Bab 35 Kesedihan

2.9K 106 1
                                    

Dafa berjalan kearah kantin berniat  membeli sarapan untuk dirinya dan ibunya serta ibu mertuanya yang sedari tadi malam ikut menginap di rumah sakit karena khawatir dengan keadaan Renata. Dengan langkah cepat Dafa menyusuri setiap lorong yang menuju kearah kantin tak sengaja matanya tertuju kearah ruangan John sang bodyguard dan ia memutuskan untuk mampir sebentar untuk memeriksa keadaan John. Dilihatnya John sudah siuman dan sedang duduk bersandar dibrankar dengan ditemani istrinya.

"Bagaimana keadaanmu John...apakah sudah membaik?" Tanya Dafa penuh wibawa.

"Pak, selamat pagi. Silakan duduk keadaan saya sudah lebih membaik mungkin sore ini sudah bisa pulang pak," ucap John sopan.

"John boleh kah aku bertanya sesuatu kepadamu?" tanya Dafa hati hati.

"Tentu saja pak, silakan," ucap John ramah.

"Sayang bisakah kamu meninggalkan kami berdua di sini," ucap John lembut kepada sang istri yang dibalas anggukan oleh sang istri.

"John apakah kamu ingat kejadian yang menimpa mendiang Arin dulu? Bukankah ia juga sengaja ditabrak? John apa kau ingat atau melihat bagaimana orang yang ingin menabrak istriku?" Tanya Dafa menyelidik.

"Iya bapak benar mungkin pelakunya adalah orang yang sama pak tapi sayangnya saya tidak bisa melihat siapa orang yang melakukan hal tersebut karena kaca mobil diblok warna hitam pak, oh ya saya minta maaf karena tidak bisa menjaga nyonya Renata dengan baik maafkan saya pak," ucap John tulus.

"Besok kita selidiki ini semua bersama sama John, tak apa justru saya berterimakasih karena kamu telah menyelamatkan Renata kamu sudah bekerja sebaik mungkin John saya bangga padamu," ucap Dafa sembari menepuk bahu John.

"Ah ya, saya permisi dulu John lekas sembuh," ucap Dafa sembari berjalan kearah pintu.

Di samping pintu tampak istri John sedang duduk menunggu disana dengan senyum ramahnya ia menyapa Dafa.

"Sudah selesai Tuan," sapa Istri John ramah.

"Ah ya, saya permisi dulu semoga John lekas sembuh ya," ucap Dafa sopan.

"Terima kasih Tuan... permisi," ucap istri John sembari berlalu kembali ke kamar inap John.

Dafa melanjutkan kembali perjalanannya menuju kantin memesan beberapa makanan dan juga kopi hitam untuknya ia meminum kopinya di bangku kantin sembari menunggu pesanannya datang.

Dafa berjalan menenteng beberapa plastik yang berisi beberapa makanan untuk sarapan, sesampainya didepan pintu ruangan Renata ia mendengar suara isak tangis sang istri yang membuat ia berjalan tergesa menghampirinya. Dengan kasar Dafa membuka pintu ruangan tersebut dan berlari kearah Renata. Dipeluknya sang istri erat erat sembari mengelus punggungnya memberikan ketenangan.

"Sayang... please jangan nangis lagi! itu buat hati aku tambah sakit dengernya," ucap Dafa lembut.

"Mas... anak kita mas... anak kita," ucap Renata dalam isakan tangisnya.

"Sssst... udah sayang, jangan sedih lagi oke?"  ucap Dafa lirih.

"Maafin aku mas, aku gak becus jaga anak kita mas, maafin aku mas," ucap Renata sembari terus menangis yang membuat Dafa tak tega.

"Stop sayang! lihat aku ini semua bukan salah kamu, ini sudah takdir yang digariskan oleh yang diatas jadi kita harus ikhlas oke? jadi stop nangis dan salahin diri kamu sendiri. Aku gak suka denger kamu kayak gitu," ucap Dafa sembari menangkup wajah Renata.

"Jangan menangis itu akan membuat Rifa bersedih," ucap Dafa yang membuat Renata melepaskan pelukannya dan menatap heran kearah Dafa.

"Aku memberinya nama Rifa Narendra Hutama sayang dia anak yang tampan dan wajahnya sangat mirip dengan Kafa. Aku sudah menggendongnya, menciumnya dan berkata padanya jika ayah bunda kakak dan oma opa nya sangat menyayangi nya,  percayalah Tuhan akan memberikan tempat terindah untuk anak kita di sana. Ikhlaskan Rifa sayang biarkan dia bahagia di sana," ucap Dafa yang membuat Renata menghentikan tangisnya.

"Apakah dia sudah dimakamkan mas?" tanya Renata lirih.

"Sudah sayang tapi kamu tidak perlu khawatir... kita bisa mengunjunginya nanti jika kamu sudah diijinkan untuk pulang," jawab Dafa sembari mengusap lembut punggung tangan Renata.

"Apakah kamu marah padaku mas? karena aku lalai menjaganya?" tanya Renata lirih sembari menunduk.

"Bukankah aku sudah mengatakan padamu jika Tuhan lebih menyayangi Rifa.... aku sudah mengikhlaskannya Ren... lalu untuk apa aku marah padamu," ucap Dafa sembari mengecup puncak kepala Renata.

Ke esokan harinya

Kepulangan Renata dari rumah sakit disambut hangat oleh seluruh keluarga mereka memberikan semangat dan nasehat kepada Renata agar jangan terlalu bersedih karena masih banyak kesempatan untuk Dafa dan Renata memiliki anak lagi.

"Sayang kemarilah bunda sangat merindukan mu," ucap Renata sembari merentangkan kedua tangannya ke arah Kata dan Shafa.

"Bunda... Adek dan kakak juga sangat merindukan bunda tapi oma dan opa melarang kami menemui bunda di rumah sakit" ucap Dafa polos dengan mata berkaca kaca.

"Ahh begitukah... oma dan opa benar sayang karena jika nanti Kafa dan kakak Shafa kesana pun tidak diperbolehkan menemui bunda... Jadi lebih baik kalian dirumah belajar saja.... begitu maksud oma dan opa sayang" ucap Renata lembut sembari mencium pucuk kepala keduanya secara bergantian.

Renata melirik ke arah anak gadisnya yang saat ini meneteskan air mata tangan Renata terulur untuk menghapus jejak air matanya.

"Kakak kenapa menangis hemm?

"Kakak... kakak sedih melihat bunda berada di kursi roda, apakah bunda masih sakit?" tanya Shafa yang membuat Renata terharu.

"Lihat bunda sayang. Bunda hanya lemas sayang mungkin besok bunda sudah tidak memakai kursi roda lagi. Kakak jangan lagi sedih ya karena bunda akan merasa sakit jika kakak dan adek bersedih," ucap Renata sembari mengusap lembut pipi Shafa.

"Baiklah sayang biarkan bunda kalian beristirahat ya," ucap sang ayah yang dibalas anggukan oleh kedua anaknya.

Dafa menggendong Renata menuju kamar mereka lalu merebahkan tubuh sang istri ke atas Ranjang. Dengan telaten Dafa membantu Renata membersihkan tubuhnya dan berganti pakaian yang lebih nyaman. Renata bergelayut manja dilengan Dafa kala Dafa membaringkan tubuh disampinya hal itu membuat Dafa terkekeh.

"Kamu kenapa sayang hemm?" Tanya Dafa lembut.

"Mas... nanti kita bisa punya anak lagi gak sih?" tanya Renata sembari menelusupkan wajahnya ke dada bidang Dafa.

"Tentu bisa sayang, kita tinggal bikin lagi," ucap Dafa dengan nada nakal.

Renata menciumi rahang Dafa yang membuat si empunya terangsang.

"Ren...jangan begitu! keadaanmu belum pulih benar aku tak mau melukaimu dengan aktifitas panas kita nanti," ucap Dafa lembut yang membuat Renata pura pura mengerucutkan bibirnya.

"Ren sabar, aku juga menginginkanmu sangat tapi aku tidak bisa melakukannya sekarang. Tapi aku janji ketika kamu sembuh aku akan memberikannya untukmu lebih. Jangan marah... oke?" ucap Dafa membujuk Renata agar tidak marah.

"Aku hanya menggodamu mas hehehe," ucap Renata sembari terkekeh.

"Lagian mas harus berpuasa mungkin sampai satu bulan bisa kurang bisa lebih," ucapnya sembari menyengir kuda.

"Ya tentu saja aku akan menahannya meski itu sulit."

"Sekarang tidurlah agar kamu cepat pulih," ucap Dafa lembut seraya mengusap usap pucuk kepala Renata agar lekas tertidur.

My Lovely Angel (TAMAT)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu