Bab 10 Oh Ternyata

14K 551 4
                                    

Oh Ternyata

Sepulangnya dari rumah mertuanya Renata merasa ada kejanggalan dengan tingkah laku anak anaknya yang tak seperti biasanya namun tetap ditanggapi dengan lembut oleh Renata.

"Aneh...mereka kenapa begitu?" batin Renata.

Ketika Renata selesai berganti baju dan hendak membersihkan wajah tiba tiba Kafa datang menghampirinya kemudian berkata bahwa wajah sedih sedang ayah dan meminta Renata untuk memeriksa ke kamarnya. Renata yang panik pun berlari menuju kamar Dafa namun anehnya ia tak menemukan Dafa di kamar. Hal itu membuat Renata bingung dan beberapa detik kemudian Dafa terlihat keluar dari kamar mandi dengan wajah yang Fresh dan tidak menunjukkan tanda-tanda sedang sakit meski demikian Renata tetap bertanya kepada Dafa apakah sedang sakit dan membutuhkan bantuannya.

"Ma...mas Dafa kata anak mas Dafa sakit dan butuh bantuan Ren ya?"ucap Renata lembut.

"Enggak....aku gak nyuruh kamu kesini kok dan aku juga gak lagi sakit" ucap Dafa datar.

"Ya ampun aku dikerjain Kafa sama Shafa kalau begitu..." ucap Renata dalam hati.

"Oh yaudah berarti aku dikerjain sama anak anak...kalau gitu aku izin dulu mas" ucap Renata seraya membuka pintu namun ternyata pintunya terkunci dari luar.

Renata pun menghela nafas merasa di kerjai oleh dan karena keluar dari kamar namun ternyata kamar dikunci dari luar oleh anak anaknya dari dalam kamar Renata berteriak dan memohon kepada Kafa dan Shafa untuk membuka pintu namun tidak ada jawaban.

"Kafa.... Shafa...tolong bukain pintunya sayang...jangan dikunci nak"

Sedangkan Dafa sibuk mencari kunci untuk mencari namun tidak menemukan kemungkinan Kafa dan Shafa telah mengambilnya. Dafa menghela nafas kasar ingin rasanya Dafa memarahi kedua anaknya saat ini karena kesal.

"Astaga kunci cadangannya gak ada pasti sudah terlihat mereka....shitt" umpat Dafa dalam hati.

"Kafa....Shafa tolong buka nak pintunya" teriak Renata lagi.

"Shafa....Kafa"

"Kafa sayang tolong bunda nak" teriak Renata tak mau menyerah.

Shafa dan Kafa yang tak tega mendengar suara sang bunda yang meminta tolong pun akhirnya menyahutinya.

"Maaf bunda...ayah...malam ini bunda bobok sama ayah dulu ya....kata oma kalau kita mau punya adek bunda harus bobok dikamar ayah..." ucap Shafa sedikit berteriak.

"Shafa...Kafa...buka pintunya...jangan nakal ya...ayah marah nih" Seru Dafa.

"Maaf ayah...ayah jangan marah...kita cuma pengen punya adek...jadi ayah sama bunda tolong kabulin ya" ucap Kafa polos.

Dafa mengacak frustasi frustasi sembari duduk di pinghiran ranjang.

"ckk...sial....mama nyebelin banget sih pake acara provokasi anak segala" ucap Dafa sembari berdecak kesal.

Dalam hati Renata tertawa melihat kejahilan anak anaknya yang ternyata merencanakan ini semua untuk meminta seorang adek. Renata jadi ingat tentang kecurigaannya terhadap keanehan tingkah laku kedua bocah tersebut oh ternyata itu semua diajari oleh omanya. mama mertuanya memang paling pandai jika urusan bujuk membujuk Kafa dan Shafa.

"mama aneh aja deh...kalau gini kan aku gak bisa menghindar dari mas Dafa" gumamnya s sambil aneh aneh kecil.

Renata melihat Dafa sedang duduk bersandar di ranjang sibuk berkutat dengan laptop dipangkuannya. Tiba tiba saja irama jantung Renata lebih terpacu ketika mengingat bahwa dirinya hanya berdua dengan Dafa saja. Beberapa kali Renata membuang nafas untuk menghilangkan kegugupannya ini pertama kali Renata berada di kamar Dafa pada malam hari jujur ​​Renata bingung harus bagaimana lidahnya seolah kelu untuk berkata. Renata pun memilih duduk di bangku teras kamar untuk sekadar menikmati angin malam agar kegugupannya hilang.

"dingin sekali malam ini...tak ada bintang lagi" ucap Renata pelan.

Seperti memahami suasana Renata saat ini langit pun terlihat mendung tanpa adanya sang bintang yang hati.

Di dalam kamar Dafa mengedarkan pandangan pandangan tentang menemukan keberadaan sang istri namun tidak menemukannya. Dafa pintu teras terbuka ia melihat langit mendung seperti turun hujan Dafa pun berjalan menghampiri Renata dan menyuruh Renata untuk segera tidur dengan alasan akan sudah malam dan turun hujan yang dibalas oleh Renata.

Tanpa bertanya apa pun di atas Renata mengambil sebuah bantal dan selimut yang kemudian bahkan bahkan menambahkannya ke Shofa kamar Dafa karena dia tidak akan tidur diranjang yang biasa tiduri bersama pacarnya. Renata cukup tahu diri jika Dafa tidak mungkin pernah mencintai menganggap menganggapnya sebagai seorang istri. Karena hal tersebut membuat Renata tiba-tiba menitikan air mata dan menangis terisak, namun Renata berusaha untuk menutup mulut agar Dafa tidak mendengar isakannya.

"stop Ren....tolong jangan nangis....malu kalu kedengeran suamimu" ucap Renata dalam hati sambil menarik penutup untuk menutupi tubuhnya.

Disisi lain Dafa yang sedangik untuk bekerja di samping kerja yang tepat di samping itu tiba-tiba menguap dan tanpa sadar melihat ke arah Renata ada rasa yang mengarah pada Renata yang disofa namun ia tak ingin memindahkan Renata ketempat tidur karena ia tak ragu ragu. Dan memilih memilih kegiatannya lalu merebahkan tubuhnya diatas kasur empuk miliknya.

Baru sebentar lagi mata Dafa terpejam namun bayang-bayang Arin muncul dengan nada lembut Arin memohon untuk menerima Renata demi kedua anaknya yang membuat Dafa terlonjak kaget dan tak bisa memantaunya. Dafa menghela nafas dalam mengingat setiap detail mimipinya tentang Arin sebelumnya ternyata mimpinya hampir mirip dan memiliki pesan sama dari Arin.

Di dalam mimpinya Arin sangat cantik dan bahagia berjalan mendekatinya yang sedang duduk di kursi taman.

"Mas Dafa..." suara lembut Arin memanggilnya.

"sayang...kau kah itu...kemari lah aku melihatmu" ucap Dafa sembari memeluk tubuh Arin.

"Mau kah mas Dafa mengabulkan satu permintaan Arin?"

"tentu sayang....kau tak perlu memohon seperti...apa pun untukmu" ucap Dafa sambil mengusap lembut kedua pipi Arin.

"Terimalah Dia mas...cintai dia seperti cintamu aku" ucap Arin sambil menunjuk ke arah wanita yang sedang tersenyum cantik di seberang mereka.

"Tapi...aku tak bisa lakukan Rin.."

"ku mohon itu mas...untukku dan anak anakmu" ucap Arin Kemudian menghilang.

itulah pula Dafa yang tersadar sembari memanggil pelan nama Arin.

"Arin apakah ini benar suatu pertanda darimu...benarkah kau juga menginginkan Renata untuk menjadi ibu sambung anak kita" gumamnya pelan.

Dafa berfikir apakah ini sebuah pertanda karena mimpi ini berulang kali terjadi dalam tidurnya. Namun hal itu belum bisa mengetuk hati Dafa. Dafa masih tetap dalam pendiriannya dan memilih untuk memutuskan kembali sambil menunggu rasa kantuknya datang lagi.

keesokan harinya Dafa melihat laptop dan beberapa dokumennya telah tersusun rapi di atas nakas. ia melihat ke arah sofa ternyata sang istri sudah tidak berada disana.

My Lovely Angel (TAMAT)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें