FOURTY THIRD - Contradiction

743 147 12
                                    

Hadudududu kalian ternyata anarkis juga ya.. Jangan santet aku🙏🙏


Mereka tiba di taman, sangat sepi karena ini bukan jam untuk beristirahat. Sebagian besar orang pasti sedang sekolah atau bekerja, sehingga hanya dua tiga orang saja yang berada di taman itu. Itu pun mungkin hanya lewat saja, tidak berhenti untuk mengamati rindangnya pohon dan kicau burung.

Dan sesepi itu pula kencan pertama Jungwoo dan Jaerin. Keduanya hanya berjalan pelan menyusuri jalan setapak, sesekali mengalihkan pandangan ke arah lain. Sangat kaku.

Merasakan hal itu, Jungwoo terkekeh. Ia mendekatkan diri ke Jaerin yang selama ini menjaga jarak darinya. "Kenapa diam saja? Apa aku mengencani patung?" tanyanya di sela kekehannya.

Yang ditanya seperti itu sedikit terkejut. Gadis itu menunduk, ia malu pada dirinya sendiri yang sangat amatir dalam hal berkencan. "Maafkan aku. Aku benar-benar tidak tahu apa yang harus kulakukan," cicitnya seraya memilin ujung jaketnya.

Jungwoo menghela napas. Lagi-lagi merasa gemas dengan Jaerin yang polos itu. Sejujurnya ia bersyukur setelah mengetahui dia adalah pria pertama yang menjadi kekasih Jaerin. Betapa beruntungnya ia.

"Seingatku aku menyatakan perasaanku pada Jung Jaerin. Kau bukan Jung Jaerin jika terus diam seperti ini. Yang kuinginkan adalah dirimu." Tangannya bergerak untuk mengusak puncak kepala Jaerin.

"Aku takut membuatmu tak nyaman dengan tindakanku."

Jungwoo berhenti di depan Jaerin, membuat gadis itu mengerem langkahnya dan mendongak. Ia berdecak saat mendapati wajah penuh rasa bersalah Jaerin. "Jangan berusaha menjadi orang lain untuk membuatku nyaman. Just be yourself. I love Jung Jaerin, bukan Jaerin yang berusaha menjadi orang lain."

Tangan kirinya kemudian terulur ke depan. "Genggam tanganku," titahnya pada Jaerin.

Gadis itu menatap ragu tangan besar milik Jungwoo. Haruskah ia menggenggamnya? Bagaimana jika tangannya terlalu kasar di tangan Jungwoo? Bagaimana jika jarinya bergetar saat menggenggam tangan lembut itu?

Just be myself.

Dengan penuh pertimbangan, akhirnya ia meraih tangan itu dengan tangan kanannya. Sesuai ekspektasinya, tangan Jungwoo benar-benar lembut di atas kulitnya.

Senyum hangat Jungwoo kembali terukir. Pria itu menggenggam lembut tangan yang lebih kecil darinya itu. "Nice. Sekarang tarik aku kemana pun kau ingin membawaku," ujarnya lagi.

Jaerin terdiam. Menatap penuh arti Jungwoo yang begitu manis di depannya. Pria itu benar-benar penyabar. Bahkan ia mau menuntunnya yang tidak tahu apa-apa itu. Ia tak membayangkan jika itu bukan Jungwoo.

Mungkin ini adalah jodohnya?

Ia merinding sendiri membayangkannya. Tapi, bagaimana juga jika bukan Jungwoo? Mungkin ia berakhir menjadi istri kedua Johnny. Atau bisa jadi kelak suaminya adalah orang yang tak terduga seperti-

-Lee Taeyong?

"Jaerin?"

Ia tertampar kembali ke dunia nyata. Di hadapannya, Jungwoo menunggu keputusannya. Benar, ia bahkan tak berpikir tujuan yang akan mereka datangi, tetapi memikirkan siapa jodohnya.

Setelah berpikir beberapa lama, ia membulatkan matanya. "Toko bahan kue," pekiknya. Sudah lama ia tak membuat kue. Sepertinya kegiatannya bersama Taeyong, Mark, dan Jaehyun membuatnya lupa jika ia memiliki hobi memasak.

Kedua alis Jungwoo terangkat. "Ya?" Baru kali ini ia menemukan gadis yang memilih toko bahan kue sebagai tempat kencan pertama mereka. Ia membayangkan, apakah ia hanya akan melihat tepung dan vanili di kencan pertamanya?

SCHICKSAL - Lee Taeyong✔Where stories live. Discover now