FIFTY SECOND - Kuil

678 135 13
                                    

"Taeyong dan Mark sepertinya menghilang, Jaerin."

Begitu lah yang ia dengar saat ia menerima telepon dari Jaehyun saat dirinya hendak berkemas pulang. Ia tak percaya bila masalah baru datang padanya secepat ini. Ia hanya butuh menenangkan diri. Namun, sepertinya tidak akan pernah ia dapatkan semudah itu.

Seluruh kepalanya dipenuhi oleh pikiran-pikiran negatif saat Jaehyun menyebutkan bahwa Taeyong mengiriminya pesan bahwa ia dan Mark pergi ke Gereja. Firasatnya mengatakan keduanya sama sekali tak ke Gereja.

Ia segera menghentikan sebuah taksi setelah dirinya berlari seperti orang kesetanan menuju jalan besar. Tak lagi ia memedulikan Jungwoo yang mungkin akan marah lagi karena dirinya tidak memberitahu bila akan pulang cepat.

"Ke klin- ah, tidak! Ke SOPA, ya, SOPA saja. Cepat, ya, Pak," ujarnya saat dirinya sudah berada di dalam taksi.

Ia membutuhkan bantuan Haechan.










***









Jaehyun menatap Jaerin yang duduk di bangku penumpang di sampingnya penuh tanda tanya. Baru saja ia datang ke klinik bersama dengan seorang anak SMA yang bahkan tak pernah ia kenal. Gadis itu bilang jika anak SMA itu adalah satu-satunya teman Mark yang bisa membantu mereka.

"Kita kemana, Jaerin?" tanyanya pada Jaerin yang sedang memasang sabuk pengamannya. Terlihat sekali jika gadis itu terburu-buru dan tak sempat memperhatikan rambutnya yang sedikit acak-acakkan.

"Kau bilang mereka ke Gereja, 'kan?" Jaerin kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Haechan yang nampak begitu cemas di kursi belakang.

Keringat membasahi kening Haechan. Ia sama sekali tak pernah bermimpi akan kembali berurusan dengan Mark. Dan lagi, Jaerin memaksanya untuk menunjukkan jalan menuju kuil setan yang ia maksud malam itu.

Oh, ia sangat takut dengan tempat itu.

"Iya. Tetapi aku bahkan tidak tahu Gereja mana yang dimaksud," ujar Jaehyun kemudian ikut menatap Haechan yang kini tengah menatap keluar jendela dengan sikap was-was. Suasana apalagi ini? Kenapa begitu tegang.

Jaerin segera menggeleng. Ditatapnya penuh keseriusan mata Jaehyun yang sedikit gentar itu. "Tidak. Mereka tidak ke Gereja. Satu-satunya tempat ibadah yang pernah Mark kunjungi adalah kuil setan."

"Apa?" Jaehyun memekik keras. Kuil setan katanya? Ia menatap Jaerin dan Haechan bergantian dengan tatapan memohon. "Kau tidak serius, 'kan?"

Gadis itu meringis, tak dapat menggeleng akan pertanyaan Jaehyun. Sebenarnya, ia pun ingin sekali ini tidak lah nyata. "Aku akan menceritakan semuanya padamu nanti. Aku yakin kau akan lebih bisa menerima fakta ini daripada Taeyong si realistis itu."

Pria berlesung pipi itu mengurungkan niatnya untuk menyalakan mesin mobil. Ia berubah posisi menatap Jaerin dan juga Haechan. Keduanya nampak tak sedang main-main saat ini. Jujur, ia tak sepenuhnya terkejut dengan penuturan Jaerin. Ia tahu jika Mark pernah berhubungan dengan dunia gelap itu.

Tetapi, ia tidak percaya jika Mark masih berhubungan dengan kuil itu bahkan setelah ayahnya– yang selama ini menjadi perantara itu– meninggal.

"Tapi, dari mana kau tahu semua ini?" tanyanya kemudian. Ada yang aneh. Ia tidak pernah memberitahu Jaerin tentang hal ini. Taeyong pun juga tidak tahu menahu tentang sekte yang dianut ayah Mark. Ia pikir di situ hanya dia yang mengerti latar belakang Mark.

"Haechan dan Yerim."

Kini giliran Haechan yang memekik. "Yerim?" Ia menatap Jaerin horor. Bukan kah baru tempo hari ia memberitahu jika Jaerin sudah meninggal? Haechan menjadi curiga jika Jaerin sama seperti Yerim, indigo. Dan kenyataannya memang seperti itu.

Jaehyun menatap keterkejutan Haechan sesaat sebelum kemudian kembali menatap Jaerin yang sedikit mencurigakan itu. "Kau bertemu dengan Yerim?" tanyanya penuh selidik. Kenapa tiba-tiba saja gadis itu tahu banyak hal seperti ini?

"Begini, Jaehyun. Aku tahu kau akan sulit menerima kenyataan ini. Tetapi, Yerim yang kita lihat selama ini adalah arwahnya saja. Dia sudah mati sejak sebelum Mark menabrak ayahnya. Baru saja kemarin aku mengunjungi kolumbariumnya. Dia bercerita banyak hal."

Bahu Jaehyun jatuh begitu saja saat mendengarkan penjelasan Jaerin. Rambut halusnya mendadak meremang membayangkan jika yang ia jemput kemarin bukan lah Yerim yang sebenarnya. "Oh, aku gila. Aku sudah gila," desisnya seraya mengacak rambutnya frustrasi.

"Aku juga, Jaehyun. Kau tak sendiri," sahut Jaerin dengan senyum kecut. Jaehyun tak tahu saja seberapa gilanya ia memikirkan semua ini. Apalagi saat dirinya entah mengapa begitu sialnya mendapat anugerah penglihatan tak wajar.

Akhirnya, setelah menetapkan hatinya yang mendadak ragu itu, Jaehyun menyalakan mesin mobilnya. Jika benar Taeyong dan Mark berada di kuil setan seperti yang dikatakan Jaerin, itu berarti bukan lah kabar yang baik. Ia yakin salah satu di antara mereka atau keduanya ada dalam bahaya.










***





Langit menyisakan semburat oranye saat mobil Jaehyun memasuki sebuah kawasan hutan lebat. Sekilas, tak nampak seperti bukan daerah berpenghuni karena di kanan kiri mereka hanya lah pohon-pohon tinggi dan semak-semak liar.

"Kau yakin?" Jaehyun menoleh ke belakang, ke arah Haechan yang sedari tadi menegakkan badannya dan menatap lurus ke jalan di depan mereka.

Remaja itu mengangguk yakin. "Seratus persen," ucapnya mantab. Masih segar diingatannya saat taksi yang ia dan Yerim tumpangi melewati jalan yang sama untuk mengikuti mobil ayah Mark. Reaksinya dulu juga sama persis seperti reaksi Jaehyun saat ini.

Tetapi, perasaannya baik dulu maupun sekarang masih sama. Ragu.

"Bukan kah itu mobil Taeyong?" seru Jaerin seraya menunjuk ke sebuah mobil hitam yang tengah berhenti di depan mereka. Meskipun ia tak hapal plat nomor mobil Taeyong, stiker di belakang mobil Taeyong membuatnya cepat mengenali mobil itu.

Jaehyun melambatkan laju mobilnya saat di depan mereka terlihat sebuah bangunan tua. Sepertinya itu adalah satu-satunya bangunan di dalam hutan itu. Ia menghentikan mobilnya tepat di belakang mobil Taeyong.

"Benar itu mobil Taeyong. Itu berarti mereka di sini, 'kan?" ujar Jaerin cepat seraya melepaskan sabuk pengamannya. Jam di mobil Jaehyun menunjukkan pukul 5 sore. Itu berarti beberapa menit lagi matahari tenggelam. Menurutnya, akan semakin sulit menyelamatkan diri saat hari gelap. Apalagi mereka berada di tengah hutan.

"Cepat sebelum hari semakin gelap."

Mau tak mau, Jaehyun dan Haechan mengikuti Jaerin turun dari mobil. Ketiganya berjalan beriringan menuju bangunan yang mereka yakini adalah kuil setan itu. Jika kalian bertanya apakah mereka tidak merasa takut, maka jawabannya adalah mereka sangat takut. Bahkan Jaehyun harus berkali-kali menarik napasnya panjang karena debaran jantungnya yang begitu kencang.

"Siapa kalian?"


















TBC

TBC

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
SCHICKSAL - Lee Taeyong✔Where stories live. Discover now