
Pintu kamar terbuka Echa lalu menjatuhkan tubuhnya di atas kasur. Memejamkan mata sebentar lalu matanya melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 20.00 malam.
Echa bangkit dari kasur dan langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
10 menit kemudian Echa keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di tubuh putih mulusnya. Lalu Echa berjalan menuju walk in closet.
Sesudah memakai piyama berwarna merah muda, Echa keluar dari kamar menuju ruang tv.
Echa memilih menonton kartun si kembar botak yang ga pernah gede.
Lagi asik menonton tv. Echa merasakan ada pergerakan dari samping, ia menoleh dan langsung berteriak heboh.
"Abanggg!" Ucap Echa. Saat Echa ingin memeluk Dika, dika menahannya.
Dan pandangan dika tertuju pada bibir Echa yang sedikit biru.
"Ini kenapa Cha? Siapa yang udah buat kamu luka." Tanya dika sambil memegang luka di sudut bibir Echa.
Echa meringis.
"Sshh..sakit bang pelan-pelan jangan di teken." Ucap Echa.
"Eh. Maaf-maaf." Ucapnya sambil menjauhkan tangannya dari bibir Echa.
"ini tadi ada ibu-ibu di rampok pas Echa lagi jalan-jalan di mall sama Vano, Yaudah Echa bantuin. Tau ga bang preman nya so banget. sosoan mau ngelawan Echa pake bilang kalo Echa sekali di tonjok langsung KO. Padahal mah mereka yang KO." Ucap Echa menceritakan kejadian yang tadi, dengan sedikit kesal.
"Udah-udah, ada lagi ga yang luka." Tanya Dika. Echa menggeleng.
Lalu dika merentang kan tangannya, sontak Echa langsung menghambur kepelukan dika.
"Echa kangen tau sama abang." Jawabnya, seraya mengeratkan pelukannya pada Dika.
Dika terkekeh dan mengelus kepala serta punggung Echa.
"Uhh. Ade abang yang satu ini gapernah berubah yah, masih aja manja." Ucap Dika seraya menjawil hidung Echa saat pelukan mereka terlepas.
"Ishh.. Echa kan kangen, emang abang ga kangen apa sama Echa." Ucap Echa sambil memanyunkan bibirnya.
"Kangen dong, masa abang ga kangen sama Ade abang yang paling gemes ini." Dika mencubit pipi Echa gemas.
"Akhh... sakit, lepas bang sakit." Echa memukul-mukul lengan Dika yang ada di pipinya.
Dika terkekeh melihat pipi Echa yang merah karna ulahnya.
"Ututu.. sakit ya, maaf ya." Ucapnya sambil mengelus pipi Echa dengan lembut.
"Wihh ada apa ni ikutan dong." Ucap Kenzo yang tiba-tiba datang.
"Ganggu aja lo." Ucap Echa kesal.
"Yeh ko sewot, gua juga mau kali di peluk." Kenzo Merentangkan kedua tangannya.
"Lo bau, belom mandi." Ucap Echa.
Tapi tidak lama Kemudian dia langsung memeluk Kenzo di ikuti oleh dika.
Jadi lah mereka pelukan ber tiga di ruang tv.
Kegiatan mereka tidak lepas dari pandang Rika yang berada di dekat tembok pembatas antara dapur dan ruang tv. Rika tersenyum melihat bagaimana ke tiga anaknya saling menyayangi.
Andai kamu masih ada di sini pasti kamu bakal seneng juga liat mereka. Batin Rika.
••••
Gimana part ini?
Maaf ya kalo ada Typo.
Gua nulis part ini rada nyesek" gimana gitu.
Pengen punya abang:(
NZ🍎