NINTH - Direktur Kim

1K 199 7
                                    

Jaerin menghela napas lega ketika pekerjaannya telah usai. Setelah meregangkan otot-ototnya, ia bangkit dari kursinya. Sebenarnya Johnny telah menyuruhnya pulang sejak setengah jam yang lalu. Tetapi, ia memutuskan untuk menyelesaikan tugasnya hari ini juga. Ia terlalu malas untuk meluangkan jam istirahat malamnya untuk urusan pekerjaan.

Lagipula Taeyong meminta untuk bertemu pukul 6 sore, satu jam setelah jam kerjanya habis.

Di tengah-tengah perjalanan menuju basement, ia kembali berpikir, mengapa Taeyong memintanya untuk bertemu secara pribadi. Pria itu seolah-olah memastikan Mark tidak boleh mengerti apa yang akan dibicarakan olehnya. Hal itu pula yang menurutnya membuat Taeyong tadi pagi bungkam sepanjang sarapan.

Omong-omong soal kejadian pagi ini, ia jadi teringat akan tiga sosok misterius yang yang mengganggu Mark. Ia bahkan tak paham termasuk jenis apakah mereka. Mungkin hanya arwah atau bisa juga iblis.

Dan jika ia ingat-ingat lagi, wajah-wajah itu sama dengan wajah yang ia lihat saat kecelakaan lift. Meskipun berpenampilan berbeda, wajah mereka sungguh tidak asing baginya. Pantas saja ia merasa familiar dengan rupa mereka.

Untuk saat ini ia dapat menyimpulkan jika sosok yang selama ini mengikuti Mark adalah dua laki-laki dan satu perempuan. Sama persis dengan apa yang digambarkan oleh Mark malam itu. Mengingatnya, ia meringis. Kenapa pula ia bisa terlibat dengan hal mengerikan seperti ini?

"Jung Jaerin!"

Pekikan pria yang menggema ketika ia tiba di basement, membuatnya berjenggit kaget. Dengan takut-takut ia menoleh ke belakang. Bagaimana jika hanya dengan memikirkan sosok-sosok misterius itu membuat mereka terpanggil?

Namun, ia mendesah lega ketika yang ia dapati adalah wajah sumringah Jungwoo yang tengah menghampirinya. "Ternyata Anda, Direktur Kim," lirihnya seraya menyentuh dadanya yang bergemuruh cepat akibat pekikan itu lantas membungkuk memberi hormat.

Mengerti kondisi Jaerin membuat Jungwoo hanya bisa terkekeh. Ia lantas menyodorkan segelas kopi ke arah Jaerin. "Kopi?" tawarnya masih dengan senyum ramahnya.

Dengan senang hati, Jaerin menerima ulungan kopi dari tangan Jungwoo. "Terima kasih, Direktur Kim," ucapnya tulus. Lantas kembali melanjutkan, "Dan terima kasih juga untuk tumpangannya tadi pagi."

Tangan Jungwoo mengibas di udara. "No problem." Pria itu menyandarkan tubuhnya di mobil di belakangnya tanpa mengalihkan pandangannya pada Jaerin yang masih nampak sungkan padanya. Membuatnya mendengus kecil dan menyeruput kopi hangatnya.

Seraya memutar-mutar gelas di tangannya, Jaerin memberanikan diri untuk menatap lurus ke arah Jungwoo. "Direktur Kim, apa kau tidak pulang?" tanyanya.

Ya, ia cukup heran dengan perlakuan Jungwoo yang akhir-akhir ini peduli padanya. Entah dirinya saja yang merasa terlalu percaya diri atau memang seperti itu keadaannya, ia juga tidak terlalu peduli–

"Aku menunggumu."

Tubuh Jaerin membeku mendengar kalimat pendek itu. Kedua alis Jaerin terangkat. "Menunggu saya? Tetapi, mengapa?" Tidak. Ia tidak mau terlalu percaya diri.

Jungwoo tersenyum tipis menanggapi reaksi Jaerin yang menurutnya cukup menggemaskan. Jika saat tangan kirinya tidak ia masukkan ke saku celananya, mungkin ia sudah mencubit pipi tirus Jaerin.

"Ada toko kue baru di dekat jembatan. Kau mau mencobanya?" tawarnya kemudian menggigit bibir bawahnya. Sangat berharap Jaerin tak menolak ajakannya.

Sekilas, Jaerin menatap ke arah jam tangannya lanyas tersenyum pahit. Hampir pukul enam sore. "I'd love to. Tetapi, maaf, saya mempunyai janji dengan teman saya hari ini."

Jungwoo sedikit kecewa. Pria itu mengerucutkan bibirnya tanpa sekali pun melempar pandangannya dari Jaerin. "Sayang sekali." Ia tersenyum tipis kala Jaerin diam-diam menggumamkan kata maaf berkali-kali. Sangat menggemaskan!

Tanpa bisa dicegah lagi, tangan kiri Jungwoo kini mendarat ke atas kepala Jaerin dan mengusaknya lembut. "Jika ada waktu, maukah kau menemaniku?" tanyanya dengan lembut, seolah-olah ia sedang berbicara dengan anak kecil yang sedang merajuk.

Yang diperlakukan seperti itu justru hanya bisa membeku di tempatnya. Hal yang seharusnya membuat suasana hangat itu justru membuatnya semakin canggung berhadapan dengan Jungwoo. "Kenapa harus saya?" tanyanya sedikit terbata.

Pundak Jungwoo terangkat sekali. "Hanya ingin." Kemudian pria itu terkekeh, sekali lagi menampilkan wajah manisnya pada Jaerin yang masih menata suasana hatinya yang sedikit kaku.

"Kalau begitu, pergilah. Kau pasti sudah ditunggu. Kita bisa pergi lain kali," putusnya seraya menyandarkan kembali punggungnya ke mobil.

"Benar." Jaerin menunduk dalam untuk memberi hormat sekaligus memutus kontak mata dengan Jungwoo. Gadis itu tersenyum simpul pada Jungwoo yang sialnya masih menatapnya. Ia jadi curiga ada sesuatu yang aneh di wajahnya yang membuat Jungwoo tak berniat memalingkan pendangan darinya.

"Sampai jumpa, Direktur Kim."

Jungwoo tak dapat menahan senyuman lebarnya kala punggung mungil Jaerin nampak menjauhinya. Dalam hati, ia merasa sangat penuh. Entah lah, hanya dengan melihat wajah Jaerin membuatnya bersemangat disaat dirinya seharusnya merasa penat akibat pekerjaan.

"Hati-hati di jalan, Jung Jaerin!" serunya ketika mobil Jaerin beranjak meninggalkan tempat parkirnya.

Direktur Kim Jungwoo sedang jatuh cinta?























TBC

TBC

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
SCHICKSAL - Lee Taeyong✔Where stories live. Discover now