Bab 67

712 33 0
                                    

Mohon dukungannya ya... :)

Bel pulang sekolah berbunyi Shafa melangkahkan kaki malas menuju ruangan khusu para guru, ia menelusuri kesetiap sudut ruangan tapi tak menemukan Sakti atau pun meja yang terpampang namanya. Shafa memutuskan bertanya kepada salah seorang pesuruh disana.

"Pak Maman Shafa mau tanya ruangan pak Sakti dimana ya? kok diruangan guru gak ada meja yang terpampang nama pak Sakti...?" Tanya Shafa sopan.

"oh Pak Sakti, ruangannya memang bukan disini atuh neng... ruangannya di sebelah ruang kepala sekolah yak"

Sebelah ruang kepala sekolah? bukannya itu ruangan pemilik yayasan batin Shafa.

"oh gitu ya... terimakasih pak atas infonya"

"Sip atuh neng" ucap Pak Maman sembari terkekeh.

Shafa berjalan menuju ruang yang dimaksud oleh pak Maman, Ia mengumpulkan keberanian untuk mengetuk pintu ruangan tersebut.

Toktoktok

"Masuk" Seru Sakti dari dalam ruangan.

"Hai... kemarilah... silahkan duduk" ucap Sakti ramah.

"Terimakasih pak... ada perlu apa bapak meminta saya datang kemari"

Sakti bergerak duduk disamping Shafa membuat jantung Shafa berdetak tak beraturan, namun Shafa mencoba menguasainya dan berpura tenang. Jantung  Shafa kembali berdetak tak beraturan kala Sakti mengambil sebelah tangan Shafa kemudian menggenggamnya namun buru buru Shafa melepasnya.

"Maaf... bisakah bapak segera mengatakan maksud dan tujuan bapak meminta saya untuk datang kemari... saya buru buru pak karena saya harus segera pergi les" desak Shafa.

"Maaf jika saya sudah bertindak kurang sopan sama kamu... oke saya akan to the point sesuai permintaanmu... mau kah kamau menjadi kekasihku?" ucap Sakti to the point.

Deg.... Jantung Shafa terasa seperti mau loncat kala mendengar ucapan Sakti barusan.

"Ma... ma af pak... bukankah bapak sudah memiliki seorang kekasih? lalu untuk apa bapak meminta saya menjadi kekasih bapak?" merasa memiliki kesempatan Shafa langsung bertanya perihal wanita yang lima bulan lalu ia temui sedang bersama Sakti.

"Kekasih? kekasih siapa yang kamu maksud? bahkan dari sejak pertama kali kita bertemu status saya masih sama masih tetap sendiri...."

Deg... Benarkah itu? lalu siapa perempuan itu? apa iya hanya teman? ah rasanya tidak mungkin mengingat sifat Sakti sangatlah manis kepadanya ucap Shila dalam hati.

Seolah mengerti yang Shila fikirkan Sakti pun mencoba menjelaskan kejadian lima bulan lalu.

"Saat itu... saat terakhir kali kita bertemu tepatnya lima bulan  yang lalu sebenarnya aku ingin menghampirimu dan mengajakmu berkenalan tapi karena aku yang terlalu gengsi dan belum yakin aku justru membiarkanmu pergi mungkin dengam sebuah kesalah pahaman karena saat itu aku sedang duduk bersama seseorang disana, dia Tasya adik kandungku usia kami beda satu tahun. Tasya sering mengajakku pergi kesana memang karena mami tidak akan membiarkan Tasya pergi sendirian tanpa aku... maklumlah dia anak terakhir jadi sedikit dimanja sama mami..."

Belum sempat Sakti melanjutkan ceritanya Shafa lebih dulu menyela "maaf pak saya tetap tidak bisa menerima bapak karena ayah dan bunda saya melarang saya berpacaran" ucap Shafa tegas sembari berdiri hendak pergi namun Sakti dengan sigap menarik lengan Shafa untuk menghentikan langkahnya.

"Aku akan menemui ayah dan bundamu, aku akan memohon agar mereka mengijinkan kita pacaran" ucap Sakti dengan nada satu oktaf lebih tinggi.

Shafa menghempaskan tangan Sakti begitu saja dan tidak menghiraukan ucapan Sakti karena ia menganggap ucapan Sakti hanyalah sebuah gertakan belaka dan tak akan mungkin ia lakukan.

♡♡♡♡♡

Arga mengecup punggung tangan Difa kala melihat layar usg yang sedang menampilkan seorang bayi kecil lucu berjenis kelamin perempuan.

"Dia lucu sekali sayang..." ucap Arga dengan mata berbinar.

Usia kandungan Difa sudah menginjak lima bulan berselisih dua bulan dengan kehamilan Renata.

"Aku gak sabar pengen gendong dia sayang" ucap Arga antusias.

Arga menggandeng Difa keluar dari ruangan periksa menuju apotek untuk menebus resep yang diberikan oleh dokter. Arga mengusap lembut perut sang istri sembari mengecup pelipisnya mengabaikan beberapa pasang mata yang melirik kearahnya.

"Kamu duduk disini dulu sayang... tunggu aku antri obat dan vitamin buat kamu dulu ya" ucap Arga lembut yang dibalas anggukan oleh Difa.

Arga berdiri mengantri untuk menebus resep obat sang istri, ia segera maju kedepan saat gilirannya sudah tiba tanpa sengaja ia menabrak lengan seseorang yang menyebabkan sekantung obat yang dibawa orang tersebut jatuh berceceran.

"Maaf" ucap mereka bersamaan kemudian mereka saling bertatapan, pandangan mereka beradu cukup lama kemudian Arga segera menyapa sesorang yang didepannya ini meski ia pernah menyakiti Arga dulu tapi Arga sudah memaafkan toh sekarang mereka juga sudah sama sama bahagia.

"Oh hai Mai... lama tak jumpa... apa kabar?"

"Arga... ini kamu? aku baik kok... kamu sendiri bagaimana?" tanya Maia sembari tersenyum lembut.

"baik... tunggu sebentar Mai... aku ambil obat dulu ya nanti kita lanjut ngobrolnya"

"hemm"

Selang beberapa waktu Arga menghampiri Maia dan mengenalkannya kepada Difa .

"Mai kenalin ini istriku Difa..."

"Difa " ucap Difa lembut sembari mengulurkan tangannya.

"Maia" sahut Maia sembari menjabat tangan Difa.

"oiya Mai suamimu mana? kamu lagi periksa kandungan kan?"

"ah Ifan sudah tiada Ga..."

"oh maaf maaf... maaf ya gak tau..."

"iya gapapa kok Ga..."

"Kamu yang sabar ya Mai... aku turut berduka atas kepergiannya Ifan..."

"iya Ga terimakasih..."

"ya sudah aku permisi dulu ya Mai..." Arga memeluk pinggang sang istri mesra melangkahkan kaki menuju mobilnya meninggalkan Maia yang masih terdiam disana.

Maia adalah mantan Arga yang terakhir, ia adalah orang yang membuat Arga gagal move on dan juga menutup hatinya kepada wanita, bagaimana tidak Maia meninggalkan Arga demi Pria lain pada saat Arga sudah sangat mencintainya. Tapi seiring berjalannya waktu Arga bisa menerima dan mengikhlaskan itu semua meski awalnya sulit dan butuh waktu yang panjang serta perjuangan yang ekstra.

"Mas tadi itu Maia mantan kamu ya? yang pernah kamu ceritaain ke aku bukan sih mas?" Tanya Difa penasaran.

"Iya benar itu Maia mantan aku sayang, kasihan ya dia suaminya meninggal pasti dia terpukul sekali" ucap Arga kepada sang istri.

Difa tersenyum lembut mendengar penuturan sang suami yang memiliki hati yang baik karena sudah memaafkan kesalaha Maia yang telah menyakitinya ditambah lagi sekarang ia juga merasa iba padanya atas kepergian sang suami.

"Iya mas kamu benar... pasti dia sangat sedih dan terpukul "

"Sayang kita mau mampir atau langsung pulang saja? " tanya Arga kepada Difa yang sedari tadi menatapnya.

"Pulang saja ya mas... aku lelah sekali pengen cepat cepat bobok" ucap Difa yang diangguki oleh Arga.

Arga melajukan mobilnya menuju rumah mewah dikawasan perumahan elit yang merupakan kompleks perumahannya.




Hai hai hai....

Terimakasih sudah berkenan membaca cerita saya, saya mohon bantuannya dengan memberi vote, star dan juga komentar untuk cerita ini..., terimakasih dan sampai jumpa dinext capt ya...,
salam haha hihi dariku untukmu readers setiaku :)

My Lovely Angel (TAMAT)Where stories live. Discover now