SIXTY FIFTH - Finish Line

656 130 14
                                    

"J-Jaehyun?"

Suara seorang wanita membuat Jaehyun mendongakkan kepalanya. Kedua matanya membulat seolah ia mendapatkan sebuah harapan saat dirinya hampir putus asa akan ritual yang gagal itu.

Ia bangkit dari duduknya dan menghampiri gadis yang masih terpaku di tempatnya. "Irene? Bagaimana kau tahu–"

"Tidak perlu bertanya," putusnya. Gadis itu masih terlihat kikuk di depan Jaehyun. Ia terlihat menelanjangi area taman belakang gereja sebelum kemudian bertanya, "Dimana Jaerin?"

"I– itu."

Oh, tidak. Pasti penglihatan Irene benar. Satu hal yang membuat Irene datang ke sana adalah karena ia mendapat penglihatan bahwa Jaerin sedang dalam bahaya. Dan, sepertinya penglihatannya tidak salah.

"Apa masih berkaitan dengan Mark?" tanyanya dengan kedua mata menyipit.

Dengan lemah, Jaehyun mengangguk. Ia tak pernah tahu jika hal ritual ini akan gagal dan kemungkinan Jaerin, Taeyong, dan Mark selamat pasti sangat kecil. Pria itu mengusap wajahnya gusar tanpa menyadari Irene mulai berlari masuk ke area taman yang pagarnya sudah dikunci oleh Jaehyun.

Jaehyun tersentak saat Irene benar-benar masuk ke taman yang baginya begitu mengerikan itu.

"Irene, tunggu!" serunya seraya mengejar gadis itu.

Sesampainya di dalam taman yang sangat berantakan itu, ia menghela napas. Irene terlihat mematung di depan tubuh Pastor Samuel. Cukup jauh di depan, tubuh Haechan juga terlihat tergolek tak berdaya.

"Seharusnya kau tidak melihat ini," cicitnya saat ia tiba di belakang Irene.

"Kita lanjutkan ritualnya."

Suara Irene nampak dingin dan tegas. Sungguh sangat berbeda dari kepribadian Irene yang dulunya begitu canggung di hadapan orang asing.

Jaehyun mengerutkan kening. Maksudnya, bagaimana bisa gadis itu tahu jika mereka melakukan 'ritual'.

"Kau tahu ritual ini?"

"Aku pernah bertemu Pastor Samuel saat di Perancis. Dia mengajariku beberapa hal termasuk ritual doa ini."

Gadis itu bergerak melucuti jubah dan kalung tahbisan milik Pastor Samuel dan memberikannya pada Jaehyun. "Pimpin ritualnya," ujarnya serius.

Pria yang disodori pakaian kehormatan sang pastor itu awalnya mematung. Kedua matanya berkedip cepat untuk mencerna yang terjadi di hadapannya. "A– apa? Aku tidak tahu apapun. Kenapa tidak kau saja?" jawabnya dengan gelagapan.

Ya, yang benar saja!

Irene menghela napas panjang sebelum kemudian bergerak cepat memasangkan jubah putih itu ke tubuh jangkung Jaehyun. Ia cukup kesulitan karena, sungguh, Jaehyun sangat lah tinggi.

"Posisi pemimpin ritual ini hanya boleh ditanggung oleh pria. Lakukan saja apa yang Pastor Samuel lakukan tadi."

Sentuhan terakhir, ia mengalungkan kalung tahbisan itu dan menepuk bandulnya. "Kita mulai."

"Irene, kau gila?" jerit Jaehyun. Saat ini ia benar-benar terlihat sebagai pastor sungguhan.

Tetapi, bukan ini yang ia permasalahkan, melainkan menjadi pemimpin ritual doa. Ia bisa lihat tadi bagaimana mudahnya sang iblis membunuh sang pastor yang memimpin ritual.

Kepala Irene menoleh, menampilkan kedua mata yang sarat akan ketakutan. "Aku lebih gila jika membiarkan Jaerin mati konyol oleh iblis-iblis itu." Ia membalas juga dengan nada yang tinggi. "Ku harap kau juga tidak gila membiarkan Taeyong dan Mark tidak selamat."

SCHICKSAL - Lee Taeyong✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang