SIXTY SECOND - Start

671 137 4
                                    

Jaehyun menatap tajam Haechan yang baru saja keluar dari sebuah taksi yang berhenti di depan gereja. Penampilan Haechan yang masih memakai seragam kuningnya itu semakin memperburuk suasana hatinya.

"Haechan, sudah aku bilang tidak perlu sampai membolos, 'kan?"

Hardikan Jaehyun tak membuat Haechan gentar dan melangkah mundur. Remaja itu justru melangkah yakin mendekati Jaehyun, Taeyong, dan Jaerin di depan pintu pastoran.

"Jaehyun."

Taeyong menahan Jaehyun yang hendak mengeluarkan protesannya pada Haechan. Pria itu tak tega saat melihat keringat memenuhi pelipis Haechan. Ia tahu betapa besar niat Haechan membantu Mark.

Haechan mengatur napasnya yang memburu. Balik menatap Jaehyun dengan tatapan yakinnya. "Aku hanya ingin membantu Mark. Dia sahabatku, sampai kapan pun tak akan pernah berubah."

Mendengar kalimat tulus yang keluar dari mulut Haechan membuat Jaerin mengangkat kepalanya. Ia bisa merasakan sebuah ketulusan seorang sahabat dari bibir tipis Haechan. Tanpa sadar, ia tersenyum tipis.

"Kalian sudah datang?"

Suara berat di belakang membuat mereka membalikkan tubuh. Pastor Samuel terlihat berdiri gagah dengan kasulanya. Terlihat sangat siap untuk melakukan ritual yang pernah ia bicarakan.









***





'Caranya adalah dengan berdoa di tempat suci dengan bergandengan tangan. Ini bisa dibilang berperang dalam doa. Selama berdoa, tidak boleh ada yang membuka mata karena dengan dimulainya ritual doa ini, maka sama saja kalian meniup terompet perang. Iblis-iblis akan datang untuk menggoda dan membuat kita membuka mata.

'Hanya terdapat dua kali kesempatan dan saat kita membuka mata dan melihat iblis itu, maka satu kesempatan telah terbuang.

'Mark saat ini sudah tidak bersama kita. Oleh karena itu, harus ada yang bertugas untuk menjemputnya. Selama doa berlangsung, sang penjemput harus berhasil membawa kembali Mark sebelum iblis-iblis itu menyelesaikan ritual mereka. Ritual itu akan menjadikan Mark salah satu dari tiga hantu yang selama ini Mark pikir adalah temannya. Dan jika itu berhasil, saat itu lah mereka bersama Mark akan mencari lebih banyak korban. Tetapi, jika kita berhasil mematahkan usaha iblis dalam mengambil alih tubuh Mark, maka pencarian korban baru juga akan berhenti.'

Jaerin menghela napas. Perkataan Pastor Samuel tak dapat berhenti terngiang di kepalanya. Tidak, ia sama sekali tidak takut menerima konsekuensi seberat apapun, bahkan jika itu adalah kematian.

Ia lebih takut jika misinya menjemput Mark ini gagal.

Ia bukannya tidak percaya pada Pastor Samuel, Jaehyun, dan Haechan yang tinggal di gereja untuk melakukan doa. Ia pikir akan ada dua tangan berbeda yang saat ini tengah bekerja. Yang satu menghambat usaha iblis dengan doa, dan yang satu melakukan aksi penyelamatan.

Ia hanya takut jika dirinya lengah saat melakukan aksi.

"Jaerin?"

Ia berjenggit saat suara berat Taeyong menginterupsi lamunannya. Dengan perlahan, ia menoleh ke arah Taeyong yang duduk di kursi kemudi.

"Ah, ya? Apa yang kau katakan tadi?"

Taeyong terlihat mendengus kecil sebelum kemudian mengambil tangan Jaerin untuk ia genggam. Alisnya menyatu, tanda bahwa ia tengah serius saat ini.

"Jika tidak siap, kau tidak perlu ikut. Biar aku saja yang menemani Mark," ujarnya tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan di depannya.

Mereka tengah menuju ke kuil saat ini. Beruntung bagi mereka karena jalanan sungguh sangat sepi saat ini. Seolah-olah semesta mendukung aksi penyelamatan mereka.

SCHICKSAL - Lee Taeyong✔Where stories live. Discover now