THIRTY SIXTH - Bioskop

709 140 10
                                    

Baik Jaerin maupun Taeyong keluar dari bioskop dengan sisa-sisa mata sembab mereka. Kata siapa seorang Lee Taeyong tidak menangis ketika ketiga anak tadi menyanyi untuk ayahnya? Meskipun pria, Taeyong memiliki hati yang begitu lembut.

Bahkan Jaerin pun cukup terkejut ketika tahu Taeyong menangis bersamanya. Masalahnya adalah diantara mereka berdua tidak ada yang membawa tisu sehingga mereka harus mati-matian menahan ingus mereka agar tidak jatuh. Menjijikan memang. Tetapi, mau bagaimana lagi?

Jaerin membersit hidungnya yang masih sedikit memerah itu. Ia heran mengapa hanya mereka yang terlihat sedih selama film berlangsung. Seorang anak kecil di sampingnya saja sama sekali tidak menangis.

"Jaerin, aku ke toilet sebentar," ujar Taeyong dengan suara seraknya.

Jaerin menoleh kemudian menjawab, "Aku juga ingin ke toilet."

Mereka saling melempar pandang kemudian terkekeh. Keduanya sepertinya merasa geli pada diri mereka sendiri yang terlalu cengeng itu.

Keduanya akhirnya berjalan menuju toilet di ujung bioskop kemudian berpisah saat Taeyong masuk ke toilet pria.

Ketika Taeyong baru saja mendorong pintu, seorang pria tiba-tiba menabraknya. Ia tak melihat jika dari dalam ada seseorang yang buru-buru keluar. Pria itu sedikit meringis saat bahunya menghantam bahu Taeyong dengan keras.

"Maafkan saya," ucap pria itu cepat saat suara pemberitahuan pintu teater telah dibuka terdengar nyaring. Pria itu kembali melesat meninggalkan Taeyong yang masih terdiam.

Taeyong mengernyit. Wajah itu sangat familiar. Ia yakin betul jika ia pernah bertemu dengan pria itu sebelumnya. Tetapi, mengingat reaksi pria tadi yang tidak nampak seperti mengenalnya itu membuatnya mengendik. Mungkin hanya mirip.

Di dalam toilet, ia membasuh wajahnya. Ternyata dari kedua matanya sangat kentara bahwa dia baru saja menangis. Astaga, apa yang orang-orang pikirkan saat melihatnya seperti itu? Ia kembali membasuh kedua matanya dan sedikit mengusapnya. Berharap jika wajahnya kembali normal.

Setelah menyekanya dengan tisu, ia keluar dari toilet tersebut. Bermaksud untuk menunggu di depan toilet wanita menunggu Jaerin.

Belum sempat ia tiba di toilet wanita, ia dapat melihat sosok Jaerin sedang berbicara dengan seorang pria. Pria itu nampak sangat tak asing walaupun dari punggungnya saja. Bukan kah itu adalah pria yang menabraknya tadi?




Jaerin terlihat menunduk, tak berniat untuk membalas tatapan sang pria. Gadis itu hanya bisa menghela napas.

"Aku di sini tidak berhak marah padamu, Jaerin. Tetapi, dengan kau tidak memberitahuku bahwa kau pulang sendiri membuatku sakit hati. Terlebih kau sudah mengiyakan janji untuk pulang bersamaku. Aku seolah-olah tidak dihargai," ujar sang pria manis yang tak lain adalah Jungwoo itu.

Jaerin menggigit bibirnya. Ia sadar, sangat sadar bahwa keputusannya untuk menghindar itu memang keterlaluan. Walaupun dia dibuat tidak nyaman dengan keberadaan Jungwoo yang seolah selalu ingin berada di sisinya itu, tetap saja Jungwoo berusaha untuk baik padanya. Ia pikir, jika orang lain bertindak seperti itu juga padanya, ia juga akan sakit hati.

"Maafkan aku, Jungwoo," ucap Jaerin penuh penyesalan. Ia mengakui, ia sungguh kekanakan.

Namun, Jungwoo malah tersenyum mendengar permintaan maaf itu. Pria itu mengacak rambut Jaerin dengan lembut. "Permintaan maaf diterima." Ia terkekeh kemudian.

Jaerin semakin menunduk saat rambutnya teracak. Ia tersenyum kecil kemudian mengangguk. "Terima kasih."

"Setelah ini kau akan pulang? Atau kau ingin menonton film lagi denganku? Sebentar lagi filmnya akan mulai. Tetapi masih ada waktu untuk membeli satu tiket lagi," ujarnya bersiap untuk berlari menuju tempat penjualan tiket.

Namun dengan cepat Jaerin menahan Jungwoo dan menggeleng kencang. "Tidak perlu. Temanku sedang menunggu." Tepat saat ia menutup mulutnya, kedua matanya menangkap keberadaan Taeyong yang sedang berdiri cukup jauh di belakang Jungwoo.

Jungwoo tersenyum kemudian perlahan berjalan menuju ke teater yang berada di depan toilet wanita. "Kalau begitu, aku masuk. Kau hati-hati di jalan, ya," ujarnya seraya melambaikan tangan pada Jaerin.

Gadis itu tersenyum seraya membalas lambaian Jungwoo. Teater 5, itu berarti film yang sedang diputar adalah film laga. Hal itu semakin memperkuat pemikirannya bahwa wajah seseorang tidak bisa menggambarkan genre film apa yang disukainya. Buktinya, pria semanis Jungwoo ternyata lebih memilih film laga daripada film fantasi seperti yang ia dan Taeyong baru saja tonton.

"Siapa?"

Suara Taeyong menginterupsinya. Pria itu terlihat sedang menatap pintu teater yang mempersilakan suara dari dalam terdengar di luar.

"Teman kerja," jawabnya pada pria berwajah datar itu. "Kau sudah selesai?"

"Aku akan langsung mengantarmu pulang," ujar Taeyong ketus seraya mendahului Jaerin menuju ke tempat parkir.

Hal itu tentu saja membuat Jaerin mengernyit. Baru saja ia melihat Taeyong menertawakan kecengengannya, ia kini berubah menjadi ketus seperti itu. Bisakah ia berburuk sangka?

Bahwa Lee Taeyong cemburu? Ah, pasti tidak mungkin, 'kan?





























TBC

Uuuuuu maaf pendek,, next chapter bakal panjang deh

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Uuuuuu maaf pendek,, next chapter bakal panjang deh..
Oiya enaknya ni Jaerin sama Jungwoo resmi apa enggak ni? Kasian tau Jaerin jomblo terus HEHEHEHE

SCHICKSAL - Lee Taeyong✔Where stories live. Discover now