Bab 32 Keberadaan Renata

3K 118 0
                                    

Mengetahui informasi keberadaan Renata membuat Dafa berhenti mengurung diri dikamar. Ia mengucap syukur berulang kali karena mendengar istri dan calon anaknya dalam keadaan baik baik saja. Dafa berencana akan menjemput Renata pulang namun ia berfikir sejenak bahwa ia tidak boleh egois kepada Renata dan memutuskan memberikan waktu beberapa hari lagi untuk Renata menenangkan diri.

"cepatlah pulang sayang... aku sangat merindukanmu... " gumam Dafa pelan.

Sudah dua hari semenjak mengetahui keberadaan sang istri Dafa mulai beraktifitas dan tak lagi mengurung diri dikamar. Ia sudah mulai memiliki semangat bekerja kembali.

Sosok Elena tidak pernah absen dari kantor Dafa meski dengan terang terangan Dafa telah menolaknya dan memintanya pindah dari rumah Dafa.
Dafa yang merasa kurang nyaman meminta dengan sopan kepada sepupunya untuk berhenti mendekatinya namun Elena tetap nekat menemuinya. Dafa yang kesal akhirnya lebih memilih menghindarinya karena tidak ingin terjadi perselisihan yang melibatkan keluarganya dan sepupunya.

"Sial kenapa dia masih saja kemari... " umpat Dafa kesal.

Dafa menelepon Liam diam diam memberitahunya jika sebentar lagi ada wanita datang mencarinya maka Liam harus mengatakan jika Dafa pergi keluar kota mengurusi anak cabang perusahaan. Sementara Liam hanya berdeham tanda mengerti karena wanita yang dimaksud Bossnya sudah berada didepan meja kerjanya sekarang. Sementara Dafa saat ini bersembunyi di ruangan OB sembari mengawasi Elena dari CCTV ruangannya yang telah ia sambungkan dengan ponsel pribadinya.

"ckk... kenapa dia malah duduk dikursiku dan tertawa terbahak bahak.... apa dia sudah tidak waras"

"Jika bukan karena saudara aku sudah menyeretnya keluar kantor" umpat Dafa kesal.

Dafa berjalan menuju ruangannya kembali setelah Elena terlihat keluar ruangannya. Ia berjalan mengendap endap berjaga kalau Elena masih berada di sekitarnya. Setelah beberapa menit akhirnya Dafa sampai juga di dalam ruangannya, Ia bernafas dalam lalu membuangnya secara perlahan larena lega Elena telah enyah dari kantornya.

"ahhh syukurlah wanita gila itu sudah pergi..."

"semoga saja dia tak kemari lagi" gumamnya pelan sembari meraih laptop lalu membukanya.

Drrrt drttt

Ponsel Dafa terus bergetar menandakan sebuah panggilan masuk buru buru Dafa mengangkatnya.

"ya sayang ada apa?"

"ayah... bisakah ayah pulang cepat nanti?" Pinta Kafa merajuk.

"Ayah tak janji tapi ayah akan mengusahakan pulang tepat waktu... Memangnya kenapa sayang?"

"Engg Kafa ingin ayah menemani Kaga dirumah.... Kata rindu bunda...hikss" Tangis Kafa dari seberang yang membuat Dafa sedih.

"Tenanglah sayang ayah akan menemanimu hari ini..." ucap Dafa menyenangkan hati sang putra.

"Maafkan ayah sayang" gumam Dafa usai mematikan sambungan teleponnya.

Dafa kembali melanjutkan tugasnya agar cepat selesai dan lekas pulang.

Renata memutuskan untuk pulang ke Jakarta hari ini dan memilih menyelesaikan baik baik masalahnya seperti nasehat sahabatnya. Renata berpamitan kepada kedua orang tua Windi dan berpamitan pula dengan Windi yang disambut Windi dengan senyuman bahagia.

"Ren kamu tau.... Jika saja kedatangan mu disini bukan karena ada masalah seperti ini aku gak akan pernah memintamu untuk pulang... Maafin aku yo Ren" ucap Windi dengan logat Jawanya.

"ngomong opo kamu ini Win... aku justru yang berterimakasih sama kamu udah mau nampung aku disini dinasehatin lagi" ucap Renata meniru logat Windi yang mengundang gelak tawa kedua orang tua Windi.

"Jaga dirimu baik baik Ren... Maafin aku yo tidak bisa mengantar kamu karena sepuluh menit lagi aku harus pergi" ucap Windi memeluk sahabatnya untuk terakhir kali.

"Tak apa aku mengerti... Tenang saja aku akan baik baik saja kamu tak perlu mengkhawatirkanku Win" ucap Renata setengah berbisik didekat telinga Windi ketika berpelukan.

"pake... Buke saya pamit dulu ya terimakasih sudah mengijinkan saya menginap disini dan maaf ya pak bu merepotkan " pamit Renata sopan.

"rumah kami selalu terbuka untukmu cah ayu... hati hati di jalan yo nduk... jaga kesehatan... kabari Windi jika kamu sudah sampai di Jakarta agar pake dan buke disini tidak kepikiran... apapun masalah mu pake dan buke hanya bisa mendoakan supaya semuanya baik baik saja... kami pasti akan merindukanmu Ren" ucap buke Windi yang sukses membuat Renata terharu.

"Enggeh pak bu... Ren pergi dulu..." pamit Renata lagi sembari berlalu masuk kedalam mobil yang telah ia sewa.

Renata segera berangkat menuju Bandara menggunakan jasa gocar diponsel yang dibelikan Windi karena Windi sedang ada tugas dinas yang tak bisa ia tinggalkan. Dalam perjalanan Renata terus saja memikirkan keadaan anaknya.

"Jalan pak" intrupsi Renata kepada sopir yang mengemudikan mobil yang ia pesan.

Fikiran Renata menerawang jauh memikirkan apa yang akan terjadi aetelah ini, memikirkan bagaimana nasib anak anaknya.

"sayang maafkan bunda ya, bunda janji gak akan ninggalin kalian lagi"

"bunda jadi gak sabar pengen ketemu kalian"

"bunda rindu sekali pada kakak dan adek" gumam Renata dalam hati.

Mobil yang Renata tumpangi kini tengah sampai di bandara dengan langkah kecil Renata menyeret koper memasuki bandara menyiapkan Eticket yang kemarin ia pesan lalu melakukan chek in sebelum pesawat membawa dirinya terbang menuju Jakarta.

Renata tersenyum tipis memandang kearah luar jendela pesawat. Ia jadi ingat dengan Kafa, bocah itu meminta hadiah liburan bersama naik pesawat ke suatu tempat saat liburan kenaikan kelas nanti.

"Semoga bunda bisa mengabulkan permintaan permintaan mu lagi sayang" ucap Renata lirih.

Renata mengusap lembut pinggangya dan memberi pijatan pijatan kecil disana karena terasa pegal sekali meski baru saja duduk di kursi pesawat yang saat ini akan membawanya terbang menuju Jakarta.

"Uhhh pegal sekali rasanya... Apakah kau kelelahan didalam sana sayang?" gumam Renata lirih.

"Baiklah kau harus bersabar sayang... Bantulah bunda ini hanya sebentar" kali ini Renata beralih mengusap perutnya lembut.

Satu jam lebih dua puluh menit pesawat terbang dari Jogja dan kini sudah berada di Jakarta. Renata keluar bandara menunggu taxi yang ia pesan datang. Tak butuh waktu lama hanya sepersekian menit saja taxi yang ia pesan kini telah tiba dan siap membawanya menuju tempat tujuannya.

Renata kini telah tiba didepan pintu gerbang rumahnya dengan Dafa ia menetap sendu ke arah rumah itu dan sesekali bergumam.

"Rumah ini... Sudah berapa hari aku meninggalkannya... Aku rindu sekali rasanya"

"Bismillah... Semoga badai cepat berlalu dan menjadikan aku pemenang karena aku tlah berhasil melewatinya dengan baik" gumam Renata yang masih berdiri didepan rumah yang beberapa hari lalu ia tinggalkan.

Please Jangan lupa tinggalkan komentar dan beri star pada cerita ini yah teman.... Terimakasih.... Sampai jumpa di ban selanjutnya...

My Lovely Angel (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang