Bab 64

757 37 0
                                    

>>Sebulan Kemudian

Difa tiba tiba merasakan pusing yang hebat dikepalanya,ia menyandarkan tubuhnya dikepala ranjang sejenak sebelum ia bangkit dari tidurnya. Ia membersihkan tubuhnya berganti pakaian lalu turun ingin memasak sup ayam, entah mengapa pagi ini ia sangat menginginkannya. Isi perutnya seperti diaduk aduk ketika ia mencium aroma bawang ketika sedang meracik bumbu, Mbak Lia asisten rumah tangganya langsung menawarkan bantuan ketika melihat majikannya bolak balik ke kamar mandi.

"Nyonya sedang sakit?" tanya Mbak Mia s3mbari berjalan menghampiri Difa yang terlihat duduk lemah disofa.

"iya mbak mungkin aku masuk angin... tolong buatin aku sup ayam ya mbak aku ingin makan itu pagi ini... aku mau kembali kekamar dulu badanku rasanya lemas sekali"

"iya nyonya... mari saya bantu berdiri"

"trimakasih mbak Lia..."

Difa berjalan tertatih tatih menuju kamarnya, kemudian menjatuhkan tubuhnya begitu saja ketika sampai didekat ranjang hal tersebut membuat seseorang disampinya terbangun.

"Sayang... kamu kenapa? kok pucet banget?"

"gak tau... masuk angin mungkin mas, dari tadi aku muntah terus lemes jadinya..."

"ya sudah kamu istirahat dulu... aku panggilkan dokter kesini ya..."

"iya mas..."

Belum sempat Arga memanggilkan dokter Difa sudah beberapa kali muntah dan berakhir dengan tidak sadarkan diri. Arga yang panik pun menelpon ibu mertuanya menceritakan hal tersebut kepada ibu mertuanya lalu.

"......"
"tenang jangan khawatir Ga, sekarang kamu bikinin istrimu teh mint hangat lalu kamu pergi beli alat tes kehamilan dan nanti langsung pergi kedokter kandungan..."
"......"

"ya... karna itu adalah gejala ibu hamil... jadi kemungkinan besar istrimu hamil"

"......"

Arga menyuruh mbak Lia membuatkan teh hangat kemudian membelikan tes kehamilan. Arga duduk dipinggiran ranjang mengusap usap pipi sang istri sembari menggenggam erat tangannya. Tak lama kemudian mbak Lia datang membawa pesanan yang diminta Arga.

"sayang bangun..." ucap Arga sembari mengusap usap lengan Renata.

"nggggh... mas... aku lapar.... aku mau makan sup ayam..."

"iya iya sebentar, nanti mbak Lia akan antar sup ayamnya kalau sudah datang... sekarang kamu minum teh mint dulu ya biar mualnya hilang habis itu kita ketoilet aku bantu kamu pake ini" Arga mengulurkan sebuah alat tes kehamilan kepada Difa yang membuat Difa membelalakkan mata.

"Mama tadi kasih tahu buat tes dulu sebelum kedokter siapa tahu kamu sedang hamil karena gejala yang kamu alami adalah tanda orang hamil katanya" ucap Arga yang diangguki oleh Difa.

Arga berjalan mondar mandir didepan pintu kamar mandi menunggu kabar dari Difa didalam sana.

ceklek

Sebuah pintu terbuka menanmpilkan wajah sang istri, Arga langsung memberondongnya dengan pertanyaan pertanyaan.

"nih lihat sendiri" Difa mengulurkan sebuah alat tes kehamilan dengan dua garis merah kepada Arga yang membuat Arga mengerutkan dahinya.

"dua garis, ini maksudnya apa sayang?"

"itu artinya aku positif mas..."

"po... po si tif? kamu hamil sayang?" tanya Arga yang dibalas anggukan kecil oleh Difa.

Arga langsung memeluk sang istri dan menghujaninya dengan kecupan kecupan mesra setelah mendapat kabar bahwa sang istri saat ini tengah mengandung anaknya.

♡♡♡♡♡

Hari ini adalah hari terakhir ujian kelulusan yang tandanya usai hari ini akan ada libur panjang. Shafa melangkahkan kaki riang keluar ruangan, ia buru buru berlari kedepan gerbang karena pak Imam sudah menunggunya disana.  Ia tak sabar ingin cepat pulang kerumah mengajak kedua orang tua dan juga adiknya untuk merancang sebuah liburan keluarga.

"Pak Imam langsung pulang ya..."

"iya non..."

"gak jadi deh pak kita mampir dulu makan steak ya pak... yang langganan ayah itu loh pah yang dideket supermarket"

iya non siap..."

Shafa sedang berada disebuah restoran saat ini, ia duduk sendirian dibangku pojok didekat kaca, ini adalah tempat favorit keluarganya karena dari situ mereka dapat liat jalanan kota yang ramai dan bisa melihat deretan rumah dan juga gedung disekitarnya.

Shafa mengedarkan pandangannya atensinya tertuju pada sosok laki laki yang saat ini duduk tak jauh dari bangkunya, Shafa tahu persis itu adalah seseorang yang ia kagumi. Mata Shafa memanas dsn tubuhnya menegang kala ia melihat Sskti merangkul pundak perempuan disampingnya semvari mengacak rambutnya.  Ia langsung berdiri dan pergi meninggalkan tempat tersebut setelah membayar. Shafa berlari melewati Sakti dsn kemudian maduk kedalam mobil ia menahan air matanya agar tidak terjatuh. ia menyuruh Pak Imam segera pergi meninggalkan restoran tersebut. Shafa membuka tasnya mengambil ponsel miliknya menghapus semua yang berbau Sakti diponselnya.

"dasar nyebelin" ucap Shafa sembari mendengus kesal.

Seemntara di Resto tadi Sakti menyadari jika seseorang yang juga ia kagumi berlari dengan wajah sendunya.

"sial... dia pasti salah paham... dia pasti kesel pas lihat gue merangkul pundak tasya..." Sakti mengumpat kesal menyadari hal tersebut.

"kamu kenapa kak?"

"hah engga kok dek... lagi kesel aja inget seseorang hehe" ucap Sakti mengelak.

"oh gitu kirain kenapa... pulang yuk kak nanti dicariin mami kalau kelamaan perginya" ajak Tasya sang adik.

"hemmm... bentar kakak bayar dulu.."

"oke siap bos"

Sakti berjalan menuju kasir kemudian mengajak sang adik untuk pergi meninggalkan restoran. Sakti gak bisa fokus menyetir fikiran Sakti dipenuhi dengan wajah sedih Shafa.

"aku pasti sudah gila karena terus memikirkan gadis cilik itu" batin Sakti sembari mencengkram setir mobil kuat kuat.

♡♡♡♡♡
Suasana rumah yang begitu sepi membuat Renata bosan, ia mencari kesibukan dengan membuat beberapa cookies dan juga memasak beberapa makanan untuk siang dan malam nanti.

"Kafa masih les, Shafa juga pulang telat benar benar sepi dirumah ini tanpa mereka" gumam Renata sembari memasak.

Renata melihat sang putri datang dengan wajah sedihnya, ia sebenarnya penasaran dan ingin bertanya tapi ia memilih menahannya dan memberikan waktu untuk anaknya berfikir.

"kamu kenapa nak? apa yang membuatmu sedih" gumam Renata pelan.

"ahh sebaiknya aku selesaiin masakku dulu dan kasih waktu buat Shafa untuk sendiri"

Usai menyelesaikan masakannya Renata memutuskan untuk kembali ke kamarnya tubuhnya rasanya lelah sekali. Renata membersihkan tubuhnya, mengganti pakaiannya kemudia merebahkan dirinya diatas ranjang sembari menunggu sang suami pulang kerja.

Hai Readers...
Saya ucapkan terimakasih telah meluangkan waktu untuk membaca cerita saya ini, saya mohon bantuan dan dukungannya ya... saya mohon tolong dengan sangat.... tolong tinggalkan jejak usai membaca... cukup dengan kasih vote dan komentar untuk karya saya ini.... saya rasa permintaan saya ini cukup mudah dilakukan ya karena memberi star, vote dan komentar itu tidak dipungut biaya sama sekali... kita win win ya saya mendapatkan vote dan komentar sebagai penyemangat anda mendapatkan sedikit hiburan bisa membaca karya saya ini... ayo jadikan dirimu berguna untuk sesama dengan memberi vote dan komentar pada karya ini agar authornya lebih giat menulis... terimakasih dan sampai jumpa di next capt yah.... :)

My Lovely Angel (TAMAT)Where stories live. Discover now