Bab 38 Menghilang

2.2K 109 24
                                    

Renata melirik jam di pergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul dua belas siang itu tandanya ia akan sedikit telat untuk menjemput Kafa.

"Aduh, telat nih. Kafa pasti udah keluar kelas."

"Astaga macetnya, semoga saja Kafa engga ngambek kalau aku jemputnya telat."

"Ahhh akhirnya," ucap Renata lega setelah melewati kemacetan.

Renata menambah kecepatan laju mobilnya karena tak ingin anaknya menunggu terlalu lama. Sesampainya di depan sekolahan Kafa ia menepikan mobilnya bergegas keluar untuk mencari keberadaan Kafa. Renata menyusuri lorong lorong menuju kelas Kafa namun ternyata sudah kosong, ia kemudian berjalan menuju pos satpam untuk mencari tahu tentang keberadaan Kafa.

"Selamat siang, Pak."

"Selamat siang, Bu Dokter Ren. Mau jemput Den Kafa ya bu?" Jawab pak satpam yang bernama Budi itu dengan ramah.

Jangan heran ya jika satpam atau pun guru beserta karyawan yang berada disekolah Kafa dan Shafa sangat hafal dengan kami itu karena Shafa dan Kafa sangat terkenal akibat sering nongol di akun vlognya,  ditambah lagi mereka semua mudah mengenali karena Kafa dan Shafa terlahir di keluarga Hutama yang cukup terkenal di lingkungan masyarakat.

"Iya benar, tapi saya sudah mencari di dalam tidak menemukan siapa-siapa. Apa Bapak tadi melihat Kafa?"

"Loh Den Kafanya tadi sudah dijemput, Bu. Ada seorang perempuan yang menjemputnya."

"P-pe-perem puan, Pak? Apa Bapak ingat  cirinya seperti apa atau Bapak mengenalinya?" tanya Renata khawatir.

"Masih muda Bu, cantik dan saya lihat Kafa sangat akrab dengannya. Saya kira itu  saudara Pak Dafa karena wajahnya sedikit mirip dengan Pak Dafa," jelas pak satpam.

"Oh baiklah terima kasih Pak, saya permisi," ucap Renata sopan.

Renata kembali ke dalam mobil dan bergegas mencari keberadaan Kafa.

"Tunggu, tadi Pak Budi bilang Kafa sudah dijemput tapi sama siapa ? Kenapa tidak ada yang menghubungiku? Sebaiknya aku tanya Mama Anna saja dulu," batin Renata.

Renata buru buru mendial nomor sang mertua guna menanyakan keberadaan Kafa. Pasalnya satu satunya orang yang mungkin tau adalah sang mertua.

"Halo Ma, assalamu'alaikum."

"Walaikum salam. Ya, Sayang ada apa?"

"Maaf, Ma Ren mau bertanya apakah Mama tadi menjemput Kafa? Atau menyuruh orang untuk menjemputnya? Apa Kafa berada di rumah Mama sekarang?" tanya Renata beruntun.

"Tidak Ren, Mama sedang arisan bersama mamamu dan teman teman lain jadi tidak bisa menjemput Kafa, memang kenapa sayang?"

"Oh begitu ya, Ma? tadi Renata jemput Kafanya telat biasanya Kafa menunggu Ren datang tapi hari ini Ren cari tidak ada dan kata pak Budi satpam sekolah Kafa, ia sudah pulang bersama dengan seseorang wanita muda yang wajahnya sedikit mirip Mas Dafa apakah mama tau siapa kira kira yang dimaksud oleh pak satpam tersebut?"

"Tunggu, wanita mirip Dafa? Siapa? Dafa tidak memiliki saudara dan kamu tahu sendiri satu-satunya saudra kembar Dafa telah tiada," ucap Anna dengan suara sendu.

"Oh ya sudah, Ma. Maaf jika Ren membuat mama mengingat kak Difa. Ya sudah Ren tutup teleponnya dulu, Ma. Ren mau mencari Kafa dulu. Assalamualaikum," ucap Renata sopan.

Tidak dengan mama Anna tidak juga dengan mama Lin, lalu dengan siapa? Renata semakin khawatir akan keberadaan Kafa. Renata langsung melajukan mobil menuju rumah mengecek keberadaan Kafa namun hasilnya nihil. Ia memutuskan untuk pergi kekantor sang suami untuk memberitahukan masalah ini. Renata memilih memesan taxi karena ia tak ingin mengambil resiko mengendarai mobil sendirian dalam keadaan panik seperti ini. Dua puluh menit berlalu kini Renata sudah berdiri didepan sebuah gedung megah milik Hutama corp. Renata melangkahkan kaki cepat sesekali ia berlari kecil dan tergesa mengabaikan siapa saja yang menyapanya agar cepat sampai di ruangan sang suami. Sungguh hati Renata kini diliputi perasaan gelisah, dengan cepat ia masuk kedalam lift khusus milik sang suami dan berlari menerobos masuk kedalam ruangan Dafa kemudian menubruk tubuh Dafa yang bertepatan sedang berdiri ingin ketoilet. Dafa yang kaget memilih diam membiarkan sejenak sang istri tenang lalu menanyainya.

"Sayang... ada apa hemmm?" Tanya Dafa penasaran sembari mungasap lembut punggung sang istri.

Renata mulai menceritakan duduk permasalahannya yang membuat Dafa ikut panik.

"Apa? Siapa yang menjemput Kafa sayang? Aku tak memiliki saudara perempuan... baiklah... tunggu sebentar... tenangkan dulu dirimu sayang... aku akan menyuruh orang mencari keberadaan Kafa... aku berjanji Kafa akan segera pulang dengan keadaan baik baik saja"  ucap Dafa menenangkan hati sang istri.

"Iya mas... ku mohon suruhlah orang untuk mencari Kafa... aku sangat khawatir dengan keadaan Kafa dia masih kecil mas... aku takut" ucap Renata disela tangisannya.

"Ku mohon berhentilah menangis sayang... aku tak sanggup melihatmu menangis... tenanglah aku berjanji Kafa akan segera ditemukan" ucap Dafa sembari menghapus air mata sang istri.

Dafa memeluk erat tubuh sang istri yang sedari tadi menangis sesenggukan didadanya yang mengkhawatirkan keberadaan Kafa, ia menangkup kedua pipi Renata menghapus jejak air matanya. Sungguh Dafa tak tega melihat Renata bersedih seperti ini. Tanpa berfikir panjang Dafa langsung memerintahkan beberapa orang suruhannya untuk mencari keberadaan sang putra.

"Baiklah sebaiknya kita pulang saja sayang. Sekalian menjemput Shafa. Sebentar lagi dia pulang sekolah," ucap Dafa yang dibalas anggukan oleh Renata.

Dafa memutuskan untuk mengajak sang istri pulang, percuma saja ia berada dikantor fikirannya juga sesang kacau pasti tidak akan fokus kerja. Ia mengemas berkas berkas dimejanya lalu berjalan keluar menuju lantai basment area parkir mobilnya. Sebelah tangannya dengan setia melilit pinggang sang istri sementara sebelahnya lagi menenteng tas dan jas kerjanya.

"Sayang... jangan bersedih lagi. Lihatlah wajahmu berubah jelek jika kamu sedang bersesih," ucap Dafa menggoda sang istri agar tidak terus terusa  bersedih.

"Mas jangan goda Ren terus deh! Ren beneran khawatir tau sama Kafa," ucap Ren sembari memanyunkan bibir.

"Oh lihatlah kamu sangat menggemaskan sayang jika seperti ini," ucap Dafa menoel noel pipi Renata.

"Ckk mas Dafa ini Ren lagi khawatir! kenapa Mas Dafa terus menggoda Ren hemm?" Ucap Renata kesal yang membuat Dafa terkekeh.

Dafa melajukan mobil menuju ke sekolah Shafa untuk menjemputnya pulang akan tetapi ia dibuat geram karena sesampainya di sekolah Shafa ia tak menemukan keberadaan Shafa. Seperti apa yang pak Budi katakan satpam sekolah Shafa pun juga mengatakan hal yang sama jika Shafa telah dijemput oleh seseorang yang sangat mirip dengan Dafa. Dafa mengumpat kesal, sementara Renata terus saja menangis karena khawatir dengan anaknya.

"Sial siapa yang berani mempermainkanku," ucap Dafa sembari memukul setir mobilnya.

"Akan ku bunuh jika mereka sampai melukai kedua anakku," umpatnya lagi.

"Sayang berhentilah menangis, ku mohon jangan buat aku semakin kacau. Percayalah aku akan segera menemukan anak kita," ucap Dafa sembari memeluk Renata.

Hayo menurut kalian siapa yang menculik Kafa dan Shafa?
Dan kemana mereka dibawa pergi?

Please jangan lupa kasih star dan tinggalin komentar ya... terimakasih...

My Lovely Angel (TAMAT)Where stories live. Discover now