FOURTY EIGHTH - The Night

688 130 6
                                    


T

aeyong mengernyit. Seluruh keningnya dipenuhi oleh titik-titik peluh. Tubuhnya bergerak resah di atas ranjang. Matanya yang memejam erat itu tak dapat terbuka meskipun sang pemilik sudah meronta.

"Hyung, tolong!"

Suara Mark terus terngiang di telinganya. Bayang-bayang Mark yang tersiksa membuatnya kembali merasa resah. Ia bermimpi buruk!

"Hyung!"

"Mark!" serunya. Tubuhnya tersentak hingga bangkit terduduk. Napasnya benar-benar tak beraturan. Ia mendengus seraya menyeka keringat di wajahnya. Mengapa mimpinya terasa sangat mengerikan dan nyata?

Duk! Duk!

Taeyong menoleh ke arah pintu kamarnya. Suaranya seperti ketukan bertempo pelan namun suaranya begitu kuat. Tidak mungkin Mark mengetuk pintunya. Jika ia ingin, sudah pasti Mark masuk kamarnya tanpa mengetuk. Lalu, siapa?

Dengan langkah hati-hati, ia mendekati pintunya. Ia perlahan membuka pintunya dan langsung terkejut saat mendapati sosok Mark yang tengah menunduk di hadapannya. Tanpa ia perlu berpikir keras, ia tahu jika Mark mengetuk pintunya dengan kepalanya itu.

Ia segera menangkap tubuh Mark yang terhuyung ke depan. "Mark, apa yang kau lakukan malam-malam?" tanyanya seraya merangkul tubuh Mark yang cukup berat untuknya. Ditatapnya Mark yang masih memejamkan mata itu. "Tidur berjalan lagi, ya? Bukan kah kau bilang sudah lama tidak mengalami tidur berjalan lagi?"

Ketika ia hendak memapah Mark kembali ke kamarnya, tiba-tiba tubuh itu menegak. Kedua tangannya menggapai pundaknya dengan kedua mata yang masih tertutup. "Hyung, tolong," racaunya.

Tubuh Taeyong mematung. Suara dan adegan ini sudah ia lihat di mimpinya tadi. Sama persis. Mendadak badannya bergetar. Ini cukup mengerikan. "Y-ya?"

Cengkeraman tangan Mark kian kuat di pundak Taeyong. Bahkan membuat Taeyong meringis kesakitan. Sungguh, kekuatan cengkeraman ini tidak manusiawi. Ia bahkan merasakan kuku-kuku Mark hampir menembus ke kulitnya.

"Hyung, tolong!" Seruan Mark semakin kuat.

Taeyong berusaha melawan kekuatan Mark dengan menepis tangan Mark. Namun, kekuatan tangan Mark tidak main-main. Pembuluh darah Mark sampai terlihat menonjol, tidak seperti biasanya. "Mark, sadarlah!"

Kedua mata Mark terbuka lebar, sesuai dengan jeritan Taeyong. Namun, kedua mata itu sepenuhnya menghitam. "Hyung!" jeritnya sekeras mungkin di depan wajah Taeyong.

Wajahnya benar-benar menyiratkan ketakutan tetapi tidak dengan kedua matanya.

Melihat pemandangan semengerikan itu di depannya membuat Taeyong semakin gentar. Ia yakin di depannya ini bukan lah Mark. Kalau pun itu memang Mark, untuk apa pula remaja itu mengusik tidurnya hanya untuk menakutinya seperti ini.

Entah ia merasa beruntung atau tidak saat kesadarannya dicabut tepat ketika ia melihat sebuah kabut hitam keluar dari ubun-ubun Mark dan menerjangnya. Ia pingsan.















***













Samar-samar, Taeyong merasakan pundaknya disentuh oleh cairan dingin. Luka yang ia dapat di pundak itu tentu saja mengirimkan impuls sakit yang membuatnya mengernyit dan mendesis. Perlahan, ia buka kelopak matanya.

"Hyung, kau sudah sadar?"

Langit-langit ruang tamu menyambut pandangan pertamanya. Ia menoleh ke samping, tepatnya ke arah suara yang menyambutnya pertama kali.

SCHICKSAL - Lee Taeyong✔Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum