Bab 95 Tentang Rafa

2.8K 52 0
                                    

Bocah kecil yang kini tengah beranjak remaja ini berusaha menjadi tegar untuk sang bunda. Rafa sudah tidak lagi bertanya dimana ayahnya dan kapan pulangnya kala ia kerap kali mendapati sang bunda menangis diam diam dikamarnya sembari memeluk foto sang ayah.

Berbeda dengan kebanyakan remaja yang suka bermain main Rafa justru lebih senang membantu sang kakak Kafa di kantor sang ayah meski usianya belum genap empat belas tahun tapi ia memiliki pemikiran yang bisa dibilang lebih dewasa dari pada usianya. Hal itu ia contoh dari sang kakak Kafa yang tumbuh menjadi pria tangguh dan pekerja keras disaat usianya sama sepertinya.

"Kakak aku ingin seperti kak Kafa nanti jika dewasa" ucap Rafa yang sedang menyantap sarapannya.

Semua mata tertuju pada Rafa saat ini, bahkan sang bunda yaitu Renata menatap putra manjanya tak percaya. Ia memperhatikan hatikan interaksi kedua putranya lalu tersenyum bangga mendengar penuturan keduanya.

"Belajar lebih giat dek... dulu ketika seusiamu Kafa juga memiliki pikiran sama sepertimu..." ucap Shafa kepada adiknya.

"kau tahu bahkan Kafa tak pernah merasakan masa remajanya... apa kau sudah siap untuk itu Rafa?" tanya Sakti sembari menatap Rafa.

"Yang terpenting aku bisa membuat bunda bangga dan bahagia..."

"oh sayang kau manis sekali... bunda terharu mendengarnya" ucap Renata sembari tersenyum bahagia.

"Aku bangga padamu dek... " ucap Shafa tersenyum simpul.

"kau harus berusaha lebih giat kalau begitu" ucap Sakti tanpa menoleh kearah Rafa.

"iya kak"

Dari semua orang disana yang diam saja dan asik dengan makanannya hanya Kafa, begitu lah sifatnya dingin serta menyebalkan. Bahkan sang kakak dan adik sering dibuat kesal karena sikap dinginnya. Kafa hanya akan bersifat manis kepada bundanya saja. Sifat Kafa ini banyak menurun kepada sang adik Rafa hanya bedanya Rafa tidak sedingin Kafa sang kakak.

Jika Kafa bersikap dingin kepada semuarang terkecuali bundanya, maka si bungsu Rafa hanya bersikap dingin kepada orang yang tidak ia kenali saja. Si bungsu Rafa lebih terlihat Ambisius namun kakaknya tidak terlalu berambisi.

****

Malam ini langit terlihat begitu indah berhiaskan lintang yang bertaburan. Rafa membiarkan pintu jendelanya terbuka lantas berjalan mengambil sebuah buku dan kursi yang ia letakkan didekat jendela kamarnya.

"lebih baik aku membuku saja... itu jauh lebih bermanfaat bukan dari pada aku harus berdiam diri" ucapnya sembari membuka halaman buku yang telah ia ambil,

Saat ini Rafa sedang asik membaca sebuah buku ensiklopedia malam di kamar hotelnya sembari duduk bersandar didekat jendela yang ia biarkan terbuka. Ia tetap fokus membaca mengabaikan suara keributan yang dibuat oleh keponakannya yang sedang berlatih menyanyi dari sebelah kamarnya.

Suara tiba tiba hening, sayup sayup ia mendengar suara sang bunda menangis dari lorong depan kamarnya. Ia menajamkan pendengarannya begitu ia mendengar suara isak tangis sang bunda ia segera meletakkan bukunya dan berlari keluar ruangan.

"seperti ada ribut ribut dan kedengerannya ada yang nangis..." gumamnya sembari menanjamkan pendengaran.

"iya bener bener itu suara tangisan..."

"bunda... itu suara bunda kan... iya itu suara bunda" ucapnya lirih sembari berlarikeluar kamar.

Rafa membuka pintu kamarnya tidak sabaran lalu berlari keluar mencari arah sumber suara. Ia melirik kesegala penjuru dan menemukan sang kakak dan juga ibu yang berada di lorong. Ia melihat sang bunda yang sedang menangis sesenggukan dipelukan sang kakak Shafa yang kemudian dibawa menuju kedalam ruangan kamar.

"bunda kenapa kak?" tanyanya kepada Kafa.

"apa yang terjadi sampai bunda kayak gini" tanyanya khawatir.

Sang kakak pertama memberi instrupsi kepada Rafa melalui sorot mata untuk diam dulu agar sang bunda tenang. Detik berikutnya sang bunda mulai terlihat tenang meski air matanya masih menetes. Terlihat Kakaknya mengusap usap punggung bundanya meminta sang bunda untuk pelan pelan bercerita. Sang bunda kemudian mulai bercerita apa yang terjadi malam ini ketika dirinya sedang berjalan jalan diarea yang tak jauh dari penginapan.

Air mata Rafa lolos begitu saja kala sang bunda kembali menangis tersedu sedu didepannya dan kedua kakaknya. Bundanya yaitu Renata berkata jika ia bertemu dengan seseorang yang mirip sekali dengan ayah mereka. Namun  sang ayah tak lagi mengenalinya dan malah pergi dengan seorang anak kecil yang memanggilnya dengan sebutan daddy. Dalam hati Rafa terasa perih dan terluka mendengar penuturan sang bunda dan itu membuat ia berambisi untuk menjatuhkan siapa pun yang membuat bundanya menangis termasuk seseorang yang mirip dengan sang ayah yang tak lagi mengenali Renata, sang bunda sebagai istri.

Semua tenang bundanya tak lagi menangis kala sang kakak Kafa meyakinkan sang bunda untuk tenang dan tidak khawatir karena Sang kakak berjanji akan menemukan ayahnya kembali dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Semuanya pamit pergi tinggallah Rafa dan sang bunda. Renata memeluk tubuh kecil Rafa dan menghujani kecupan diwajah sang putra yang terlihat begitu sedih melihatnya bersedih.

"Rafa ke kamar dulu ya bun... bunda jangan nangis lagi... Rafa janji akan membuat bunda selalu tersenyum setelah ini" ucap Rafa lembut sembari mengendurkan pelukannya.

"terimakasih sayangku... Rafaku sekarang sudah besar dan tumbuh menjadi laki laki yang tampan ternyata... tidurlah nak jangan memikirkan apa pun tentang ini bunda hanya sedang bersedih saja... kau tak perlu khawatir sayang bunda baik baik saja..." ucap Renata menenangkan hati Rafa yang ia tahu pasti juga sedih melihatnya sesedih ini.

"hemm bun" ucap Rafa sembari memeluk tubuh sang bunda dan berlalu dari kamarnya.

Rafa berjalan malas menuju kamar hotelnya ia membuka pintu kamar dan menutupnya secara kasar. Kesedihan sang bunda membuat hatinya terasa sakit. Ia berjalan menuju ranjangnya meraih foto yang berada dibawah bantalnya. Ya Rafa selalu membawa fotonya bersama kedua orang tua dan kakaknya kemana pun ia pergi karena ia mewakilkan ayahnya dengan foto itu. Namun sekarang berbeda sakit hatinya melihat sang bunda menangis dan terluka membuat dirinya murka.

Rafa mengambil foto kecilnya bersama sang ayah, bunda serta kedua kakakknya. Ia menggenggam erat foto itu lalu berjanji pada dirinya sendiri jika ia akan menjatuhkan siapa saja yang melukai keluarganya terutama sang bunda meskipun itu ayahnya sendiri.

"aku akan membuatmu hancur dan bertekuk lutut di kaki ibuku... karena kau sudah tega membuat ibuku menangis dan terluka selama ini" ucapnya sembari mengepalkan tangannya kuat kuat.

Rahang kokoh Rafa mengeras tatapannya tajam dan tangannya mengepal kuat seperti singa yang siap menerkam mangsanya.

Bersambung....

Seru khaaan.... ada yang penasaran gak sih sama kehidupan mereka kedepannya kek gimana? ini adalah secuil part yang akan ada di novel baruku nanti bidadari hati 2... pantengin terus yak... aku akan segera rilis novelnya... thankyou...

My Lovely Angel (TAMAT)Where stories live. Discover now