Bab 49

1K 46 0
                                    

Rombongan pulang dari Hokkaido tanpa Renata dan Dafa mereka tiba di  penginapan sekitar pukul delapan malam usai melakukan makan malam di Hanamaru.

Hanamaru adalah sebuah kaitenzushi, yaitu restoran sushi dengan tray (tempat sushi) yang berputar mengelilingi para pengunjungnya. Harga dari sushi-sushi ini dapat segera diketahui dari warna-warna piringnya.

Sesampainya di Hotel tempat mereka menginap semuanya bergegas masuk ke kamar masing masing kecuali Difa dan Anna yang masih sibuk membangunkan Kafa yang tertidur dalam pelukan Difa. Arga sang tour guide yang menyaksikan hal tersebut pun merasa simpati dan menawarkan bantuan untuk menggendong Kafa menuju kamarnya.

"Kenapa nyonya... apakah ada yang bisa saya bantu...? " tanya Arga ramah kepada Anna.

"Tak apa Arga... hanya saja cucuku susah sekali untuk dibangunkan... "

"oh begitu rupanya... boleh kah saya membantu menggendongnya kedalam kamar hotelnya nyonya.... kasian mungkin dia kelelahan nyonya... "

"ya tentu saja jika kau tak keberatan" ucap Anna tersenyum senang.

Arga bergerak kearah kursi yang diduduki Difa mengulurkan tangannya meraih tubuh Kafa yang berada dalam pelukan Difa saat ini. Arga merasakan sebuah aliran listrik kecil yang menggelitik seluruh tubuhnya kala tangannya tanpa sengaja bersentuhan dengan kulit halus Difa. Sementara Difa, tubuhnya bergetar kala deru nafas Arga yang begitu dekat dengannya menyapu wajahnya.

"Maaf nona bisa tunjukan dimana kamar Kafa... " ucap Arga membuat Difa memperoleh kesadarannya kembali dan segera bangkit dari kursinya lalu berjalan menunjukkan dimana kamarnya.

Selama liburan Difa memanglah tidur sekamar dengan Kafa dan juga Shafa.

"disini kamarku...." ucap Difa yang membuat Arga menaikkan sebelah alisnya heran pasalnya tadi ia bertanya dimana kamar Kafa bukan bertanya tentang kamar Difa.

"ma.. maksudku disini kamarnya... selama disini Kafa dan juga Shafa tidur dengan ku " imbuh Difa menjelaskan.

"baik nona... " ucap Arga sembari melangkah masuk kedalam kamar.

Arga masuk kedalam ruangan kamar hotel dengan dua kasur didalamnya tanpa bertanya ia membaringkan Kafa disamping kakaknya Shafa yang sudah lebih dulu terlelap kemudian Arga dengan cepat membalikkan badan dan segera pergi namun ia justru kaget karena menubruk Difa yang ternyata sudah berdiri dibelakangnya. Arga menahan pinggang Difa agar tak terhuyung kebelakang tubuh mereka bersentuhan satu sama lain mata mereka saling beradu dengan jarak wajah hanya beberapa inchi saja. Seperti de javu baik Arga maupun Difa merasakan detak jantungnya terpicu lebih cepat seperti yang pernah mereka rasakan sebelumnya. Seolah terhipnotis satu sama lain wajah mereka kian mendekat dan bibir mereka kini tengah menempel sempurna. Tak ada penolakan dari Difa ia justru tengah memejamkan mata saat ini yang membuat Arga memiliki keberanian untuk menciumnya. Masih dengan posisi yang sama namun kali ini Difa justru mengalungkan tangannya dileher Arga. Ciuman mereka semakin lama semakin dalam membuat nafas keduanya memburu. Arga melepas ciumannya sejenak menatap wajah Difa intens lalu mengusap pipi Difa lembut.

"Kau cantik sekali nona jika sedang merona" ucap Arga yang sukses membuat Difa memalingkan wajah karena malu.

"su sudah malam sebaiknya kau keluar dari sini tak enak jika ada yang melihatmu disini" ucap Difa mengalihkan pembicaraan.

"Baiklah... saya permisi dulu nona... selamat malam" ucap Arga ramah sembari melangkahkan kaki keluar ruangan.

Difa menutup pintu hotelnya rapat rapat lalu memerosotkan diri dan   bersandar pada daun pintu seketika ia menangis tersedu mengingat seseorang yang telah pergi meninggalkannya untuk selama lamanya.

"Dave... maafkan aku... tapi aku tak bisa lagi membohongi perasaanku padanya..." ucapnya sembari menitikan air mata.

"Maafkan aku yang melanggar janjiku untuk setia padamu" ucap Difa disela isak tangisnya.

Difa berjalan lemah kearah ranjang miliknya menghempaskan tubuhnya begitu saja sembari terus menangis.

Di Apartemen Arga.

"Selamat malam tuan muda" sapa Kedua bodyguard yang berjaga diapartemennya.

"Selamat malam... beristirahatlah... sudah ku bilang kalian tak perlu menungguku pulang..." ucap Arga kesal karena melihat kedua bodyguard suruhan ibunya masih berdiri menungguinya didepan pintu.

"Dan satu lagi jangan katakan apapun pada ibu... cukup berikan berita baik untuknya tentangku.... " ucap Arga sembari menoleh kearah kedua bodyguardnya.

"Baik tuan" ucap kedua bodyguardnya bersamaan.

Arga menaiki anak tangga menuju kamarnya, kamar bercat abu abu dengan tatanan ruanga simple khas pria dan ranjang berukuran king size .

"huhh sebaiknya aku mandi dulu... " gumam Arga sembari melangkahkan kaki menuju kamar mandinya.

Arga menenggelamkan tubuhnya kedalam bathtub yang berisi air hangat lalu menggosok gosok tubuhnya sembari memberi pijatan kecil agar lelah yang ia rasa berkurang. Ia segera bangkit dan membilas tubuhnya kemudian berjalan ke arah walk in closet miliknya untuk mengenakan pakaian. Arga menggosok gosok rambutnya sembari berjalan menuju cermin besar yang terpasang didinding kamarnya.

"Difa... " gumamnya lirih sembari menatap wajahnya didepan cermin.

"Apa kau juga merasakan apa yang ku rasa....? " tanyanya dalam hati.

Arga tersenyum kecil mengingat ciuman panas mereka di kamar hotel Difa. Tangan Arga terulur dan bergerak mengusap bibirnya. sungguh ia tak percaya jika ia usai berciuman dengan wanita asing yang belum genap sehari ia kenal. Arga merangkak keatas tempat tidur mencoba memejamkan namun yang terjadi justru matanya tetap terjaga karena bayangan ciuman panasnya dengan Difa. Arga menegakkan badannya dan bersandar dikepala ranjang sembari membuka ponsel miliknya ia ingin menstalking akun medsos milik Difa namun ia tak tahu nama lengkapnya yang ia tahu hanya Difa berasal dari keluarga konglomerat dinegerinya yaitu keluarba Hutama. Jari jemari Arga mengetik nama Difa Hutama dikolom pencarian dan muncullah akun lawas milik Difa yang sudah lama tak pernah Difa buka tepatnya semenjak kepergian sang kekasih Dave. Mata Arga terus bergerak memandangi foto foto Difa yang begitu cantik sampai pandangannya terhenti disebuah foto yang menampilkan kemesraan Difa bersama sang kekasih. Arga mencari tahu berita tentang kekasih Difa tersebut hingga memperoleh kenyataan jika kekasih Difa yang bernama Dave telah meninggal akibat penyakit yang dideritanya tepatnya usai kabar kecelakaan pesawat yang dialami Difa mata Arga membelalak membaca berita selanjutnya tentang kecelakaan pesawat yang Difa alami dan mengabarkan jika Difa Hutama dinyataka meninggal dunia. Namun Ia menemukan jawabannya dari sumber artikel terbaru yang mengatakan jika Diva masih hidup dan selamat dari kecelakaan namun ia tak bisa pulang ke indonesia akibat trauma hebat dengan pesawat yang ia alami. Di artikel tersebut juga menjelaskan jika selama ini Difa sengaja tak menghubungi kedua orangtuanya karena ingin fokus terhadap penyembuhannya dan memutuskan  tinggal di Jerman bersama orang tua angkatnya yang juga seorang ternama di Jerman yang sangat menyayanginya sehingga memberikan Difa penanganan terbaik selama proses penyembuhan traumanya.

Arga menghembuskan nafas panjang usai membaca beberapa artikel mengenai Difa. Ia sedikit ragu jika Difa juga merasakan hal yang sama seperti apa yang ia rasakan mengingat pemberitaan hubungan Difa dan Dave yang terjalin cukup lama serta kematian Dave yang bisa dibilang belum terlalu lama, mungkin saja kenangan bersama Dave masih membekas dihati Difa. Namun keyakinan Arga mulai kembali ketika mengingat ciuman panas yang ia alami bersama dengan Difa. Ada niatan kuat Arga untuk memiliki Difa dan membuatnya bahagia bersamanya.






My Lovely Angel (TAMAT)Where stories live. Discover now