SIXTY THIRD - Prayers

622 130 15
                                    

Taman belakang gereja telah berubah menjadi taman doa sejak beberapa menit yang lalu. Taman yang biasanya dikagumi karena keasriannya kini tertutup untuk kepentingan doa.

Pastor Samuel menutup taman dan memastikan tidak ada seorang pun yang masuk ke sana.

Di tengah taman, tepatnya di samping air mancur, Pastor Samuel bersama dengan Jaehyun dan Haechan terlihat tengah duduk melingkar dengan tangan saling bertautan. Ketiganya kompak menutup mata dan merapalkan doa yang dipimpin oleh sang pastor untuk mendampingi kepergian Taeyong dan Jaerin dalam misi menyelamatkan Mark.

Suasana di sana kian mencekam saat tiba-tiba angin menerpa mereka kuat.

Sudah dimulai.

Pastor Samuel mengeratkan pegangannya pada tangan Haechan dan Jaehyun. Tanpa diminta pun, ia yakin kedua pria itu paham dengan situasi yang terjadi. Ia berharap mereka tidak lupa aturan mainnya; jangan membuka mata apapun yang terjadi.

"Allah Bapa, lindungi lah kami." 

Suhu di taman tiba-tiba turun sangat drastis. Tanpa perlu melihat, Pastor Samuel bisa merasakan kehadiran makhluk lain ke taman itu untuk menghancurkan doa mereka.

"Santo–"

"Haechan."

Ucapan Haechan tersendat kala telinganya menangkap suara seorang gadis di sampingnya. Suara itu sangat familiar di telinganya. Ia yakin sekali itu adalah suara milik Yerim.

Ya, Yerim bersama mereka!

"Lee Haechan, apa kau melupakan suaraku?"

Saat hendak menjawab pertanyaan yang diajukan gadis di sampingnya itu, ia merasakan genggaman Pastor Samuel menguat. Alisnya berkerut.

"Haechan, fokus," gumam Pastor Samuel sebelum kembali melanjutkan doanya yang terputus. Ia tahu dan ia paham tidak ada yang datang ke sana kecuali mereka dan iblis pengganggu.

Napas Haechan memburu. Ia tidak lupa peringatan Pastor Samuel tentang membuka mata. Tetapi, suara itu terdengar nyata sama seperti Yerim.

"Haechan, aku Yerim. Aku di sini, Haechan."

Ia berusaha mengabaikan suara-suara itu dan melanjutkan doanya. Kepalanya menunduk dalam, berusaha menutup telinganya dengan pundaknya. Namun, justru yang ia rasakan adalah belaian lembut di punggungnya. Napasnya tertahan, belaian itu terasa sangat panas.

"Aku tahu apa yang terjadi padamu. Keluargamu hancur. Ayah dan ibumu bercerai. Kau tinggal bersama ibumu yang sakit-sakitan itu dan kau yang menjadi tulang punggung keluarga dengan menjadi petugas kasir mini market. Aku tahu."

Rahangnya menguat mendengar bisikan di depan telinganya. Diingatkan tentang permasalahan keluarganya membuat hatinya memburuk.

"Kutukan itu benar ada, Haechan. Berhenti sekarang juga atau kutukan lain akan datang padamu."

Tenggorokan Haechan tercekat.

Kutukan. Ya, ia pernah dengar mengenai kutukan itu. Kutukan yang akan diterima setiap orang jika berusaha mengusik sekte setan itu. Perlahan ia merasakan tangannya sendiri mengendurkan genggamannya.

SCHICKSAL - Lee Taeyong✔Where stories live. Discover now