Bab 5 Terpojok

15.4K 597 4
                                    

Terpojok

Ingin Rasanya Renata pergi dari acara makan siang ini jika saja tak melihat ada Kafa disitu Renata sudah pasti pamit pergi dari tadi karena tak kuat dengan sifat dingin Dafa yang menurutnya sama saja dengan menolak kehadirannya.

"Kalau bukan karena Kafa aku tidak akan mau berada di sini," batin Renata.

"sabar ren, sabar," ucap Renata menguatkan hatinya.

Dalam hati Renata terus menggerutu dengan sifat dingin Dafa kepadanya saat ini namun disamping itu Renata juga penasaran mengapa Dafa sampai bersifat demikian padanya. Ia berpikir keras  apakah ada yang salah dengan Renata? Atau karena Dafa terlalu mencintai mendiang  istrinya dan tak mau ada wanita lain dalam hidupnya sehingga menolak Renata. Entah lah memikirkan itu benar-benar membuat Renata kacau.

"Masa iya sih sifatnya begitu, aku kira pria dingin itu hanya ada di dalam novel saja," batin Renata.

"Apa dia punya kelain yak? astagfirullah ngomong apa sih aku, eh tapi dia itu aneh. Dinginnya itu loh gak ketulungan," umpatnya dalam hati.

Renata melirik jam yang melingkar  di pergelangan tangannya dan cepat menyadari jika waktu istirahatnya hampir habis. Renata memohon diri kepada orang tua Dafa dan tak lupa berpamitan dengan Kafa serta Shafa tanpa melupakan Dafa meski Dafa bersifat cuek padanya.

"Tante, om, Ren permisi dulu ya jam istirahat Ren hampir selesai jadi Ren harus kembali. Terima kasih makan siangnya om,  tante," ucap Renata sopan.

"Sayang, Bunda kerja dulu ya? besok kita sambung lagi," bisik Renata pada Kafa yang dibalas anggukan oleh Kafa.

"Kak Shafa tante balik kerja dulu ya. Terima kasih kakak Shafa sudah mengajak tante makan siang," ucap Renata lembut sembari mengusap puncak kepala Shafa.

"Bunda, apa Shafa tidak boleh panggil tante dengan sebutan Bunda sama seperti Kafa?" tanya Shafa yang dibalas senyuman kikuk dari Renata.

"Terserah kakak Shafa saja yang penting kakak Shafa dan adek Kafa happy dan nyaman," ucap Renata tersenyum.

"Terima kasih bunda, Shafa berharap bunda mau jadi ibu buat kita," ucap Shafa tulus.

"Hemmm hemmm.... kode tuh Daf," ucap  Anna mengerlingkan mata ke arah putranya.

"Ayo dong Daf gercep jangan malu maluin papa. Sudah dapet lampu ijo gitu," ucap  Arya menggoda.

"Pa, Ma, sudah deh jangan ngledekin Dafa terus. Ada anak-anak juga," ucap Dafa sedikit kesal.

Berbeda dengan Renata, pipinya sudah memerah menahan malu mendengar godaan tersebut namun tidak dapat dipungkiri dalam hati Renata berharap Dafa segera mengabulkan permintaan anak-anaknya karena Renata sudah terlanjur sayang dengan keduanya dan tak ingin jauh jauh dengan anak-anak lucu tersebut. Tak mau terlambat Renata pun segera meninggalkan restoran dan berlalu menuju ke ruangan miliknya.

"Ayah... apa bunda gak bisa jadi bundanya Kafa beneran?" tanya Kafa tiba-tiba.

"Kata oma semua tergantung ayah kalau ayah yang meminta pasti bunda mau, kalau begitu Kafa mohon minta Bunda bidadari menjadi bundanya Kafa ya yah? Kafa pengen punya Bunda seperti teman-teman Kafa yang lain yah," ucap Kafa dengan polos membuat Dafa merasa terpojok.

"Iya yah... Shafa juga setuju kok yah," ucap Shafa dengan memohon.

"Tunggu apa lagi Daf ? Apa kamu gak kasihan lihat anak-anakmu memohon? oke kalau kamu belum bisa terima Ren tapi paling tidak kamu lakuin ini untuk mereka. Mama percaya Ren bisa jadi ibu yang baik untuk mereka dan istri yang baik untukmu," ucap Anna meyakinkan Dafa.

"Dafa gak bisa. Dafa gak mau posisi Arin diganti dengan orang lain. Dafa sangat mencintai Arin Ma," ucap Dafa tegas.

"Istighfar Dafa! Arin akan sedih jika kamu seperti ini. Arin pasti mau kamu dan anak anaknya bahagia."

"Jadi mama mohon temui Ren minta Ren jadi ibunya anak anakmu. Mama yakin cinta akan hadir seiring berjalannya waktu. Pikirkan itu Dafa!" ucap Anna tegas.

"Maaf, Ma Dafa harus pergi ke kantor  sekarang," ucap Dafa berlalu pergi tanpa membalas perkataan Anna.

"Pah... anak mu itu benar-benar membuat ku tak habis pikir, apa susahnya sih pah nuruti keingan anak yang bisa bikin mereka bahagia? toh dia juga gak rugi kan bisa memiliki istri seperti Renata," omel Anna kepada sang suami.

"Awas saja jika kali ini dia masih menolak, mama pastikan akan menghukumnya hingga dia menyerah!" gerutu Anna lagi.

"Sudah lah, Ma jangan terlalu terbawa emosi. Papa yakin Dafa nanti akan menerima Renata meski awalnya hanya karena paksaan namun Papa yakin lambat laun Dafa juga cinta sama Renata. Karena Papa yakin Renata adalah wanita yang baik dan penyabar," ucap Sang suami menenangkan hati sang istri yang sedari tadi terus mengomel.

Pikiran Dafa kini sedang kalut ia tak bisa fokus dengan pekerjaannya. Dafa terus saja memikirkan permintaan sang mama dan anak-anaknya. Kata kata Kafa membuat Dafa benar benar gak tenang disatu sisi ia ingin mengabulkan permintaan Kafa namun disisi lain ia egois dengan rasa cintanya untuk Arin.

Berkali kali Dafa merutuk dan mengacak rambutnya frustasi ia benar benar bingung sekarang.

"Arin aku harus bagaimana?"

"Aku sangat mencintaimu dan aku tak ingn ada wanita mana pun yang menggantikan posisi mu, sungguh aku tak rela."

"Tolong bantu aku Rin, katakan padaku apa yang harus aku lakukan saat ini," ucapnya lirih sembari berdialog dengan foto mendiang istrinya.

Setelah lama Dafa berfikir akhirnya hatinya terketuk untuk mengabulkan permintaan sang anak meski sebagian hatinya lagi menolak. Hingga ia memikirkan sebuah ide dan bergegas menemui Renata untuk di ajaknya bernegosiasi. Sebab hanya Renata yang bisa mengeluarkannya dari situasi ini. Dengan langkah cepat ia bergegas keluar kantor menuju lantai basment tempatnya memarkirkan kendaraan lalu mengendarai mobilnya untuk bertemu dengan Renata.

"Apa dia mau menerima persyaratan ini?" gumamnya pelan.

"Kalau tidak mau bagaimana?" hati Dafa mulai ragu.

"Ahh tidak mungkin, dia pasti mau. Ya dia pasti mau."

"Pasti mau lah Daf, lo kan bisa lihat dia begitu menyayangi dan perhatian sama Kafa dan Shafa," ucap Dafa meyakinkan hatinya sembari menyetir mobil.

Dafa yakin Renata pasti menerima idenya. karena dia tahu Renata sangat menyayangi kedua anaknya jadi tak mungkin Renata tega melukai ataupun membuat kecewa anak anaknya. Dafa menghela nafas dalam sebelum dirinya menemui Renata dan menjelaskan maksud kedatangannya. Dafa menyusuri setiap lorong rumah sakit menuju ke arah ruang kerja Renata. Banyak pasang mata memperhatikan Dafa dan menyapa Dafa dengan hormat. Dafa hanya melewati mereka begitu saja tanpa membalas sapaan dari para karyawan rumah sakit miliknya. Ya begitu lah Dafa selalu dingin kepada siapa saja terutama kaum hawa. Kini Dafa sudah berdiri tepat didepan ruangan kerja Renata menunggui sang pemilik mempersilahkannya masuk.

Hai, gimana menurut kalian ceritaku dipart ini? Menurut kalian apa sih yang akan terjadi selanjutnya?
Dan ide apa yang akan dibicarakan Dafa kepada Renata?
Temuin jawabannya dipart selanjutnya....😘

Love,

Shasadewa

My Lovely Angel (TAMAT)Where stories live. Discover now