FOURTEENTH - Cheese Cake

956 170 11
                                    

Kedua mata Jungwoo tak terlepas dari Jaerin yang kini tengah menyantap cheese cake-nya. Ekspresi Jaerin yang nampak begitu menikmati hidangan penutup itu membuatnya tertawa kecil. "Bagaimana rasanya?" tanyanya kemudian.

Jaerin membuka matanya kemudian mengangguk yakin. "Aku suka," jawabnya ringan. Ia lantas menggantungkan pandangannya ke arah luar dengan tatapan menerawang. "Ah, aku rindu membuat kue sendiri."

Jungwoo yang semula sedang menyeruput teh itu mengangkat alisnya. "Kau suka memasak, ya?"

Gadis itu tersenyum seraya menatap ke arah sang lawan bicara. Entah mengapa Jungwoo lebih memilih hanya memesan teh hijau daripada kue di sini. Padahal, ia berani bersumpah kue di sini sangat lezat.

"Dari kecil aku suka melihat ibuku memasak dan tertarik untuk mencoba. Awalnya memang buruk. Aku membakar dapur saat memasak," ceritanya seraya kembali menyantap potongan ke sekian.

Mendengarnya, Jungwoo terbahak. "Astaga, kenapa bisa sampai terbakar?" tanyanya di sela tawanya.

Yang ditertawakan justru menutup wajahnya yang memerah. Sebelumnya ia tak pernah menceritakan hal ini pada siapa pun karena itu adalah hal paling memalukan yang pernah ia perbuat. Dan dengan hal itu, hampir sebulan ibunya mendiamkannya.

"Saat itu aku masih sepuluh tahun. Aku pikir dengan api besar masakan akan cepat matang. Aku tak melihat jika ada kain di sebelahnya. Tanpa sepengetahuanku, api menyambar kain tersebut dan membakar semua isi dapur."

Jungwoo semakin tergelak. Ia tak menyangka jika Jaerin bisa selucu ini. Maksudnya, Jung Jaerin, si sekretaris Johnny yang serius, bisa semenyenangkan ini. "Itu lucu sekali."

Dengan telapak tangannya, ia menutup kedua matanya. "Itu memalukan."

Kedua tangan Jungwoo bertaut di atas meja dan badannya sedikit ia condongkan ke depan. "Ceritakan lebih banyak tentangmu," pintanya dengan sisa-sisa tawanya.

Di hadapannya, Jaerin hanya bisa mengibaskan tangannya untuk menghilangkan panas di wajahnya. Menceritakan pengalaman memalukan ternyata bisa berakibat fatal seperti ini. Ia sangat kikuk untuk membalas tatapan Jungwoo sekarang.

Kedua pundak Jaerin mengendik. "Aku tidak punya cerita lucu lain selain itu. Hidupku sangat datar jika kau ingin tahu."

"Tetap saja aku penasaran."

Ia terdiam sesaat. Bertanya-tanya alasan Jungwoo yang terlihat begitu penasaran dengan kehidupannya. Ia lantas membalikkan pertanyaannya. "Bagaimana jika kau menceritakan tentang dirimu?"

Jungwoo sedikit terkejut dengan jawaban yang ia terima. Tubuhnya tertarik ke belakang hingga menabrak sandaran kursi ketika matanya bergerak asal. "Apa, ya?"

Tak lama setelah berpikir, Jungwoo menjentikkan jarinya di udara. "Aku seorang kakak. Adik perempuanku masih duduk di bangku SMA. Aku tinggal sendiri, meninggalkan rumah orang tuaku semenjak 3 tahun lalu, ketika aku menjabat menjadi direktur."

Tatapan tertarik Jaerin membuatnya tertawa kecil. Membuatnya tergerak untuk menggaruk tengkuknya gugup. "Apa lagi?"

Jaerin bergumam, mencari topik. "Ceritakan tentang bagaimana kau bisa menjadi direktur," ujarnya dengan mata yang berbinar.

Mata Jungwoo keduanya menyipit ketika menatap Jaerin. Dengan tatapan menyelidik, ia mendekatkan wajahnya. "Apa kau juga ingin menjadi petinggi?" selidiknya disertai senyuman misteriusnya.

Dengan santainya, Jaerin melipat kedua tangannya di depan dada, menantang. Dagunya terangkat, memperlihatkan sisi angkuhnya. "Jika kau memberitahuku rahasianya, mungkin aku bisa merebut posisimu atau Johnny," candanya yang langsung disambut kekehan Jungwoo.

SCHICKSAL - Lee Taeyong✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang