unpublish part - SoBer

975 105 10
                                    

Malam ini, tepat 3 hari semenjak kematian Mark. Semua kejadian tak disangka yang terjadi malam itu memang tak dapat dengan mudah dilupakan. Meninggalkan trauma tersendiri di hati masing-masing orang yang berada di lokasi.

Salah satunya adalah Jaerin.

Gadis itu tak dapat melupakan bagaimana rumahnya terbakar oleh ulah iblis yang menghuni tubuh Mark. Membuatnya harus menginap di apartemen Irene untuk sementara waktu.

Pembangunan ulang rumahnya membutuhkan waktu paling cepat satu bulan. Dan ia telah memutuskan untuk membangun ulang rumahnya sebagai rumah-toko.

Ia akan mengembangkan usaha roti sekaligus kafe.

Perlu diingat, ia sudah dipecat. Ia butuh pekerjaan lain, dan ia pikir menjadi koki adalah salah satu caranya mencari uang sekaligus menyalurkan hobinya.

Kemarin, Jungwoo mengunjungi apartemen Irene untuk menemui Jaerin. Pria itu menawarkan pada Jaerin untuk menjadi sekretarisnya, sekali lagi.

Namun, gadis itu tahu jika hal itu akan menjadi sia-sia karena hubungan mereka yang sudah tak lagi sama seperti dulu. Pasti akan ada canggung. Apalagi ia pasti akan bertemu dengan Johnny.

Ia tak akan pernah membayangkan canggungnya itu.

Omong-omong, Jungwoo sudah mengetahui semuanya dari Irene. Entah kapan mereka bertemu, Irene menceritakan semuanya dari awal sampai akhir.

Namun, Jaerin sungguh tidak peduli lagi. Ia justru merasa sedikit risih karena Jungwoo menjadi sangat menaruh perhatian semenjak itu. Padahal hubungan mereka sudah lama berakhir.

Malam ini, Jaerin memutuskan untuk mengunjungi rumahnya yang baru memasuki tahap pembangunan. Semua biaya tentu saja menggunakan tabungannya.

Dan tentu saja pada awalnya Jungwoo bersikeras untuk membiayai semua pembangunan itu.

Sungguh, sikap Jungwoo itu justru membuatnya semakin merasa tidak enak. Maksudnya, ayolah. Ia tak bisa menerima itu semua karena hubungan mereka– tidak baik.

Jaerin turun dari mobilnya dan mengamati rumahnya yang baru saja dibersihkan dari sisa-sisa abu. Gadis itu melangkah masuk ke halaman rumahnya.

Meskipun gelap, ia masih dapat melihat sisa-sisa kejadian mengerikan itu. Dan bayang-bayang Mark masih terasa di sana.

Ia menekan dadanya yang tiba-tiba sesak. Bohong jika ia sudah melupakan kesedihannya. Ia tidak dapat melupakan bagaimana raut wajah Mark ketika masuk ke dalam kobaran api kuil. Ia percaya dan yakin, Mark tidak pernah bersalah di sini.

"Aw!"

Suara seorang pria diikuti dengan suara kaleng yang diinjak itu membuat Jaerin menoleh. Ia segera mengambil ponsel di sakunya dan membuka senter dari situ. "Siapa di sana?"

Cahaya yang ia arahkan ke arah suara itu tepat menyinari sosok pria tinggi yang kini tengah berpegangan pada tembok rumahnya. Pria itu menunduk seraya mendesis kuat.

Jaerin mendekati pria itu dengan penuh hati-hati. Pria itu terlihat sedang kesakitan, terlihat ketika pria itu memegang kepalanya.

"Taeyong?" pekiknya ketika cahaya senternya menerpa wajah pria itu.

Taeyong mengernyit menerima cahaya yang terang di wajahnya. Ia tersenyum kecil pada Jaerin kemudian kembali menutup matanya. "Halo," lirihnya dengan nada mengawang.

Aroma khas yang keluar dari mulut Taeyong membuat Jaerin paham.  Taeyong mabuk.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Jaerin masih was-was jika Taeyong melakukan hal yang tidak-tidak.

SCHICKSAL - Lee Taeyong✔Where stories live. Discover now