Bab 41

1.6K 71 2
                                    

Difa memeluk Renata erat sembari mengusap usap punggungnya. Ia kagum sekali dengan sosok Renata yang berhati lembut dan baik. Menurutnya ini persis seperti apa yang telah diceritakan oleh dua keponakannya tempo hari. Benar apa yang kedua keponakannya bilang bahwa bunda sambungnya seperti bidadari, cantik parasnya dan baik hatinya serta penuh kasih sayang terhadap keluarganya.

"Ren... maukah kau mendengar sesuatu cerita?"

"ya... tentu saja kak... Kak Difa berhutang cetita padaku dan juga pada kami semua.... ceritakan apapun yang kakak ingin ceritakan kepada kami... " ucap Renata lembut.

Difa mulai mengendurkan pelukannya dan menarik nafas dalam sebelum ia memulai ceritanya.

"Dulu aku mengalami sebuah kecelakaan pesawat ketika aku hendak berlibur ke Jepang menemui kekasihku... saat itu aku mengira itu adalah akhir dari hidupku, aku menangis hebat sembari berdoa ketika pesawat itu mulai meledak... Entahlah aku hanya mengingat Aku jatuh terpelanting jauh ke pinggiran pantai terbawa arus hingga seorang keluarga menemukan ku dalam keadaan koma dengan luka bakar akibat ledakan di pinggiran pantai di sebuah pulau terpencil ketika mereka sedang berlibur... Salah seorang yang sekarang aku panggil Dad menggendongku dan membawaku kerumah sakit terdekat sebelum aku dibawa terbang ke negara asalnya Jerman untuk memperoleh penanganan yang lebih baik... pasangan itu merawatku dengan baik ia dengan sabar menunggui ku yang tertidur sudah hampir dua tahun lamanya... mereka memberikan aku fasilitas terbaik dirumah sakit tersebut hingga aku kembali terbangun dan kehilangan beberapa keping memoriku... mereka menyayangiku layaknya putri mereka sendiri... dan memintaku untuk melakukan serangkaian terapi dan perawatan untuk memulihkan ingatanku dan menghilangkan bekas luka bakar ditubuhku... ketika ingatanku sudah pulih dan aku mengingat seluruhnya aku kembali dihadapkan dengan kenyataan pahit jika aku memiliki trauma hebat dengan kecelakaan pesawat hingga aku tak bisa melihat, menaiki atau pun mendengar suara pesawat... mereka membawaku ke psikiater terkenal mendorongku melakukan terapi agar aku sembuh dari traumaku... awalnya aku pesimis tapi mom selalu memberiku semangat hingga aku bisa melewati itu semua dan sembuh dari traumaku.... aku sangat beruntung bertemu dengan dad dan mom kala itu, mereka benar benar orang yang baik... mereka bahkan mengijinkanku tinggal kembali bersama keluarga asliku namun aku tak sampai hati melakukannya karena mom begitu menyayangiku... aku memutuskan tinggal disana sementara waktu hingga anak mom Frans beserta istrinya kembali ke Jerman.... dan yah sekarang Frans sudah kembali dari tugasnya dan memilih menetap di Jerman bersama kedua orang tuanya.... kemudian aku memutuskan pulang ke indonesia"

"Dan untuk masalah Kafa dan Shafa maaf aku sudah lama merencanakan mengajak kedua keponakanku pergi jalan jalan... dan ingin sedikit mengerjai Dafa dengan membawa kedua anaknya pergi tanpa pamit... " ucap Difa sembari terkekeh.

"jadi kakak mengerjaiku begitu? baiklah kakak harus mendapat balasannya karena membuat seluruh keluarga khawatir" ucap Dafa dengan suara yang dibuat seolah olah kesal.

"oh... maafkan aku adikku... aku hanya ingin menjahilimu..."

"tidak... kakak harus dihukum " ucap Dafa menatap tajam kearah sang kakak dengan wajah dibuat seserius mungkin.

"oke baiklah... kakak akan menerima hukumannnya" jawab Difa sembari menggembungkan kedua pipinya.

Flashback on

Tiga setengah tahun yang lalu sebuah pesawat dengan tujuan Jepang mengalami kecelakaan luar biasa dasyatnya diudara badan pesawat terbakar kemudian meledak membuat pesawat hancur total dan segala sumber menyatakan seluruh penumpang tidak ada yang selamat. Seminggu setelah kejadian itu keluarga Hutama benar benar berduka kala mendapatkan kabar jika tim telah menemukan potongan tubuh yang dengan ciri ciri mirip seperti Difa. Semenjak kejadian itu seluruh keluarga menganggap bahwa Difa benar benar telah tiada.

Flashback off

Setelah lama berbincang bincang akhirnya Difa berpamitan pulang karena ia sangat merindukan rumah yang sudah bertahun tahin ia tinggal.

"Daf... Ren aku balik dulu ya.... kangen rumah" pamitnya yang disetujui oleh Dafa dan jugga Renata.

"Ma ayo kita kasih kejutan papa... Difa kangen banget sama papa..."

"tentu saja sayang... ayo..." ucap Anna lembut.

"Daf Ren mama pulang dulu" pamit Anna.

"Kafa... Shafa juga ikut pulang ya nak kalian harus istirahat pasti capek" ucap Renata lembut yang di alas anggukan kepala oleh keduanya.

"ma... Ren minta tolong sama mama... sebaiknya mama nginep di rumah dulu biar anak anak ada temennya ma" Pinta Renata kepada Lin.

"ya sayang mama dan papamu akan menginap disana lagi Ren kau tak perlu khawatir" ucap Lin menenangkan hati sang putri.

"Mari jeng Lin sekalian saya antar pulang saja kalau begitu..." ucap Anna yang dibalas anggukan kepala Lin.

"bun yah... Shafa dan adek pulang dulu... bunda cepat sembuh ya"

"hati hati sayang... yang nurut sama oma dan opa" ucap Renata sembari mengecup pucuk kepala kedua anaknya bergantian.

Ruangan Renata menjadi sepi semenjak kepergian seluruh anggota keluarganya yang tersisa hanyalah dirinya dan juga sang suami yang sedang asik dengan lapop yang berada dipangkuannya. Renata merasa sangat bosan dan kesepian hingga ia memohon kepada sang suami untuk pulang kerumah saja.

"Mas..."

"ya sayang ada apa?" tanya Dafa memperhatikan wajah sang istri.

"Mas Ren pengen pulang aja deh.... Ren kangen anak anak... tolong bilang sama dokternya dong mas... lagi Ren pingsan kan cuma kedinginan dan juga gara gara belum makan saja... Ren juga sudah sehat kok sekarang... "

"Tapi kan..." ucapan Dafa terhenti oleh Renata.

"ayo lah mas... Ren mohon" ucap Renata memelas.

"oke baiklah kita pulang.... aku akan bicara dengan dokter " ucap Dafa menghembuskan nafas pasrah melihat wajah memelas sang istri.

"yesss.... makasih sayang..." ucap Renata sembari tertawa lebar.

Dafa menutup laptopnya kemudian berlalu keluar kamar menuju ruang dokter guna meminta ijin lalu bergegas menyelesaikan administrasinya. Sedangkan Renata kini telah berganti pakaian dan tak lagi mengenakan selang infus karena suster telah melepasnya beberapa menit lalu. Renata menunggu kedatangan Dafa, Ia tak sabar sekali untuk segera pulang bertemu kedua anaknya kembali.

"sayang... kamu lama sekali" ucap Renata cemberut.

"Maaf sayang tadi diajak ngobrol dulu sama dokter Firman teman papa"

"oh begitu... ayo kita pulang... aku sudah tidak sabar ingin memeluk Shafa dan Kafa soalnya tadi belum puas" ucap Renata antusias.

Renata dan Dafa sedang berada didalam mobil menuju kediamannya. Renata menyempatkan untuk mampir sebentar membelikan snack untuk kedua anaknya karena ia tahu persediaan dirumah telah habis.

Haiii.... haiiii haaaai..., please banget jangan lupa kasih star, gift dan juga tinggalin komentar kalian...

Buat pembaca pasif yang diem aja... please banget paling tidak kasih aku star vote dan komentar.... gratis loh gak bayar, gak rugi pula.... :)

My Lovely Angel (TAMAT)Where stories live. Discover now