Bab 3 Teman Mama

18.5K 768 4
                                    

Hari ini adalah hari libur, entah mengapa libur kali ini membuat Renata sedih. Ada rasa tak rela di hati Renata karena tak bisa menjenguk dan bermain bersama Kafa.

"Duhh kenapa aku jadi kepikiran anak itu terus sih?" batin Renata.

Renata pun memutuskan untuk pergi ke rumah sakit menjenguk Kafa. Namun usahanya gagal karena sang mama meminta Renata untuk menemaninya menemui teman lama mama. Dengan berat hati Renata pun mengurungkan niatnya untuk mengunjungi Kafa dan memilih mengantar sang mama. Di perjalanan sang mama bercerita bahwa temannya berniat mengenalkan Renata kepada anaknya. Namun hal tersebut ditolak Renata secara halus dengan alesan Renata tidak nyaman jika dijodoh jodohkan. Sang mama pun bersikeras membujuk Renata agar mencoba berkenalan terlebih dahulu, dengan alesan ia tak enak hati jika menolak permintaan teman lamanya.

"Ayolah, Sayang. Mama mohon!" bujuk sang Mama.

"Lagi pula usiamu ini udah matang, Ren. Kamu tunggu apa lagi?" desak sang Mama.

Renata terdiam sejenak memikirkan pernintaan sang ibu, ucapan sang mama membuat Renata mau tak mau harus menuruti kemauan mamanya.

"Baiklah, hanya ketemu dan berkenalan saja jangan memaksa Ren lebih, Ma."

"Semua terserah kamu saja, Ren. Mama tidak akan memaksamu."

Setibanya di sebuah restoran Renata langsung masuk mengikuti langkah sang mama menyapa teman teman sang mama dengan sopan dan ramah. Namun ada suatu kebetulan bagi Renata karena merasa pernah bertemu dengan teman lama sang mama.

"Bu... ahh maksud saya tante, kita pernah ketemu di rumah sakit kan? Apakah tante masih ingat?" ucap Renata memulai mengobrol dengan Anna.

"Oh iya iya benar, saya ingat. Jadi kamu Renata anaknya jeng Lin ya?" balas Anna dengan senyum ramahnya.

"Ya tante saya Renata," jawab Renata ramah. Dan mereka pun asik berbincang hingga sebuah pernyataan yang terlontar mengagetkan Renata.

"Ren... Ini lho temen lama Mama yang mau ngenalin anaknya ke kamu," ucap sang mama.

"Tante mohon Ren mau ya kenalan sama anak tante, dia memang duda Ren tapi umurnya gak jauh beda kok dari kamu mungkin selisih sedikit soalnya dia dulu menikah muda," jelas Anna.

"Dia punya dua anak lucu deh, Ren. Mama suka sama anak-anaknya sopan dan pintar. Kamu pasti suka," imbuh sang mama.

Ren terdiam sejenak, otaknya sibuk mencerna perkataan dari Anna.

"Bagaimana, Ren? mau ya?" bujuk Anna.

"Iya tante Ren mau kenalan kok, atur aja dengan Mama, kabari Ren kapan Ren harus ketemuan," ucap Renata sopan.

"Ma... Ren harus ke rumah sakit, ada kepentingan mendadak. Tante maaf Ren pamit dulu ya? lain kali kita sambung lagi," ucap Renata sopan yang ingin menghindar.

"Hati-hati di jalan, Nak."

***

Sesampainya di rumah sakit, Ren langsung berjalan menuju ruangan Kafa. Dengan penuh semangat Renata membuka Handle pintu dengan sebelah tangan dan sebelahnya lagi ia gunakan untuk menenteng sebuah paper bag berisi buku cerita untuk Kafa. Namun niatnya urung ketika ia melihat sosok Dafa di dalam ruangan sedang duduk disofa memangku laptop.

"Aduh ... Ada bapaknya, sebaiknya aku pulang saja," batin Renata.

Niat hati Renata hendak menutup pintu pelan agar tak ketahuan. Namun niat itu digagalkan oleh kehadiran Shafa dari belakangnya yang ingin masuk ke dalam.

"Tante... kenapa berdiri di sini? ayo masuk, Kafa pasti seneng kalau tante dateng," ucap Shafa sopan.

"I-iya Shafa," ucap Renata gugup.

Renata mengumpati kebodohannya sendiri di dalam hati yang tidak segera pergi dari sana sehingga bertemu dengan Shafa. Mau tak mau Renata pun ikut Shafa masuk ke dalam ruangan karena Ren tak tau harus beralasan apa untuk menghindar. Dengan canggung Renata mencoba menyapa Dafa meskipun diabaikan.

"Pa, tante Ren nyapa papa loh," celetuk Shafa yang membuat Dafa berdeham.

"Maafin papa ya tante," bisik Shafa tak enak hati.

Renata tidak terlalu peduli dengan Dafa karena niatnya ke sini untuk menjenguk Kafa bukan bertemu Dafa. Kafa pun senang bukan main melihat kedatangan Renata. Bocah laki-laki tersebut melompat kegirangan dan langsung memeluk tubuh Renata. Sifat hangat Kafa dan Shafa membuat Renata lupa jika di situ ada Dafa. Kafa, Shafa dan Renata pun asik bercerita dan bergurau sesekali Kafa bergelayut manja pada Renata membuat Dafa yang acuh diam-diam memperhatikan kedua anaknya karena tak biasanya kedua anak itu bisa akrab dan sedekat itu dengan seorang perempuan setelah kepergian Bundanya.

"Kafa tante pulang dulu ya? Kafa cepat sembuh ya," pamit Renata.

"Tapi tante janji ya besok ke sini lagi?" ucap Kafa yang dibalas anggukan oleh Renata.

"Ayah ... Bolehkah Kafa meminta sesuatu permintaan pada ayah?" pinta Kafa memelas.

"Tentu, apapun sayang," ucap Dafa sembari mengelus puncak kepala putranya.

"Ayah ... bisakah aku memiliki bunda seperti tante Renata?" ucap Kafa polos.

Dafa terkejut mendengar permintaan Kafa, ia ingin sekali mengatakan jika Kafa memiliki bunda yang jauh lebih baik dari Renata agar Kafa tidak meminta Ren untuk menjadi bundanya. Namun ia tak sampai hati untuk mengatakannya.

"Sayang ... ganti permintaannya ya? jangan itu, Papa tidak bisa," ucap Dafa yang membuat air wajah Kafa berubah menjadi masam.

"Tapi aku setuju kok, Yah kalau tante Ren jadi bunda kita," sahut Shafa.

"Kakak ... gak boleh gitu dong, Sayang. Kita bicarain ini lain kali ya," ucap Dafa membujuk.

Kafa yang tak ingin menyerah pun berusaha membujuk Renata.

"Tante... tante mau kan jadi bunda kita?" pinta Kafa sembari memasang wajah memelas. Renata mati gaya mendengar permintaan Kafa dengan wajah memelas tapi ia sendiri juga bingung harus bagaimana dan menjawab apa kepada Kafa.

"Sayang ... tante sayang kok sama Kafa dan kak Shafa tapi tante harus permisi pulang dulu kita bicara ini lain kali aja ya," ucap Renata lembut yang dibalas anggukkan oleh Kafa dan Shafa.

Sungguh Renata ingin menjawab iya dan mengabulkan permintaan kedua anak tersebut tapi apa daya Renata tak mempunyai kuasa untuk menjawabnya jika bukan Dafa yang memintanya. Sebenarnya ada rasa bahagia ketika mendengar permintaan Kafa dan Shafa namun itu semua terpatahkan karena Sifat dingin dari ayah kedua anak tersebut. Renata memeluk Kafa sebelum ia meninggalkan ruangan anak itu. Ia memutuskan pulang ke rumah karena ia merasa lelah.

"Sayang ... kamu kenapa?" tanya sang mama menghampiri Renata yang baru saja masuk ke dalam rumah.

"Gak apa apa ma. Cuma capek aja," jawab Renata singkat.

"Ren nanti malam kamu diundang makan malam sama tante Anna," ucap Lin memberitahu Renata tentang rencananya dan Anna.

"Kok mendadak banget sih ma? Ren kan gak ada persiapan," ucap Renata panik. Lin membelalakan mata melihat ekspresi heboh panik Renata.

"Apanya yang harus disiapin sih Ren? orang kita cuma makan malam biasa bukan lamaran," ucap sang mama sembari terkekeh.

"Ya sudah aku ngikut mama aja, aku ke kamar dulu ya ma," pamit Renata.

Di dalam kamar Renata melamun, ia sedih karena terngiang ngiang permintaan Kafa dan Shafa. Renata berandai andai jika saja ia bisa mengabulkan keinginan dua anak tersebut, sungguh Renata ingin sekali menfabulkannya.

"Maafkan tante, Nak. Tante tidak bisa mengabulkan keinginan kalian," gumam Renata lirih.

Renata berdo'a semoga Tuhan memberikan sosok ibu yang baik untuk Shafa dan Kafa karena Renata tak tega melihat kesedihan Kafa dan Shafa.

"Tante yakin kalian akan memiliki Bunda yang jauh lebih baik dari tante nanti," lanjut Renata.

My Lovely Angel (TAMAT)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن