Bab 36 Pergi Ke Makam

4.3K 141 8
                                    


Setelah beberapa hari istirahat total dirumah kini kondisi fisik Renata sudah membaik luka jahitan diprutnya pun sudah mengering. Renata sudah mulai melakukan aktifitas kembali seperti memasak menyapu mencuci piring.. Untuk mencuci pakaian Renata dan Dafa sepakat menggunakan jasa laundry karena Dafa tidak mengijinkan Renata beraktifitas terlalu berat.

"Sayang cepat sarapan," teriak Renata kepada kedua anaknya yang sedang bermain bola pimpong di halaman belakang.

"Iya bunda sebentar," teriak Kafa sembari berlari mencuci tangan.

"Baunya harum, Bunda masak apa nih?" ucap Shafa dari arah wastafel.

"Bunda masak opor ayam sayang, ayo kemari lah kita makan bersama."

Renata menyodorkan piring yang  sudah berisi nasi dan lauk pauk kepada kedua anaknya secara bergantian lalu kembali duduk disamping sang suami. Tak ada pembicaraan apapun saat ini hanya terdengar suara sendok garpu dan piring yang beradu.

"Kenyangnya," ucap Kafa sembari mengusap perutnya yang terlihat lebih berisi.

"Hemmm masakan bunda memang paling TOP," ucap Shafa memuji Renata.

"Terima kasih sayang, nanti kamu juga harus belajar memasak ya biar kamu bisa masak buat keluarga kecilmu kelak," ucap Renata yang dibalas anggukan oleh Dafa dan Shafa.

"Nah Ayah setuju tuh bun. Shafa kamu harus belajar masak sama bunda," ucap Dafa membenarkan.

"Ah ya sebaiknya kakak dan adek segera bersiap kita akan segera menjenguk Rifa  bukan begitu ayah?"

"Ya sayang... cepatlah ayah dan bunda akan menunggu di sini," ucap Dafa kepada kedua anaknya.

"Siap ayah," ucap Kafa dan Shafa bersamaan sembari berlari ke dalam kamar masing masing.

Sementara itu Renata membersihkan bekas sarapan mereka dan mencuci piring kotor, sedangkan Dafa tak mau tinggal diam dia juga ikut membantu sang istri mengelap meja makan dan mengelap piring yang telah dicuci Renata.

"Bun yah kita sudah siap," teriak Kafa dari arah tangga.

"Ya sayang bunda dan ayah juga sudah selesai," sahut Renata.

"Ayo sayang kita berangkat," ajak Renata menggiring anak anaknya menuju mobil.

Dafa menepikan mobilnya didepan toko bunga, Ia dan sang istri membeli bunga untuk menjenguk Rifa.

"Mas bisakah kamu bercerita sedikit tentang anak kita Rifa? hem maksudku tentang wajahnya dan juga sedikit ciri fisiknya saat itu," ucap Renata hati hati.

"Tentu saja sayang. Dia tampan seperti pangeran, kulitnya putih sedikit kemerahan mungkin karena dia masih bayi. Dia memiliki rambut dan alis yang tebal, hidung yang mancung bibirnya tipis sama sepertimu, dia sangat lah tampan ketika itu sayang," ucap Dafa sembari tersenyum kearah Renata yang asik memilih bunga.

"Begitukah? ku kira jika ia terlahir dan dewasa pasti sangat mirip denganmu mas."

"Ya kamu benar sayang. Kau sudah mendapatkan bunganya sayang?"

"Heemm... ayo kita lanjutkan perjalanan sayang, aku sudah tak sabar menjenguknya," ucap Renata sembari menggandeng lengan Dafa.

"Bunda sama ayah lama sekali," ucap Kafa sembari mengerucutkan bibirnya.

"Maafkan bunda sayang, bunda bingung memilih bunganya karena semuanya terlihat indah," ucap sang bunda sembari mengusap pucuk kepala Kafa yang saat ini duduk di belakangnya.

Tiga puluh lima menit berlalu mobil Dafa kini telah terparkir di area parkir salah satu pemakaman elit di negeri ini. Dafa merangkul mesra pinggang sang istri menuju tempat peristirahatan terakhir sang putra. Sementara Shafa dan Kafa sibuk ngevlog yang sudah berjalan mendahuluinya menyusuri setiap kompleks pemakaman.

"Sayang jangan jauh jauh ya... nanti bunda susah mencarinya," teriak Renata yang diacungi jempol oleh Kafa.

Renata dan Dafa menyusuri jalanan setapak yang bisa dibilang lumayan jauh dari area tempat parkir mereka, sepanjang perjalanan Renata berdecak kagum pasalnya ia belum pernah melihat pemakaman yang indah dan jauh dari kata seram ini. Ini seperti sebuah perbukitan buatan yang terdapat hamparan rumput yang hijau serta terdapat bunga bunga berwarna warni yang indah. Ada sebuah mushola kecil, ada toilet umum, ada play ground, ada restoran cepat saji dan juga ada sebuah mini market disana membuat siapa saja yang berkunjung mungkin lupa jika mereka sedang berada ditempat pemakaman.

"Mas kenapa aku berasa pergi ke sebuah taman atau tempat rekreasi ya."

"Di sini indah sekali sudah gitu fasilitasnya lengkap pemandangannya indah kayak tempat tempat rekreasi gitu."

"Ya tempat ini memang di desain sedemikian rupa agar para pengunjung merasa nyaman dan puas telah membeli tempat makam di sini."

"Tentunya dengan harga yahh lumayan lah,  jadi wajar sayang jika kita bisa menikmati fasilitas dan keindahaan di depan kita ini," imbuh Dafa menjelaskan.

"Nah kita sudah sampai ditempat Rifa."

"D-di si-ni mas?" Renata membekap mulutnya tak percaya melihat pemakaman sang putra berada di tempat begitu indah jauh lebih indah dari tempat tempat yang ia jumpai sebelumnya.

"Tentu saja lihatlah ini dia,"  Dafa menunjuk sebuah makam kecil.

"Mas tapi kenapa di tempat ini hanya ada beberapa makam saja?" tanya Renata penasaran.

"Ini tempat pemakaman keluarga Hutama sayang. Almarhum kakek sudah membeli tempat ini sebelum beliau wafat dari sini hingga sana mungkin nanti di sini tempat terakhir seluruh keluarga Hutama tinggal," Jelas Dafa kepada Renata.

"Ayo kemari sayang, kita berdoa untuk Rifa," ucap Dafa lembut yang dibalas anggukan kepala oleh Renata.

Renata berjongkok didepan makam Rifa mengelus lembut puncak nisan didepannya meletakkan bunga yang sudah ia bawa untuk sang putra lalu bermonolog seolah sang putra bisa mendengarnya.

"Hai sayang, apa kabarmu di sana? bunda tau kau pasti sudah bahagia di sana.  Maafkan bunda sayang baru bisa menemuimu sekarang. Rifa harus tau bunda ayah dan kakakmu sangat menyayangimu  dan kami selalu mendoakan yang terbaik untukmu. Semoga kau selalu bahagia disana nak," ucap Renata sembari menecup lembut nisan di depannya kemudian kembali berdiri di samping Dafa.

"Sebaiknya kita berdoa bersama sama untuk Rifa bun," ucap Dafa.

"Ya kamu benar, ayo kita berdoa mas," ajak Renata antusias.

Usai berdoa untuk Rifa Renata dan Dafa bergegas mencari keberadaan anak anaknya yang ternyata sudah menunggu di area parkir. Renata dan Dafa segera bergegas menyusul kedua anaknya karena tak mau jika kedua anaknya menunggu terlalu lama.

"Mereka sudah mengirimiku pesan mas  sekarang mereka ada di area parkir  sebaiknya kita segera ke sana," ucap Renatayang dibalas anggukan kecil oleh Dafa.

Hai jangan lupa kasih star dan tinggalkan komentar kalian ya...
Jika kalian suka dan berkenan kalian bisa memberikan hadiah sebagai bentuk suport untuk ku si penulis... terimakasih... sampai jumpa di next episode ...

My Lovely Angel (TAMAT)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz