GEBETANKU BANCI ✔

By DaddyRayyan

898K 88.7K 30.5K

Berani sumpah aku straight! Namun, lelaki ini membelokkan kepalaku. Sungguh. Awalnya aku cuma ingin bertanya:... More

Pendahuluan
1. Perempuan Jagung Rebus
2. Chatting Pertama
3. R A i s y o
4. Foto Syur
5. Siap Tembak Siaga 2
6. Siap Tembak Siaga 1
7. Hati Potek Karo Banci
8. Gebetanku Bapak Dosen-TIDAK!
9. Terangkanlah...
10. Terangkanlah... (2)
11. Tercyduk
12. Mencyduk
13. Cyduk-Cydukan (part 1)
14. Cyduk-Cydukan (part 2)
15. Magamon
16. Kesempatan dalam Kesempitan
17. Pengabdi Sasetan
18. Para Pengabdi Micin
19. Dari Matamu, Pak
Visualisasi Tokoh (+Rekaman Suara Raisyo/Pak Rayyan & Shouki)
21. Aw aw aw
22. Jaran Goyang
23. Hati ke Hati (1)
24. Hati ke Hati (2)
25. Buka-Bukaan
26. Becekin Adek Bang
27. Basah Basah Basah
28. Gebetanku Banci Lainnya ...
29. Banci in Denial
30. Banci Fight
31. Apartemen Ra
32. Just Ra
33. Just Ra (2)
34. Memahat Hati
Pengumuman 3/3/2018
35. Arian
36. Main Api Babak Satu
37. Main Api Babak Dua
38. Main Api Babak Dua Separuh
39. Main Api Menuju Ambyar
Road to Anniversary
40. Gosong, Ambyar
41. Janji
42. Aisha
Pengumuman+Giveaway Ulang Tahun Shouki
43. Ra
44. Shoulan (Shouki Al Dilan) Part 1
45. Shoulan (Shouki Al Dilan) Part 2
46. Goyang Gitar 🤘
47. Everyday with Rayyan (part 1)
48. Everyday with Rayyan (part 2)
49. Night with Rayyan
50. ....
51. Bunga untuk Daddy
52. Bunga dari Daddy
53. Moving On
Bonus Part: Post-Ending Story #1
Bonus Part: Post-Ending Story #2
Open PO Novel Sekuel GEBETANKU BANCI
PO ditutup malam ini! (Plus teaser Sekuel GB)
PDF Sekuel GEBETANKU BANCI di KaryaKarsa

20. Bayi Gula?

15.4K 1.6K 1K
By DaddyRayyan

AN: Mohon maaf untuk bab terbaru GEBETANKU BANCI belum bisa up tadi malam karena saya lagi kerja lembur. Jadwalnya jadi geser update malam ini ya. Pengumumannya udah saya taruh di timeline tapi kayaknya banyak yang terlewat. Anyway, terima kasih sudah nungguin cerita ini. Sebagai kompensasinya saya panjangin chapter ini ^^ Semoga suka yah.

Btw, ada yang sudah melihat foto-foto cast khayalan tokoh Gebetanku Banci sudah saya taruh di bab sebelumnya? Cek bab berjudul Visualisasi Tokoh jika teman-teman kelewatan.

Bagi yang sudah ngecek, saya notice beberapa dari teman-teman enggak setuju dengan cast Pak Rayyan hehe, maybe karena terlalu macho? 

Gampangnya kamu tinggal membayangkan aktor tersebut berumur lebih muda (karena usia Pak Rayyan memang 10 tahun lebih muda dari usia sang aktor) dan less kekar ya. Sehingga walau pakai baju cewek pun masih cucok. Banyak kan pria yang otot dada dan perutnya terbentuk seksi dengan pinggang yang ramping, semua itu ketutup dengan cantiknya di balik korset ketat Raisyo.

Waktu Ra jadi Raisyo saya mendeskripsikannya bukan fully berbadan cewek, makanya Shouki bilang Ra itu kutilang sehat (maksudnya agak keker badannya). Ra itu cantik yang manly, yah kayak tokoh yang aslinya ganteng tapi saking gantengnya bisa jadi cantik. Saya sendiri sering ngelihat transformasi laki-laki ganteng ke cantik seperti ini, semuanya karena keajaiban makeup. Tengok ladyboy di Thailand yang lebih cantik dari cewek.Jadi kalo ada yang ngasih saran cast ke saya untuk Ra, saya berterima kasih. Cuma jangan cast cowok manis imut-imut. Sebab itu jauh dari esensi karakter Ra. Shouki jatuh cinta sama Ra justru karena keunikannya, kalo Ra manis dan imut saya yakin Shouki enggak bakal suka, karena dengan cewek manis beneran aja Shouki enggak mudah terpikat. Jadi mesti yang manly si pakdos, dengan mata dan senyum tipis yang memikat. Bila kalian menemukan cast yang lebih pas untuk Rayyan Nareswara, bisa kasih ke saya. Namun seperti yang kemarin saya bilang, selama membaca cerita ini, teman-teman bebas membayangkan bagaimana wajah Ra tanpa melihat cast yang saya pilihkan. Ngikutin wajah Ra yang di gambar ilustrasi bab 9 juga boleh banget. Cast kan cuma khayalan dan pendukung suasana aja. Nikmati aja cerita ini, jangan terlalu dibawa serius.

Untuk tokoh Shouki, saya ikutin suara terbanyak deh di bab Visualisasi Tokoh, bahwa teman-teman memilih foto aktor yang kedua. So sudah fixed deh! Dia memang ganteng menggemaskan dan yang terpenting kulitnya tan dan wajahnya Asia Tenggara banget. 

Untuk Arian, baca ulang bab pas pertama kali Arian muncul, di situ saya deskripsikan kalo dia ganteng, meskipun tengil haha. Arian itu tipe yang wajahnya oke banget tapi omongan dan kelakuannya bisa ajaib. Jadi wajah si aktor yang paling sesuai buat saya.

Untuk Tora, itu dua foto dari orang yang sama kok heheh, cuma beda pose sama rambut aja.

Cast untuk Aky yang paling susah dicari, karena penampilan Aky harus yang cool dan kelihatan misterius. Mukanya masa bodoh dengan dunia atau apa pun, kecuali dengan daddy.

================



"Pak Rayyan Nareswara." Shou membungkukkan tubuh. "Apa Bapak bersedia jadi pacar saya?"

Hening.

Pak dosen yang sedang ditembak, bergeming. Ia berdiri di sana hanya menatap serius. Dari mata itu sulit Shou menerka apa dalam benaknya.

Yang bisa Shou lakukan hanya membalas tatap, dengan keseriusan dua kali lebih dari Pak Rayyan. Tak ada ragu sama sekali. Bahkan denyut di lehernya saat ini seperti menguatkan keinginan Shou. Dia ingin denyut ini berdetak bersama pria di hadapannya. Pria—aduh, ya apa pun gender Rayyan Nareswara. Shou menginginkannya.

Setelah waktu berdetak seperti selamanya, Shou akhirnya bisa melihat sesuatu di wajah Pak Rayyan. Ekspresi kalemnya sedikit berganti dengan senyum. Senyum yang tipis, dan lama kelamaan menjadi seringai.

Jenis seringai ingin menerkam balik.

Shouki Al Zaidan pikir ia berdiri di sana seperti pemangsa yang sedang mencegat buruan. Tiba-tiba saja posisi berbalik.

Pak Rayyan maju kepadanya dengan tangan terangkat. Lembut, jemarinya mengusap poni Shou, menyingkirkan helai poni di keningnya.

"Pak...?"

Pak Rayyan tak menjawab. Wajah mereka dekat. Kini Pak Rayyan menangkup pipi Shou, dan Shou mencium wanginya. Parfum, napas. Wangi yang tak berbeda dengan Raisyo yang duduk di pangkuannya. Bikin tegang rasanya.

Tegas, Shou menangkap pergelangan tangan Pak Rayyan. "Pak, saya serius."

"Saya juga serius," balasnya. "Saya menunggu kamu menetapkan hati seperti ini." Pak Rayyan maju, memepet Shou ke pintu. "Apa kamu sudah yakin dengan kemauanmu?"

Punggung Shou melekat dengan pintu. Tenang, ia menjawab, "Kalau belum yakin, saya enggak akan di sini sama Bapak."

"Saya dosenmu. Kita sesama lelaki."

Shou tersenyum. "Saya tahu."

Mereka saling pandang.

"Alasan kenapa saya menunggu, sebab saya mau beri kamu kesempatan untuk benar-benar yakin," ujar Pak Rayyan. "Yakin tidak akan berubah pikiran? Mau menjalani hubungan dengan saya?"

"Makan waktu cukup lama bagi saya, tapi saya sudah memutuskan."

"Saya berbeda dengan mantanmu yang pernah ada. Itu pasti."

Shou terkekeh. "Sudah jelas, Pak. Mantan saya perempuan semua."

"Yang pasti saya enggak akan numpahin Cola ke buku gambarmu."

Shou tertawa lepas. Pak Rayyan tersenyum lembut menatap tawanya.

"Kalau kamu benar-benar serius," Pak Rayyan separuh berbisik. "Saya oke."

Shou berhenti tertawa. Matanya membulat sekarang. Dia sudah menunggu jawabannya, tetapi sulit juga mengendalikan debaran yang datang setelah mendengar langsung. " ... Bapak serius?"

"Ya." Pak Rayyan mendengus. "Saya jawab oke."

"Oke—maksudnya Bapak bersedia jadian sama saya?"

"Ya, ini jawaban saya, tapi—" Mata Pak Rayyan menyipit. "Ada satu hal yang perlu kamu tahu, Shou."

"Ya?"

"Saya ... sedikit asing dengan istilah jadian," ucap Pak Rayyan, dan bibirnya separuh terbuka seolah masih ada yang ingin ia sampaikan.

Pengakuan itu membuat Shou tergeming. Dahinya berkerut. Ia menunggu Pak Rayyan menjelaskan. "Harusnya pacaran? Menjalin kasih?"

Pak Rayyan bergeleng. "Bukan. Bukan itu semua."

"Jadi?"

"Harus saya sampaikan bahwa saya asing dengan hubungan berpacaran. Kamu bisa bilang, saya belum pernah berpacaran."

Hening.

Shou mengerjap beberapa kali, tak percaya. "Aneh rasanya bilang ini, tapi saya punya sedikit pengalaman. Akan saya bagi ke Bapak. Bagaimana?"

"Itu yang saya harapkan. Saya harap kamu bisa bersabar dan mau belajar menjalani hubungan ini dengan saya."

Shou mendengus. "Berarti saya yang jadi dosennya?"

Lembut, Pak Rayyan menarik tangan Shou dan meremas punggung tangannya. Kali ia menatap Shou dengan lebih serius. "Dengar, Shouki Al Zaidan," Pak Rayyan berkata. "Saya mau kamu jadi baby saya."

Baby.

Di kepala Shou langsung tergambar sesuatu yang mungil dan lembut. Jari-jari yang jempol semua. Pipi bakpau yang kenyal saat disentuh. Dan oek oek lucu. Menggemaskan memang, tetapi bukan sesuatu yang Shou bisa korelasikan dengan dirinya sendiri. Pak Rayyan memintanya jadi bayi? Oek-oek?

Err ... ?

"Tapi umur saya sudah 18 tahun, Pak," kata Shou.

Pak Rayyan terdiam lalu tertawa pelan. Tawa yang seksi di telinga Shou, membikin elus dada.

"Baby," katanya. "Maksud saya sugar baby. Kamu enggak tahu?"

"Sugar baby teh naon? Nama permen?"

Shou tahu; Aky pasti tidak asing dengan istilah ini. Maka ia harus menyiapkan diri untuk bertanya kepada sahabatnya. Oh, siapa sangka Pak Rayyan malah memberinya tugas tambahan di luar kuliah?

"Oke, kamu bisa googling setelah keluar dari sini." Pak Rayyan menepuk pundak Shou.

Tiba-tiba Shou menangkap tangan Pak Rayyan dan menariknya. Sang dosen yang terkejut sedikit hilang keseimbangan, sehingga ia hampir menubruk tubuh Shou di hadapannya. Saling pandang dari jarak dekat, Shou tak tahan untuk tersenyum sangat lebar, bahagia.

"Terima kasih sudah menerima saya, Pak."

Senyum Shou membuat Pak Rayyan mendengus senang. Jemarinya mengelus poni Shou sekali lagi, penuh sayang, "Jangan lupa, Akang. Kamu harus googling tentang sugar daddy relationship."

"Baik. Enggak ada deadline-ya, kan, Pak?"

"Tidak ada. Karena mulai hari ini, saya anggap kamu sudah jadi baby saya."

"Ooooo." Shou enggak ngerti, tapi oooh saja.

Pak Rayyan mundur selangkah dan mengangguk. Suaranya menjadi begitu dominan. "Bagus, jadi mulai sekarang enggak ada alasan lagi kamu menolak barang-barang pemberian saya. Oke?"

"Eeh? Err. Jangan, Pak."

"Kamu bilang ingin menjalin hubungan dengan saya, kan? Tidak ada kata tidak, Akang."

"Tahan dulu, Pak, sampai saya tahu arti sugar baby." Shou menggaruk tengkuk. "Bagaimana? Maksud saya, kita tetap jadian, Pak, tapi tolong jangan hadiahi saya macam-macam."

Pak Rayyan membalas dengan senyum. Nada suaranya menjadi sedikit lebih berat. "Saya ulangi, Shou, istilah jadian atau berpacaran kurang cocok untuk saya. Saya menyebutnya hubungan sugar. Saya adalah Daddy, dan kamu Baby saya. Tapi kamu bebas menyebutnya dengan istilahmu sendiri. Apa pun itu, kita berhubungan."

Diam, Shou menatap beberapa saat. "Baiklah."

Diiyain saja dulu, pikirnya.

"Tapi, jangan hadiahi saya macam—"

"Sssh."

Lalu sunyi di kelas itu. Hanya mereka berdua, dan suara langkah kaki OB mondar-mandir di depan koridor kelas. Pak Rayyan mengambil kesempatan menangkup pipi Shou sekali lagi. Ibu jarinya mengusap pucuk hidung Shou, turun ke bibir, menyentuh sangat halus di sana sebelum melompat ke dagu. Kemudian turun lagi, menyentuh garis leher Shou. Pasti ujung jari Pak Rayyan bisa meraba denyutan kuat pada pangkalnya.

Pintu kelas diketuk dari luar. Mamang OB fakultas yang gatal ingin merapikan kursi dan menyapu ruangan sebelum kelas berikutnya. Shou dan Pak Rayyan sama-sama mendengar ketukan itu, tetapi mereka diam. Mereka meneruskan momen intim saling pandang.

Shou menyipitkan mata dan meraba Pak Rayyan pada pinggangnya. Kemudian menariknya mendekat. Ketika tubuh mereka hampir saling lekat, Shou berbisik, "Saya cinta Bapak. Terima kasih."

Pak Rayyan hanya tersenyum di samping telinga Shou, dan meremas pundaknya. "Habis ini ada kuliah apa?"

"Permisi, ada orang di dalam?" Mamang OB ketok-ketok.

Shou mengabaikan ketukan di belakangnya. "Ah, ada kuliah tinjauan desain, Pak. Sehabis istirahat."

"Saya sudah tidak ada kelas. Kamu bisa pergi sama saya sampai waktu istirahat." Pak Rayyan separuh berbisik, seolah ingin mengajak Shou pergi ke tempat rahasia. "Atau kamu punya rencana lain?"

"Enggak ada. Bapak jam istirahat mau ke mana?"

"Permisi. Samlekom. Spada. Spada." Ketukan mamang OB mulai berirama.

Pak Rayyan menyeringai. "Saya serahkan kepadamu. Katanya mau berbagi pengalaman dengan saya?"

"Um, ke kantin?"

Pak Rayyan mengangguk. "Bawa saya ke mana pun Akang mau."

.

Kantin adalah tempat para mahasiswa memburu meja-meja penuh makanan, dan di sana mereka bisa bergosip sesukanya untuk melepas penat. Dan meski ramai sekali, tak ada yang luput menyadari kehadiran sepasang mahasiswa dan dosen yang datang bersama. Cukup banyak mahasiswi menoleh kepada Pak Rayyan dan mengawasinya sedang duduk berdua dengan Shou. Apakah Shou adalah mahasiswa kesayangan Rayyan? Mereka bertanya-tanya.

Shou mengabaikan banyak mata yang memandang. Ia tak peduli. Ia tautkan pandangannya sendiri kepada Pak Rayyan, yang sedang memesan dua piring nasi ayam geprek dengan pedas level sedang. Pak Rayyan mengeluarkan dompet membayar semuanya, tepat sebelum Shou menyerahkan uang untuk membayar.

"Berapa, Pak?"

"Sudah saya bayar semuanya. Ayo duduk."

Shou duduk, dan menyerahkan uangnya kepada Pak Rayyan. "Saya ganti, Pak, untuk makanan saya. Mohon diterima."

Pak Rayyan bergeleng. "Kamu ingin menjalin hubungan dengan saya, kan?"

"Apa hubungannya dengan bayar makan?"

"Mulai sekarang, apa-apa saya yang bayar."

Shou mengernyit. Dimanjakan seperti ini—bukan sesuatu yang ia suka. Dari mantan ke mantan, selalu Shou yang mengeluarkan dompet untuk membayar makan. Sikap dominan di dalam diri Shou terusik, tetapi entah bagaimana suara sang dosen berhasil membungkamnya sementara. Shou memilih takluk.

Dua piring nasi ayam geprek datang. Aromanya membuat Shou buru-buru ingin mengisi perut dengan nasi dan ayam goreng renyahnya. Shou membaca bismillah sebelum menyantap makan siang dengan tangan. Ia terhenti saat melihat Pak Rayyan.

"Bapak enggak makan? Kenapa ngeliatin saya?"

Pak Rayyan tersenyum. "Biarin saya sebentar, mau ngeliatin kamu makan."

"Kenapa?" Apa Pak Rayyan geli melihat Shou yang makan tanpa menggunakan sendok?

"Wajahmu, Akang, saat makan dengan penuh syukur seperti itu, bikin saya nikmat."

Shou berdeham. Terasa wajahnya sedikit panas. "Saya enggak ngerti maksud Bapak, tapi kalau yang barusan maksudnya memuji—makasih, Pak. Saya enggak pernah kacaan pas makan." Shou mengaduk sambal dan daging ayam di atas nasinya, kemudian makan dengan lahap.

"Enak?"

"Alhamdulillah. Terima kasih makanannya, Pak. Lain kali izinkan saya yang traktir Bapak—"

Pak Rayyan mengelap sudut bibir Shou dengan tisu, menghilangkan sebutir nasi yang menempel di bibirnya.

Shou terdiam. Berdebar, dia melirik sekeliling. Apakah barusan ada yang melihat?

Pak Rayyan tampak tidak peduli dengan pandangan orang-orang. "Ngelihat kamu makan dengan lahap begini bikin saya kenyang. Anggap saja itu sama dengan kamu menraktir saya."

"Ehem, Pak? Bapak bilang enggak pernah pacaran?"

Pak Rayyan menyendok ayam dan menyingkirkan sambal di atasnya. "Hm? Ya, saya belum pernah pacaran, maksud saya secara serius. Jadi anggap saja belum pernah."

"Ooh. Jadi Bapak cuma main-main?"

Pak Rayyan sedang mengunyah nasi, jadi Shou dengan sabar menunggu jawabannya. Sang dosen mengangguk setelah menelan makannya. "Ya, beberapa kali."

"Pak Rayyan, umur Bapak berapa?"

"Beberapa bulan lagi saya 28 tahun."

"Ooh." Shou mengangguk. "Kalau zodiak Bapak apa? Kemarin saya lihat-lihat halaman zodiak mingguan di majalah. Maaf kalau saya tanya aneh-aneh."

"Enggak apa. Saya kan pernah bilang, bahwa saya suka ditanya-tanya sama Akang." Pak Rayyan memangku dagu. "Hmm. Zodiak saya? Tebak."

"Saya harus tahu dulu bulan lahir Bapak."

Pak Rayyan menyeruput teh. "Awal Maret."

"Maret—seperti ayah saya ... Pisces?"

"Suatu kehormatan punya zodiak yang sama dengan ayahmu."

Shou mengulum senyum, mengambil beberapa suapan nasi dengan lahap. Lalu bertanya lagi, "Kalau zodiak saya, Bapak tahu?"

"Gemini," jawab Pak Rayyan. "Lahirmu 10 Juni."

Shou tergugu. "Bapak tahu dari mana?"

"Data kelas."

"O-oh?" Shou menyeruput minum, canggung. "Bapak ngecek sampai ke komputer kampus?"

"Bercanda, saya tahu dari Facebook kamu."

"Oh, dan Bapak ingat sampai sekarang? Suatu kehormatan bagi saya."

"Ya wajar, kamu orang yang saya suka."

Kaku, Shou mengunyah makan perlahan-lahan. Rahangnya terkatup dan pipinya agak panas lagi. Pak Rayyan diam sepanjang makan. Dan Shou bertanya-tanya apakah hanya ia yang selalu berdegup jantungnya, setiap kali mereka duduk berdua? Apa hanya ia yang ingin melontarkan banyak sekali tanya, untuk berhubungan lebih dekat? Sebab Pak Rayyan tampaknya kalem-kalem saja.

Baru setelah Pak Rayyan menghabiskan makannya dan Shou tengah minum teh, tiba-tiba Pak Rayyan bertanya, "Shouki, apa kamu masih perjaka?"

Shou tersedak dan nyembur. Air teh dari mulut dengan suksesnya menghujani muka kekasihnya.

Pak Rayyan terdiam.

"Ya Allah, maaf, Pak!" Panik, spontan Shou berdiri dan mengusap wajah Pak Rayyan dengan tisu, usap-usap panik. Detik itu ia sadar bahwa meja sekeliling tengah memandanginya.

Namun, Pak Rayyan hanya tertawa. Selagi Shou mengelap wajah tampannya, ia berkata lagi, "Yang barusan enggak perlu dijawab kalau membuat Akang enggak nyaman."

Kemudian Pak Rayyan berdiri dan meninggalkan meja. Shou terdiam, buru-buru menarik ranselnya dan mengejar sang dosen. Pak Rayyan melambatkan langkahnya di taman kecil di luar kantin, menunggu Shou mengejarnya.

"Maaf, Pak—"

"Ra," kata Pak Rayyan tanpa menoleh. "Panggil saya Ra ketika kita berduaan seperti ini."

"Pak—Ra." Shou mengangguk, separuh berbisik. "Kenapa tadi kamu tanya begitu?"

Pak Rayyan tersenyum menatap lurus ke depan. "Ini penting, untuk hubungan kita ke depannya."

Di taman kampus, mereka berjalan berdua saja. Saling melangkah dengan ritme yang serasi, dan tiba-tiba saja Shou merasa sangat memuja pepohon yang berdiri memagari mereka. Begitu teduh, menyembunyikan keduanya dari mahasiswa yang sedang berjalan di sekitar kampus. Shou tak tahu tempat ini bisa menjadi begitu pribadi.

"Kalau saya masih perjaka, memangnya kenapa?" tanya Shou santun.

"Kalau masih, berarti saya enggak bisa ajak kamu tidur sembarangan."

Shou terbatuk, mengatup mulutnya dengan tangan. "Kita baru pacaran hari pertama, kamu sudah ngajak saya tidur?"

"Saya bilang untuk ke depannya." Pak Rayyan tergelak. "Terkadang saya gemas melihat kanvas putih di studio lukis saya. Rasanya ingin saya nodai. Paham tidak? Sama kayak lihat kamu sekarang."

"Oh, mau nodai saya?" Shou bercelatuk, dan dorongan dalam dirinya membuat Shou ingin membusungkan dada ke Pak Rayyan. "Kalau saya yang nodai kamu, bagaimana?"

Menoleh, dan tatapan yang Pak Rayyan berikan persis ketika Raisyo sedang ingin menggoda. Shou terkejut bisa melihat ekspresi semacam ini pada dosen machonya. "Memangnya Akang mau?"

"Kamu mau?"

Pak Rayyan tersenyum. Langkahnya melambat dan ia biarkan jawabannya menggantung di udara. "Kita jalani semua ini pelan-pelan. Seperti yang saya bilang, melihat kamu makan dengan lahap seperti tadi sudah bikin saya nikmat. Saya enggak pernah lupa wajahmu saat kita bertemu pertama kali," ucap Pak Rayyan.

"Hm. Kenapa dengan wajah saya waktu itu?"

"Wajahmu di Firefly saat menatap saya, persis seperti saat di meja makan tadi. Kamu lapar, ingin makan."

Shou mendengus. "Suka dengan wajah lapar saya? Saya catat itu."

Pak Rayyan tertawa lagi. Dan, oh, perut Shou bergemuruh setiap kali melihat wajah tampan itu tertawa. Cara mereka berjalan dan berbincang saat ini di taman, mengingatkan Shou bahwa mereka benar-benar sedang berpacaran. Rasanya ingin mengulum senyum terus-terusan.

Sambil memandangi wajah itu dari samping, Shou bertanya, "Ra, maaf bertanya seperti ini di hari pertama kita pacaran. Tapi—kenapa kamu mau nerima saya?"

Pak Rayyan diam sejenak. Pandangannya beredar ke arah danau yang mereka lewati. Shou menunggu.

"Saya rasa jelas, sejak awal saya tertarik dengan kamu. Apa kamu lupa saya pernah ingin menari di pangkuanmu?"

Shou mengulum seringainya. "Ya, saya enggak mungkin lupa."

"Dan sampai detik ini saya masih berpikir bahwa yang kamu sukai adalah Raisyo, bukan saya."

"Kalau Raisyo memang diri kamu, Ra, maka saya pun suka dia. Saya suka kamu seperti apa pun kamu. Itu saja."

Pandangan Pak Rayyan melembut. "Saya suka dengan cara berpikirmu yang simpel itu, sebenarnya agak berlawanan dengan saya. Kamu bilang saya sering tarik ulur? Saya harus lakukan itu."

"Kenapa?"

"Alasannya jelas. Saya enggak bisa maksa kamu untuk masuk ke dunia saya. Sekalinya kamu masuk, mungkin kamu menyesal." Pak Rayyan menoleh ke samping. "Meski saya begitu menginginkanmu. Sama kayak saya ngelihat kanvas putih yang dipajang di studio, gemas ingin melukis di atasnya, tapi enggak bisa karena itu bukan punya saya."

Alasan itu menyenangkan hati Shou lebih dari apa pun, meski agak sulit untuk Shou memaknai, tetapi ia merasakan Pak Rayyan begitu care. Shou menahan cengirannya dengan cara mengulum bibir kuat-kuat.

"Besok malam mau sama saya?" ajak Pak Rayyan.

"Ke mana?"

"Firefly, ketemu dengan pujaanmu yang senang bernyanyi jagung rebus."

Shou terkekeh. "Besok enggak ada jam ngajar? Boleh, saya siap ketemu kamu di sana."

Keluar dari taman, mereka berjalan di koridor penuh mahasiswa. Pak Rayyan tersenyum menatap arlojinya. "Jam istirahat sudah mau selesai. Kamu mau masuk kelas sekarang?"

"Ah iya, tapi saya mau salat dulu." Shou menunjuk musholla di ujung koridor.

"Oke, saya temani kamu."

"Bapak enggak salat?"

Pak Rayyan tersenyum lembut. "Saya tunggu kamu di luar saja."

Segera Shou berlari masuk musholla, dan seperti sudah takdir saat melepas sepatu, ia berpapasan dengan Aky dan Tora yang baru saja selesai salat.

Tora menepuk bahunya. "Eh, Shou? Baru salat? Dari mana saja lo?"

"Err—habis makan tadi."

"Dih, makan enggak ngajak-ngajak. Sendirian?"

"Enggak, sama—"

Shou menoleh ke belakang, dan tiba-tiba saja ingin tersenyum melihat Pak Rayyan benar-benar menunggunya di bawah pohon depan musholla. Sang dosen sedang duduk di sana, bersama seekor kucing berteduh di bawah pot bunga besar. Jemari Shou menunjuk kepada Pak Rayyan.

Aky dan Tora mengikuti arah ujung jari Shou. Keduanya langsung diam.

"Oke, Bro. Gue mau salat dulu."

"T-Tunggu, Shou. Lo serius sama dia?!" Tora heboh.

"Makan, kan? Iya serius," jawab Shou cuek. "Yaudah, gue mau ke Firefly—eh astagfirullah, maksud gue mau masuk dulu ya. Keburu waktu istirahat habis."

Shou berlari kecil masuk musholla, meninggalkan Aky dan Tora yang mematung di sana.

Dari kejauhan, Pak Rayyan mengawasi kekasih dansahabat-sahabatnya.    



Instagram: @ ra_shou (IG khusus pembaca Rashoura, DM dulu agar di-confirm, ya)

.

.

.

[Hasil Pengumuman Giveaway]

Btw, vote kemarin itu cuma saya kepoin pembaca, pengen tahu preferensi kalian melihat pair rashoura itu lebih ke shoura atau rashou, tapi hasil vote tidak akan mempengaruhi jalan cerita ke depannya. Mereka berdua tetap TOP kalau dipasangkan dengan orang lain, dan hanya mau rela nge-bottom untuk satu orang aja (Shou ke Ra, Ra ke Shou). RaShouRa adalah pasangan Top yang bertemu dan saling jatuh cinta. Apa pun itu hasilnya, enggak akan mempengaruhi jalan cerita. Lagian ini kalo saya itung-itung votenya hampir seimbang hehe.

Team RaShou : Team ShouRa = 84 : 100

Team #Shoura is the winner hehehe. Saya sepandapat dengan votenya, karena Shou memang sangat natural Top. Meski Ra adalah Top yang senang menaklukkan Top lain, tapi seru juga beberapa pendapat teman-teman yang bilang bahwa "Unik apabila Shou bisa mengakhiri petualangan Ra si penakluk top". Oke, meski kayaknya beberapa dari kalian pindah haluan setelah lihat bab Visualisasi Tokoh? Hehehe...

Kaget sih bisa hampir seimbang banget begini. Ada beberapa vote lain yang gak keitung karena ada di luar kolom baris (enggak inline comment). Vote yang saya hitung adalah yang berada di dalam inline comment saja dan sudah dapat nomor undian ya. Kalau kamu tidak mendapat nomor undian, berarti vote-mu tidak termasuk inline comment yang berjumlah 404 ini. 

Untuk pemenang giveaway udah saya undi nih! Terlampir bukti pengundiannya. Diundi melalui situs namepickerninja . com

Pemenang pertama (hadiah payung jagung, atau bisa diganti hadiah pulsa) = nomor undian 158

Pemenang kedua (hadiah squishy jagung, atau bisa diganti hadiah pulsa) = nomor undian 67

Pemenang ketiga (hadiah pulsa 20k) = nomor undian 118

Pemenang harap menghubungi saya via PM. Ongkos kirim pengiriman hadiah ditanggung oleh pemenang ya :D

Makasih udah ikut undian giveaway-nya, selamat buat para pemenang beruntung. Yang gak beruntung, berarti belum rezeki. Ikut lagi kapan-kapan ;)

(Ra)

Continue Reading

You'll Also Like

15.7K 2.3K 200
Seorang anak laki-laki miskin dan biasa dari desa bergabung dengan sekte kecil di Jiang Hu dan menjadi Murid Tidak Resmi secara kebetulan. Bagaimana...
21.6K 3.5K 7
Dua-duanya anak ekskul animal lovers. Dua-duanya juga pecinta hewan divisi dog lovers. Ada suatu cerita, tentang Dean yang pernah dikeroyok oleh empa...
MARITARE By Rosesseries

General Fiction

4.5M 95.4K 27
Alex, CEO berusia 31 tahun, tiba-tiba dijodohkan oleh sang kakek dengan Rosana, seorang pelajar dengan latar belakang yang berbeda jauh darinya. . ...
507K 46.8K 19
Pernah tahu cerita "Bawang Putih dan Bawang Merah"? Bagaimana seandainya si Garlic yang selalu ditindas itu malah jadi cowok nakal dan pemberontak? ...