THIRTIETH - Terror

809 153 3
                                    

Sesampainya di depan rumahnya, Jaerin buru-buru berhenti. Ia segera membuka kunci pintu dan bagasi mobilnya. "Cepat bawa Mark," ucapnya pada Jaehyun yang langsung keluar dari mobil itu.

Ia menyusul Jaehyun yang sudah membuka pintu bagasi dan menuntun Mark keluar dari tempat sempit itu. Ia menutup mulutnya ketika melihat sosok jangkung Mark nampak sempoyongan keluar dari bagasi. Apa mungkin karena dirinya yang tadi ugal-ugalan?

Dengan cekatan, ia membantu Jaehyun memapah Mark yang pucat itu. "Dia pasti kesulitan bernapas di tempat sesempit itu," gumam Jaehyun seraya menaruh kepala Mark agar bersender di pundaknya.

Benar juga yang dikatakan Jaehyun. Jaerin menggigit bibirnya. Ia tak membayangkan jika perjalanan mereka memakan waktu lebih lama, mungkin Mark sudah pingsan di dalam bagasi.

Usai membuka pintu rumahnya, ia menunjuk sofa ruang tamu "Bawa dia duduk. Aku akan mengambilkan minum," ucapnya kemudian berlari kecil menuju dapur. Selain kehabisan napas, ia yakin jika Mark juga tengah syok saat ini.

"Jaerin, kau sudah pu–"

Jaerin mendongak, lebih tepatnya menatap ke arah gadis yang kini tengah mematung di tengah tangga seraya menatap ke arah ruang tamu. "Hey, Irene. Maafkan aku jika kau terkejut saat ini."

Setelah mengisi penuh gelas dengan air putih, Jaerin segera membawakannya kepada Mark yang kini tengah berusaha mengumpulkan tenaganya. "Minum ini, Mark," titahnya seraya menyerahkan gelas itu ke tangan Jaehyun.

Jaerin menatap khawatir Mark yang kini cukup kesulitan meneguk airnya karena napasnya yang masih tersenggal. Dengan gerakan pelan, ia duduk di samping Mark kemudian mengusap punggung lebar itu, berusaha menenangkan orang yang seharusnya sudah berada di tangan polisi untuk menanggung perbuatannya.

Lagipula, ia tak tahu siapa yang patut disalahkan di sini. Semuanya terlihat tidak ada yang benar.

"Ada apa dengannya?" tanya Irene yang rupanya telah berdiri di hadapan mereka dengan tatapan bingung.

Ia melirik sekilas ke arah Jaehyun untuk meminta persetujuan. Namun, nampaknya Jaehyun masih sibuk mengurus Mark yang sudah mulai tenang itu. Ia menggaruk tengkuknya. "Panjang ceritanya. Nanti akan kuceritakan detailnya."

Mendengarnya, Jaehyun memekik. Ia menatap Jaerin dengan tatapan menuntut. "Apa kau yakin dia bisa dipercaya?" tanyanya dengan suara kecilnya.

Namun, hal itu justru semakin membuat keadaan hati Mark kian buruk. Hal itu sama saja mengingatkannya bahwa dia ini harus dirahasiakan.

Jaerin menatap lamat-lamat Irene yang kini tengah meremas ujung bajunya kemudian menghela napas. "Kau tidak akan menyebarkannya, 'kan?" tanyanya serius.

Irene mendengus kecil. "Menyebarkan pada siapa? Aku tidak punya teman," jawabnya disertai tawa sumbangnya. Ia terlihat semakin menyedihkan, bukan?

Gadis itu hendak berbalik menuju dapur. Membiarkan mereka menyelesaikan urusan yang belum ia ketahui itu. Namun, tepat sebelum dirinya membalikkan tubuhnya, kedua matanya terpaku ke luar jendela di belakang Jaerin.

Tak terlalu jelas. Tetapi, ia bisa mengetahui bahwa di balik pohon di luar sana terdapat tiga bayangan hitam yang mengawasi rumah itu. Ia mengernyit. Menggosok matanya, berharap itu hanya efek dirinya yang terlalu banyak membuka ponsel.

Tetapi tidak. Bayangan itu justru semakin terlihat jelas. Bahkan terlihat semakin mendekat. Saat itu lah ia sadar jika ketiga sosok itu melayang dengan kecepatan penuh, hendak menerjang jendela di depannya.

Kedua matanya membulat. Jika memang benar perkiraannya, Jaerin akan menjadi korban di sini karena dirinya lah yang berada tepat di depan jendela. Dan yang lebih membuatnya panik adalah ketika tiga pasang mata merah itu memancarkan energi jahat ke arah jendela. Jaerin dalam bahaya.

"Astaga! Jaerin, awas!"

Prang!

Belum sempat Jaerin menyadari seruan dan tarikan cepat Irene, kaca jendela di belakangnya menimbulkan suara yang keras. Serpihan-serpihan kecil kaca juga berceceran di tempat dirinya duduk tadi. Jika ia tak menyingkir, mungkin serpihan itu sudah menancap di kepalanya.

Ia menatap ngeri ke arah jendela dibelakangnya yang sudah pecah itu. "A-apa itu tadi?" tanyanya dengan suara bergetar seraya menatap ke arah Irene yang juga menampakkan wajah ngerinya.

Berbeda dengan Jaerin, Irene, dan Jaehyun yang sedang menerka-nerka, Mark terlihat melonjak gembira dari duduknya ketika menoleh ke arah jendela. "Teman-teman!" serunya kemudian berlari cepat keluar.

Jaehyun yang menyadarinya segera bangkit dan mengejar Mark yang berlari menuju jalan. Pria itu bahkan tak memedulikan kakinya yang tanpa alas kaki itu mulai merasakan sakit ketika menginjak bebatuan kecil di pelataran rumah Jaerin.

Semua itu berlangsung begitu cepat. Termasuk saat ia menyadari dari arah kiri terlihat sebuah mobil berkecepatan tinggi melaju ke arah Mark yang juga tengah melaju ke arah jalan.

"Mark, tunggu!"

Ciit!



























TBC

Obviously, this is Markeuri when he sees 'them'

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Obviously, this is Markeuri when he sees 'them'.

SCHICKSAL - Lee Taeyong✔Where stories live. Discover now