EIGHTH - Disturbance

1.1K 202 3
                                    

Pagi ini, ia disambut oleh pemandangan damai dari Taeyong dan Mark yang tengah tertidur di ruang tamunya. Mark di sofa panjang sedangkan Taeyong bergelung di sofa tunggal.

Semalam sepertinya mereka kelelahan karena permainan catur. Seingatnya Mark merajuk karena kekalahannya hingga ketiduran.

Untuk Taeyong, ia bahkan tak mengerti sejak kapan pria itu bisa tertidur di saat dirinya masuk ke kamar untuk mengambil laptop-nya demi laporan yang tertunda karena kecelakaan kemarin. Niat awal, ia ingin mengerjakan di luar bersama dengan Taeyong yang masih berjaga. Jaga-jaga jika dirinya mengantuk dan ketiduran juga.

Kini, ia memutuskan untuk memasak sarapan untuk Taeyong dan Mark. Yeah, meskipun ia sedikit jengkel dengan mereka, ia bahkan tak sampai hati membiarkan mereka kelaparan di pagi hari.

"Maaf, semalam ketiduran."

Suara serak di belakangnya membuat Jaerin sempat berjenggit kaget. Sosok Taeyong yang tengah mengucek matanya membuatnya mendesah lega. Paling tidak yang berbicara tadi bukan lah salah satu sosok hantu usil yang sering menjahilinya.

Jaerin kembali berbalik untuk mematikan kompor. Seraya menuangkan sup ayam di atas mangkuk besar, ia mengibaskan tangannya. "Nevermind. Aku juga tidak tega membangunkan kalian," ujarnya.

Taeyong berjalan mendekati Jaerin. Menatap asap dari panci yang mengantarkan aroma menggoda dan praktis membuat perutnya terasa kosong. "Kau memasak untuk kami?" tanyanya setelah menyadari porsi sup yang dibuat oleh Jaerin cukup banyak jika untuk dimakan sendiri.

Tanpa mengindahkan wajah Taeyong yang begitu tergoda dengan masakannya itu, Jaerin beralih menuju tempat cuci piring. Mengisi panci dengan air sebelum kemudian dengan cepat memakai sarung tangan plastiknya. "Lalu, untuk siapa lagi?"

Taeyong masih punya hati. Melihat Jaerin yang sudah repot-repot menjamunya dan Mark dari semalam, ia menjadi tergerak untuk membantu–setidaknya meringankan pekerjaan Jaerin. "Perlu kubantu?" tawarnya seraya menghalangi Jaerin untuk memakai sarung tangan satunya.

Namun, yang ia dapati justru Jaerin yang menggeram kesal. "Tidak perlu. Lebih baik sekarang kau mencuci wajahmu lalu sarapan. Aku yang akan membangunkan Mark," tolak Jaerin dingin seraya merebut sarung tangan plastik dari tangan Taeyong.

Pria dengan rambut yang masih acak-acakan itu mendengus. Setidaknya ia sudah memiliki niatan baik, tetapi mengapa ia menjadi kesal begini? "Terima kasih, Jaerin," ujarnya cepat sebelum melesat ke kamar mandi.

Seraya menggosok pantat panci, Jaerin berseru pada Taeyong yang baru saja menutup pintu kamar mandi. "Simpan ucapan terima kasihmu sampai urusanku dengan kalian selesai." Kemudian dirinya mendecih saat Taeyong berdeham keras menanggapi perkataannya.

Setelah menyelesaikan urusannya dengan panci dan beberapa alat masak lainnya, Jaerin melepaskan sarung tangan plastiknya. Entah mengapa, hari ini ia merasakan paginya begitu berisi semenjak dirinya memutuskan untuk hidup sendiri. Ia jadi merindukan rumah orang tuanya di Incheon.

Saat ini, ia akan membangunkan Mark. Sama seperti kebiasaan di rumah lamanya membangunkan adiknya yang juga seumuran dengan Mark. Huh, sepertinya dia harus mengunjungi keluarganya akhir pekan ini.

"Mark–"

Kerongkongannya tercekat. Di hadapannya, ia melihat Mark yang sialnya dengan posisi yang tidak sewajarnya.

Mark melayang.

Tidak, ia tidak melayang karena mau, tetapi karena tarikan sesosok yang menyerupai pria bertubuh besar yang juga tengah melayang. Dan yang membuatnya panik bukan main di sini adalah sosok itu menarik bagian leher Mark yang membuat pria itu tersedak-sedak.

SCHICKSAL - Lee Taeyong✔Where stories live. Discover now